Semangat siang, kawan kompasiana ...
Apa kabar, para pelopor perubahan?
Saya yakin anda semua sehat. Jika tidak, anda tidak mungkin bisa membaca tulisan ini, bukan? Suatu kehormatan bagi saya karena masih bisa berbagi dan bertukar informasi dengan anda semua. Dalam postingan perdana saya kali ini, saya akan mengajak anda yang hobi menulis fiksi untuk menanggapi beberapa kriteria cerpen berkualitas menurut pandangan kacamata pribadi saya.
Mohon maaf sebelumnya karena tulisan ini sudah pernah saya posting di blog pribadi saya. Namun pastinya masih banyak diantara anda yang belum membacanya. Tidak apa-apa kan saya numpang posting kembali disini? Tentunya iya dong! Ah, basa-basinya kelamaan, check it out!
Berdasarkan analisa dan pengamatan mendalam terhadap karya tulis bernuansa fiksi; khususnya cerpen, tidak mudah memberikan suatu definisi untuk membedakan mana cerpen yang berkualitas, mana cerpen yang kurang berkualitas dan mana cerpen yang tidak berkualitas. Hal tersebut disebabkan karena antara penulis yang satu dengan penulis lainnya memiliki pandangan yang berbeda, yang didasari atas pendidikan dan pengalaman yang tidak sama.
Berdasarkan kesimpulan sementara, kebanyakan dari penulis beranggapan bahwa cerpen berkualitas adalah cerpen yang:
1.Utuh, integral dan merupakan satu bentuk kesatuan yang tunggal.
2.Tidak ada unsur-unsur yang tidak perlu digunakan, sebagaimana tidak ada juga unsur-unsur yang digunakan diluar keperluan.
3.Seluruh isinya seimbang, fokus, berarti, dan mampu memaknai arti. Fokusnya bisa tercermin dari karakter unsur yang terdapat di dalamnya, seperti : Penokohan, pusat penceritaan, alur cerita, tempat, waktu, dan suasana cerita.
4.Memiliki pesan moral kepada para pembaca.
Selanjutnya, sebagai mantan mahasiswa administrasi yang hobi membaca dan menulis cerpen dan puisi, saya memiliki lima kesimpulan tentang kriteria cerpen berkualitas, yakni:
Satu
Cerpen merupakan cerita pendek yang tidak menguras banyak waktu untuk membacanya dan bisa selesai dibaca dalam waktu yang relatif singkat, tapi tetap memberikan makna yang mendalam.
Dua
Cerpen harus mengandung efek yang tunggal. Artinya, cerpen yang baik hanya memiliki satu pikiran utama yang dikembangkan sebagai fokus cerita dari awal hingga akhir. Berbeda dengan novel, yang memiliki cerita-cerita tambahan.
Tiga
Cerpen harus ketat dan padat. Tidak ada ruang untuk memaparkan beraneka ragam kejadian dan karakter. Segalanya harus disaring sedemikian mungkin, termasuk ekonomi bahasa yang ada di dalamnya. Tujuannya agar pesan-pesan moral tersampaikan secara tajam, masuk ke lubuk hati para pembacanya.
Empat
Cerpen harus terasa sungguhan atau nyata, walaupun semua orang tahu bahwa cerpen adalah karya fiksi belaka. Berarti, tidak diperbolehkan membuat alur cerita yang mustahil terjadi di dunia manusia dan jangan melebih-lebihkan karakter tokoh-tokoh pelakon cerita.
Lima
Cerpen harus memberi kesan tuntas atau selesai. Bermakna, ceritanya harus rampung pada satu titik akhir. Tidak ada lagi pertanyaan : “Bagaimana sih ending ceritanya? melainkan jawaban : “Saya puas dengan ending ceritanya.”
Itulah lima kriteria cerpen berkualitas menurut saya, menurut anda bagaimana?
Sah-sah saja bila ada tambahan, sepanjang masih bisa kita pertanggungjawabkan. “Tak ada yang tetap selain perubahan itu sendiri.” (Plato) dan “Perubahan selalu ada, sepanjang manusia masih berpikir.” (Avet Batang Parana)
Apalah arti sebuah kata, tanpa arti yang bermakna. Okey, Kawan! Semoga saja tulisan ini bermanfaat dan bisa kita jadikan tambahan layar dalam mengarungi samudra fiksi yang tak bertepi
Salam sastra,
....................
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H