“Kamu masih belum sadar juga? Sadarlah udah bukan rahasia lagi kalau Jokowi itu cuma penciteraan, ada grand design yang menggerakkannya. Kamu mau nanti sholat aja susah?”
“Ha? Apa maksudnya sholat susah?”
“Tuh kan masih gak ngerti. Siapa yang ada di belakang Jokowi? Palang semua! Jokowi itu bagian dari grand design kristenisasi. Makanya sadar. Dukung Prabowo”
“Masya Allah, kamu yang gak sadar. Kristenisasi? Suasana politik seperti sekarang ini orang baru ribut kristenisasi? Itu dagangan politik. Kamu yang harus sadar”
Ini perdebatan di halaman belakang sebuah kantor siang tadi. Di tempat ini hampir setiap hari menjadi tempat ngobrol karyawan sebelum masuk ruang kerja atau saat istirahat.
Aku tertarik dan mendekati mereka. Di tempat itu kumpul banyak orang, mungkin ada sekitar sepuluh orang. Tentu saja aku mengenal dengan baik mereka semua karena teman sekantor. Yang membuat aku lebih tertarik lagi karena saat itu ada seorang karyawati ikut berkumpul di situ. Perdebatan cukup seru walaupun tidak semua ikut berdebat, rasanya tak kalah dengan yang di Metro TV atau TV One.
“Wah ketinggalan info, termakan pencitraan. Kamu nanti harus ikut tanggung jawab kalau sampai Ummat Islam dihabisi. Jokowi jelas-jelas bagian dari grand design kristenisasi” Demikian jawab pendukung Prabowo dengan berapi-api.
“Grand design… sok tahu… grand design apa? Mana buktinya? Mana datanya? Kamu yang termakan fitnah. Kamu yang seharusnya sadar” Tak kalah sengitnya pendukung Jokowi menjawab.
“Solo sekarang yang jadi walikota kristen. Nanti Jakarta yang jadi gubernur juga kristen. Dua jabatan yang ditinggalkan Jokowi diberikan ke orang kristen, itu bukan kebetulan. Itu bagian dari grand design. Sadarlah”
“Wah kristenisasi gak sesederhana itu kawan. Kristenisasi gak pandang siapa gubernurnya. Kristenisasi gak pandang siapa presidennya. Kristemisasi dari jaman dulu jalan terus. Kamu kemana aja selama ini? Sok pahlawan padahal gak ngerti apa itu kristenisasi, gak ngerti strategi kristenisasi”
“Ya kalo Jokowi jadi presiden, trus Ahok jadi gubernur DKI ya udah semua dikuasai kristen” Jawab pendukung Prabowo dengan nada tinggi.
“Sebenarnya gak baik mempolitisi agama. Tapi biar kamu sedikit melek aku kasih tahu siapa yang sebenarnya kristen” Jawab pendukung Jokowi datar. “Keluarga Prabowo semua kristen dan katolik. Orang tuanyapun nikahnya di gereja. Prabowo masuk Islam karena ingin jadi mantu Soeharto. Bahkan saat ibunya meninggal pada 23 Desember 2008 Prabowo lah yang memimpin upacara pemakaman di TPU Tanah Kusir di area pemakaman Kristen. Prabowo bertindak sebagai pendeta yang membaca khotbah”
“Ah itu kan berita yang gak jelas sumbernya, gak usah dipercaya” Sergah pendukung Prabowo
“Lah dari pada kamu, grand design, kristenisasi dan segala macam yang cuma kira-kira kamu anggap fakta. Yang Cuma isu kamu anggap nyata. Siapa yang bisa nyangkal kalau keluarga Prabowo Kristen, itu nyata dan fakta tapi kamu gak peduli?” Jawab pendukung Jokowi.
“Eh Bapak….” Si karyawati yang sedari tadi cuma jadi pendengar tiba-tiba ikut bicara. “Yang jelas semua partai Islam mendukung Prabowo. Banyak Ulama, Kiyai dan Ustadz dukung Prabowo. Jadi kami juga ikut dukung Prabowo. Kalau itu ternyata salah ya biarin aja mereka yang tanggung dosanya” Demikian kata karyawati itu berusaha menengahi.
“Uh… dasar logikanya pada gak jalan. Pada sok pahlawan, sok tahu kristenisasi. Asal kalian tahu aja aku sejak tahun sembilanpuluhan aktif dan sibuk membela aqidah dari gempuran kristenisasi tapi gak sok pahlawan seperti kamu” Jawab pendukung Jokowi sambil meninggalkan tempat diiringi tertawaan semua karyawan yang ada di situ. Ternyata hampir semua yang ada di situ pendukung Prabowo.
“Bapak itu Islam gak sih, koq dia pilih Jokowi?” Tiba-tiba si penjaga warung yang sekaligus karyawan cleaning service itu keluar dari warungnya dan bertanya.
Sejenak berhenti tawa yang sedari tadi riuh. Tapi tak lama tawa itu makin menggelegak. Sambil tersenyum kecut akupun meninggalkan tempat itu.
Aku tersenyum kecut karena di benakku timbul kebingungan luar biasa. Para karyawan itu background pendidikannya S1 dan S2. Dan saya tahu kebanyakan dulunya mereka itu pengagum prestasi dan kebersihan Jokowi. Tetapi sekarang sedemikian fanatik mendukung Prabowo?.
Sedangkan aku? Terbalik. Ya terbalik karena dulunya aku pernah menaruh harapan dan akan memilih Prabowo bila jadi Capres. Tetapi ketika tau dia mengeluarkan modal sedemikian besar, apalagi ketika koalisinya ternyata koalisi transaksional, maka akupun surut dan menjadi apatis.
Sekarang ini yang bergelayut dalam benakku dan membuatku bingung adalah sedemikian kuat pengaruh isu agama untuk grass root. Sedemikian kuat pengarus partai Islam, ulama dan para kiyai. Atau karena kepandaian dan kekuatan opini maker? Tim Sukses Prabowo memang hebat dapat membalikkan situasi, kelemahan menjadi kekuatan. Isu SARA yang sempat marak ternyata membekas sedemikian dalam.
Aku jadi merasa sedemikian dangkal pengetahuanku. Ketika melihat prestasi Jokowi yang sedemikian banyak di DKI walau baru dua tahun. Track recordnya pun sedemikian bersih, sehingga aku jadi simpati kepada Jokowi. Bahkan menaruh harapan besar Jokowi dapat membuat Indonesia Baru. Tetapi knapa para Ulama, Para Kiyai, Para Ustadz membuatku bingung?
Adakah Ulama, Kiyai atau Ustadz yang dapat memberikan penjelasan padaku agar tak bingung lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H