Saya terkadang menemukan suatu artikel yang menarik,tapi setelah ditelusuri ternyata hasil copy paste milik seseorang,dan orang yang mencomotnya tidak mencantumkan dari manakah sumbernya. Terkadang hal itu menjadi menyebalkan,bayangkan saja kalau tulisan hasil karya kita yang dibuat dengan pemikiran yang cukup lama dan susah payah ternyata ditiru mentah-mentah tanpa diolah lagi,cukup dengan klik 'copy' kemudian 'paste' kemudian diakui sebagai milik sendiri atau minimal yang membaca merasa itu adalah karya orang yang meng-copy.
Menghargai karya orang lain kurang dimiliki oleh masyarakat Indonesia,pun sama dengan saya. Contoh mudah,DVD bajakan yang berserakan di penjual kaki lima,dijual dengan harga lima ribuan, padahal untuk produksi film membutuhkan uang yang tidak sedikit. Kekayaan intelektual tidak dihargai.Dan mereka yang membajak dengan mudahnya mencomot sesuka mereka tanpa memberi imbalan apapun. Seniman,musisi,pusing dibuat karena maraknya pembajakan,padahal berkreasi membutuhkan proses panjang untuk menciptakan terutama sesuatu yang bersifat seni.
Menulis pun demikian,sebisa mungkin tidak mencontek orang lain mentah-mentah,terpengaruhi pemikiran sang penulis boleh,tapi kita perlu mengolah kembali. Minimal Tiru Amati Modifikasi,bukan sama persis,tapi susah mendidik hal seperti itu,menghadapi mentalitas "kalau bisa cepat ngapain juga perlu berlama-lama ria",toh yang penting HASIL,siapa juga yang mempertanyakan PROSES. Hasil bagus,masa bodoh dengan proses. Setujukah anda dengan saya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H