Beberapa teman sempat mengeluhkan sulitnya mencari buku bahasa arab yang sesuai untuk siswa sekolah dasar. Hal ini menarik perhatian saya,karena bagi saya, guru itu 'chef' pendidikan : kreatifitas dan inovasinya bisa mengubah bahan-bahan yang biasa menjadi hidangan yang menggugah selera.., Bon Apetit ! Umumnya pelajaran Bahasa Arab diajarkan sejak siswa duduk di kelas 3. Jika guru ditanya kenapa siswa kelas 1 tidak mendapat pelajaran tersebut mayoritas dari mereka menjawab karena hal ini belum perlu. Namun alasan terbanyak adalah belum adanya buku yang benar-benar sesuai untuk siswa SD. Dulu, buku yang umumnya dipakai adalah buku untuk Madrasah Ibtidaiyyah. Yang menjadi permasalahan pokok adalah pembelajarannya langsung kepada pembuatan dan pengertian kalimat.Sekarang sudah ada beberapa penerbit yang membuat buku-buku pelajaran bahasa Arab untuk SD, namun beberapa teman termasuk saya masih merasa ada yang kurang. Tahun lalu sebuah penerbit mengadakan soft launching buku pelajaran bahasa Arab di sebuah sekolah terkenal di Jakarta Selatan.Salah satu pembicaranya adalah dosen si penulis ketika kuliah di Al Azhar Kairo. Pemaparan beliau mengurai benang kusut di kepala saya tentang metode belajar bahasa arab untuk siswa SD terutama kelas 1-3. Saya pulang dengan membawa beberapa buku yang saya beli untuk pegangan guru dan kilatan-kilatan ide di benak saya. Pengalaman saya beberapa tahun mengajar ekskul lukis di TK memudahkan saya dalam mengajar siswa SD kelas bawah (1-3). Pembelajaran bahasa Arab untuk siswa kelas 1-2 lebih banyak menulis huruf hijaiyyah dan menyalinnya. Disini saya memadukannya dengan pelajaran menggambar. Contoh, Alif. Dari huruf alif saya saya buat gambar dua telinga panjang,lalu menjadi muka, diberi tambahan mata, hidung, mulut dan dua buah gigi. Spontan siswa berteriak, : " Kelinciiii..!", saya tinggal menambahkan ( menarik mereka kedunia saya setelah sebelumnya saya masuk ke dunia mereka ) dengan berujar, : " Ini arnab..,alif..arnab". Tahap berikutnya, materi saya buat dengan program power point. Proyektor saya arahkan ke white board, bukan ke layar, jadi ketika saya atau siswa menggambar dan menulis kami melakukannya di white board. Huruf hijaiyyah yang muncul saya beri animasi dan efek suara, kemudian saya ubah menjadi objek gambar. Kotak sejumlah huruf turun satu persatu ( saya meggunakan fasilitas bounce,juga dengan efek suara ) kemudian siswa satu per satu maju ke depan, menulis di kotak-kotak yang tersedia. Mereka tidak menggunakan buku tulis, tapi buku gambar. Tiap lembarnya berisi huruf hijaiyyah di ubah menjadi gambar/objek yang huruf pertamanya di mulai dengan huruf hijaiyyah tersebut. Jadi ketika lembar terakhir buku gambar digunakan, siswa punya 'kamus kecil' berisi mufrodat/kosakata yang dibuat oleh mereka sendiri. Mudah-mudahan tahunajaran depan nanti bisa diwujudkan menjadi sebuah modul. Mohon doa dari teman-teman sekalian...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H