Mohon tunggu...
ER - TE - EM WOWORUNTU
ER - TE - EM WOWORUNTU Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Seorang mamah muda yang sangat biasa sekali

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Simbok, Kami Ikhlas!!

4 November 2014   23:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:38 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bingung, tidak tau harus bagaimana. Yang pertama saya lakukan adalah mendoakan semoga di ampuni segala dosanya dan di tempatkan di sisi - NYA. Itu yang saya lakukan ketika mendengar kabar dari sepupu bahwa simbok telah tiada. Sekarang pun, mata saya masih berkaca kaca, kabar yang saya terima satu jam yang lalu membuat saya berhenti berfikir. Terasa kosong fikiran saya, berusaha mengingat raut wajah tua yang biasa saya datangi ketika saya pulang menyambangi kampung.

Simbok, begitu kami memanggilnya. Ibu dari ibu saya adalah satu satunya 'mbah' yang masih hidup sampai tadi pagi. Belum tau saya jam berapa meninggalnya karena mulut saya terasa terkatup setelah mendengar kabar itu. Beliau terkena stroke di bagian tubuh kiri. Minggu lalu adalah pertemuan terakhir kami. Saya, suami dan anak serta kakak ipar minggu lalu pergi mengunjungi beliau. Raut wajahnya masih terlihat sama, hanya saja terlihat sangat kurus. Bulek (tante) bilang sudah satu minggu beliau tidak mau makan, hanya minum air putih saja. Sudah tidak teriak teriak seperti sebelumnya. Memang, semenjak terkena stroke, beliau kerap berteriak dan mengomel tidak jelas, penglihatannya sudah bertambah kabur, dan mulai pikun. Sudah tidak tau lagi siapa yang ada di hadapannya, yang di ingat hanyalah masa lalunya, dengan suaminya (simbah kakung).Terkadang beliau berteriak memanggil nama saya, katanya ingin kumpul sama saya dan keluarga, karena hanya saya cucu yang sering nengokin. Maklum, semua cucunya dinas di luar pulau, kecuali saya dan satu sepupu perempuan saya. Tapi belum sempat saya mewujudkan keinginannya, beliau sudah harus berpulang.

Dada saya masih bergetar, rasanya ingin teriak. Seandainya saja saya bisa menghadiri pemakamannya. Tapi apalah di kata, saya masih menunggu suami pulang bekerja. Lepas itu kami baru bisa pulang kampung.

Simbok, selamat jalan. Semoga kepergianmu bisa melepas semua penderitaanmu dan membawamu ke surga -NYA.AMIN.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun