Sau, terimakasih telah menjadi tembok mendengar kedunguanku bercerita selama
ini...kamu adalah lautku yang bergelombang tenang-setenang hatimu menghadapi
kekonyolanku, kamu adalah anginku yang bertiup teduh...seteduh mata pisaumu
menatap kegelisahan rinduku yang sebenarnya keutahu ingin kau jamah! (h.26-27)
Nah. Pembaca, apa pendapat Anda setelah membaca kalimat-kalimat di atas?
Pengarang menyampaikan gambaran hati dua tokoh utama: Senja Rinjani dan Bumi Saujana,
bak menulis puisi panjang - pemaparan yang boleh disebut sebagai prosa liris.
Juga menarik percakapan Senja, seorang jurnalis perempuan, dengan peran pembantu utama dalam novel ini, namanya Liman Soedijanto – eyang dari Senja, satu di antaranya :
- “Hehehe. Kamu tahu arti cinta?”
“Absurd Yang!”
Cinta itu tidak bisa mengikat, tapi membebaskan. Tidak bisa meminta tapi mempersembahkan.”
“Cinta banyak sekali definisinya Yang.”