Mohon tunggu...
Christ bams
Christ bams Mohon Tunggu... -

Penggemar buku,yang mencoba menuangkan ide melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memaknai arti Pembantu yang semakin melenceng...

16 Maret 2014   19:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:52 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bagaimanakah kelanjutan kisah M, istri Brigjen (Purn) MS yang menyekap pembantunya? Serasa ditelan bumi pemberitaan akan hal ini. Saya tidak habis pikir,kenapa harus disiksa? Lebih baik diberhentikan baik-baik,digantikan dengan yang lebih berkompeten.
Pembantu dalam bahasa Inggris disebut assisten bermakna membantu menyelesaikan pekerjaan,yang di INDONESIA berkonotasi seseorang yang mengerjakan segala urusan rumah tangga. Sedangkan yang memberi gaji,rata-rata menyibukan diri dengan mengurus handphone,kutek, salon,arisan,foto-foto narsis,bergosip dan terakhir menjadi TUAN/NYONYA BESAR yang maunya terima beres.Anak diurus baby sister,bayi diurus suster, Pokoknya digaji,beres semua urusan.
Pembantu Indonesia tidak bisa disamakan dengan assisten. Assisten,lebih berkonotasi ke pekerjaan yang lebih formal,jabatan di dalam perusahaan seperti "assisten manager." Saya tidak pernah mendengar ada orang berucap "pembantu manager."
Dari tayangan TV,melampiaskan amarah ke pembantu dan gaji pun tidak diberikan(walau kebenarannya perlu dikaji lagi,tidak ada pemberitaan lanjutan hingga sekarang).

Perlu dipahami pembantu itu pada dasarnya pendidikannya kurang,cara belajarnya lambat. Apalagi yang tidak punya pengalaman. Menyiksa orang tidak membuat orang semakin pintar. Tujuan utama pembantu adalah membantu apa yang dikerjakan majikan,meniru apa yang dicontohkan,dan berdikari secara perlahan,terlepas dari pengawasan majikan.
Banyak yang bilang mencari pembantu itu susahnya setengah mati.Tetapi teman saya punya pembantu yang kerjanya hingga puluhan tahun. Saya memiliki pembantu rata-rata bekerja diatas 2 tahun. Sedangkan yang berucap di baris pertama itu pasti langganan makelar pembantu.Makelar pembantu yang hanya marak di Indonesia,per kepala dihargai 750 ribu. Rela membayar makelar 750 ribu tetapi setiap 3 bulan selalu mencari pembantu baru karena pembantu lamanya tidak betah,paling parah ditinggal minggat tanpa pamitan.
Saya asumsikan yang bilang susah cari pembantu itu,yang majikannya cerewet,pelit,tapi keinginan banyak. Itu kenyataan. Pembantu pun manusia,layaknya seorang karyawan,apabila bosnya sabar,tidak terlalu menuntut karyawan.Minimal dikasih makan yang layak,saya rasa banyak yang cukup puas akan keadaan itu.
Studi kasus. Banyak orang disekeliling saya selalu memberi makan pembantunya tahu,tempe, pindang. Tidak ada menu lain? Apakah layak? Jika posisinya dikembalikan ke diri sendiri maukah anda?
Yang lain lagi,makanan yang sudah berhari-hari di kulkas,majikan sudah malas memakannya karena terlalu lama. Diberikan ke pembantu dengan tambahan kalimat. "Kalau tidak mau buang aja ke tong sampah." Saya yang mendengarnya jadi bergidik. Lebih baik dibuang daripada menjadi penyakit bagi yang memakannya.
Punya pembantu banyak,kerjaannya padahal di rumah,nganggur,tidak ngapa-ngapain. Ngurus anak diserahin ke pembantu.Anak ini sebenarnya anaknya siapa? Pembantu atau majikan? Saya salut dengan orang barat yang pada umumnya mandiri,berdikari. Punya anak berapapun selalu diurus sendiri,jarang sekali memakai nanny atau baby sister. Victoria Beckham saja ngurus anaknya sendiri. Lebih sibukkah anda daripada Victoria Beckham? Ia mempunyai produk fashion,usaha parfum dan perusahaan yang bejibun. Masih sanggup ngurus 4 anaknya sendirian. Dibandingkan yang berkata sibuk tidak punya waktu. Tapi kalau dilihat dari FB,BB,instagram dan lain-lain selalu eksis tiap hari.
Tulisan saya kali ini rada membela pembantu . Tapi ini pemikiran saya pribadi. Jika bisa dikerjakan sendiri mengapa juga memakai pembantu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun