Mohon tunggu...
Subhan Makkuaseng
Subhan Makkuaseng Mohon Tunggu... -

Muhammad Subhan, SH\r\nFakultas Hukum UMI.\r\nCatatan lain bisa dilihat www.balibola.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Prahara Cinta

29 Juni 2011   23:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:04 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mengungkap cerita orang kepada saya tentang asmara “jatuh cinta” pada seseorang yang di sukainya cukup menarik ditahun 2007. Sederhananya pepatah lama jatuh cinta diawali dari mata turun kehati ini mengisi sugesti ruang komunikasi perasaan menuju mata hati, kedengaranya seperti sebuah pengantar. Akan tetapi bisa gugur dengan sendirinya. Apabila saya berusaha tak mendiskriminasi seorang pemuda buta tentang bagaimana caranya melihat dan merasakan cinta. Atau tak membedakan seorang gadis cantik jatuh cinta kepada seorang pemuda yang sulit dia logiskan.

“Cinta bukan ambisi. Namun menuntaskanya butuh ambisi”

Beranilah melanglang buana dalam sukma.Datang dan pergi seperti kehidupan dan kematian. Sebuah medan magnet yang tak bisa kau mengerti!, tapi tunggu berbahagialah.

Saya selaku penulis menganggap bahwa ini angan-angan kosong, kosong dan kosong.

Inilah penggalan catatan dari seorang teman yang tak mau aku sebut namanya.Tiba-tiba jatuh cinta. Dan menceritakan kepada saya. Seperti halnya saya ketika kadangkala memilki sudut pandang sendiri tentang semua itu ketika saya merasa tiba-tiba jatuh cinta.

Memuaskan tata kelola batin. Namun dengan senang hati agar saya tulis ini agar saya sendiri bisa belajar. Dan membawa warna ini semau yang aku suka. Saya tak bisa memberi kesimpulan. Entah mungkin kita akan berbeda dalam soal ini. Atau saya sendiri lemah untuk menjelaskannya.

Banyak kemungkinan lain yang lebih menggairahkan.

Saya ingin rasanya selalu bicara tentang ledakan.

Cinta adalah kebohongan yang direkayasa oleh bagi kami orang timur, tapi kadang justru itu kejujuran bagi kami. Cinta adalah kejujuran bagi orang barat, tapi tenyata kebohongan yang direkayasa oleh mereka.

Lantas dimana cinta itu.

Bagi timur, cinta tak selamanya kata-kata lisan. Kalau anda pernah merasakanya pasti anda juga sepakat. Kalau bukan kata-kata lantas apa? Yah, mungkinada yang lain bisa mewakili komunikasinya biar lebih baik dan elegan, entah pohon kembang atau bunga kerinduan atau energi meta.

Benarkah cinta itu nyata?

Ada orang jatuh cinta tapi tak mau mengatakan itu adalah cinta. Dari kenyataan ini banyak yang terjadi. Ada juga orang yang jatuh jatuh cinta begitu percaya diri. Seperti “zikir” cinta belum sepenunhya mewakilinya karena ambisi. Namun bisa saja, tiba-tiba hanya mengucapkan satu kali dalam hati, tiba-tiba itu sangat berpengaruh kalau anda benar merasakan cinta.

Seperti halnya seorang sufi mencintai tuhanya dekat dengan urat nadi mereka. Bahkan ia menjadi nafasnya sendiri dalam hidupnya.

Cinta punya taman dan perasaannya sendiri kata Rumi si penyair timur, jika anda berada ditamannya itu pasti anda akan terusik untuk meneguknya. Jika anda berada dipihak yang memutuskan, pasti alasan anda cukup kuat untuk mencoba menjadi orang benar. Namun jika anda berada dalam posisi dihentikan cinta, kadang anda tak mau berseterimah begitu saja. Intinya anda akan dahaga selalu.

Seorang teman punya pengalaman masa lalu soal jatuh cinta, mungkin berbeda dengan pengalaman jatuh cinta anda dan juga saya. Pengalaman itu macam-macam termasuk soal gagal suksesnya menjaga sampai kebahtera terindah. Dan kenangan bisa manis bisa juga sakit. Memaksa anda memilih, dan memaksa orang lain memilih.

“Setangkai kembang pete”, yah itulah lagu Iwan Fals.Jujur, kesederhanaan. Buang jauh-jauh impian mulutmu sebab kita tak bisa bikin uang palsu.

Maksud saya jangan pernah menilai secara subtansi bahwa itu adalah benda-benda.

Kedengaran idealis, tapi akan ada kenyataan di lorong-lorong kehidupan manusia kedengarnya cinta ini romantik.

Cerita ini diceritakan seorang teman.

Tapi ternyata diluar dugaan, karena sisi lain belum terlalu mengenal pribadi masing-masing. Kisah romantis ini hanya pada lapisan pertama, yang terdalam tak diketahui. Rekayasa aku ciptakan tuk saling membutuhkan belum mengarah proses perkenalan saling tahu. Akhirnya kami pupus, itulah ungkapan ekspresi perasaan cinta yang merasa gagal salah seorang teman kepada saya, ceritanya menarik walaupun saya tak bisa menikmati kisahnya itu karena terlalu sederhana.

“Tak perlu dikejar yang pergi,tapi sambutlah yang kembali”. Makin kau kejar makin kau berada di padang sahara. Hanya itu jawaban pas untuktangtangan selanjutnya teguhkanlah yang datang. Dalam hati saya sebenarnya diam-diam. Kau pasti ingat! Kalau Itu adalah cerita hidup.

Artinya kode kesepakatan adalah tanda bahwa pengenalan anda kepada dia baru dimulai, bukan penanda bahwa anda cukup mencintai.

Kalau cinta itu semacam uji coba kelayakan. Saya yakin tuhan pasti marah, karena tuhan tak suka orang munafik. Munafik adalah melemahkan kepercayaan atau keyakinan dalam bahasa agama kita.

Akhirnya saat itu sepakat untuk tutup komunikasi saja. Namun beberapa tahun kemudian, waktu berlalu. Bisa jadi tanpa sengaja bertemu disebuah tempat, dan ternyata ingin mengulang kembali. Kembali bukan jalan keluar, namun kembali dengan pandangan menerima kenyataan yang sungguh-sungguh dan batin mereka berseterimah.

Ia menanyakan apakah anda sudah berekeluarga, dia juga menanyakan hal yang sama. Dalam hati bahwa sekarang masing-masing cari pasangan tuk berumah tangga. Namun belum ada terasa pas untuk itu. Mereka menbicarakan peristiwa lama, dan tetap merasa tak merasa jelas sama sekali.

Dimanapun kau saat ini, kamu pasti mengenal masa lalumu. Dan sekuat apapun kamu ingin keluar dari masa lalu. Karena masa lalu kadangkala sangat membatin, walaupun itu telah keluar dari kegelapan.

Setiba dirumah, Si- perempuan ini mempertanyakan kenapa bisa ketemu ditempat itu.

Ah, soal cinta. Sungguh berlebihan. Secepat kilat bisa berubah arah. Pengalaman ini terjadi atas seorang gadis jatuh cinta pada seorang laki-laki, namun ternyata laki-laki bergerak seperti semilir angin berhembus begitu saja. Rencana mengukuhkan cinta mereka berakhir dengan tidak menyenangkan. Perempuan ini menyebut laki-laki ini kurang hangat dan miskin sikap dan pengecut.

Entahlan apakah ini main-main atau mereka cuma saling mengagumi. Saya sendiri tak tahu.

Namun si lelaki ini menyebut perempuan jelita ini terlalu memaksa.

Senantiasa mencari lebih baik. Ibarat sebuah keinginan tak pernah merasa bersyukur. Ketentuan bukan rata-rata ada dari kehendak kita namun sebagian ada pada bantuan molekul alam semesta ini.

Bahasa yang tepat. Energi tak pernah berdiri sendiri, negative dan positif saling menguatkan. Jika energinya sama tak akan ada nyala listrik yang terang.

Kemungkinan besar itu adalah sama dengan proses cinta. Proses itulah menjelaskan bahwa apakah kita berada pada energi positif, atau kita adalah energi negatif.

Bukan dari batu, namun akan berpucuk pada tangkai setelah daun tua itu gugur. Air mengalir dibawah tanah menyentuh akar-akar cinta memberi kehidupan. Pada musim semi akan berpucuk kembali.

Dulu di masa-masa berapi-api, begitu kuat merindukan kesempurnaan. Namun setelah kian waktu menjalani hidup ini tenyata. Kesempurnaan hanyalah mampu dicocokkan oleh orang lain. Namun bukan berarti tanpa harapan, namun mencari molekul-molekul pelengkap kesempurnaan. Sebagaimana orang lain juga membutuhkan kesempurnaan seperti apa yang diinginkan yang lain.

Hubbu syahawati minannisa.

Cinta!. Sayapun kemudian menarik nafas panjang…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun