Mohon tunggu...
Asep Parantika
Asep Parantika Mohon Tunggu... Dosen - Berisi tentang berbagai informasi yang mungkin bermanfaat bagi orang banyak

Seorang Dosen di Politeknik Sahid (d.h Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid) Jakarta, Setelah menyelesaikan pendidikan Doctoral di Universite d'Angers -France, dengan tema desertasi mengenai Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Nasional tentang Bagaimana orang Indonesia berwisata ... membuatnya terus ingin belajar tentang bagaimana orang Indonesia berwisata dan manfaat pariwisata bagi orang Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

JANGAN PANGGIL AKU “BULE”!!!!!!

31 Mei 2012   06:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:34 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Entah darimana asal muasal kata “Bule” muncul dalam bahasa Indonesia. Kata “Bule” selaludiidentikan dengan orang asing yang memiliki rambut pirang, bola mata berwarna biru/hijau, berhidung mancung, dan berkulit putih. Entah dia dari benua Afrika, Eropa, Australia, bahkan dari Afrika pun jika memiliki anatomi dengan ciri-ciri tersebut akan dipanggil “Bule”.

Ada juga yang menyebutnyadengan sebutan “Orang Barat” (Western: maksudnya) mungkin karena negara-negara itu secara geografis berada di Barat Indonesia.

Tapi tahukah anda dengan memanggil mereka dengan pangillan “Bule” serasa asing dan sedikit menggangu mereka, apalagi buat wisatawan yang berasal dari Perancis.Boule (baca: Bule) dalam bahasa Perancis artinya, bola-bola besi yang bisa digunakan untuk tahanan, atau dalam percakapan sehari-hari menunjukkan orang yang “malas” (karena malas bergerak/menyeret kakinya). Karena itu bagi orang Perancis yang baru pertama datang ke Indonesia, mereka agak sedikitrisih dengan panggilan itu.

Beberapa teman sempat mengeluhkan dengan panggilan baru mereka itu, “Kenapa sih mereka panggil kami dengan sebutan “Bule”, bukankah akan lebih baik mereka panggil kami dengan bapak/ibu/saudara atau bahkan panggil kami dengan nama”. Karena terkesan agak Rasisdengan mengunakan pangilan tersebut. Dinegara kami, rasanya tak pernah kami memanggil dengan sebutan si Asia, ataupun si Kulit Coklat”, apalagi menyebut Negro/Niger!!!, sesuatu yang sangat tabu…bahkan anda bisa mendapatkan masalah besar jika yang bersangkutan merasa keberatan.

Kalau aku pikir-pikir benar juga ya.. selama disini, rasanya belum pernah aku dipanggil, dengan sebutan khusus, mulai sekarang mari untuk tidak lagi menggunakan istilah ‘’Bule’’.

Diskrimanasi Harga Tiket Objek Wisata

Rasanya tak salahjika seorang temanku dari eropa, pernah bilang, Kenapa semua orang Indonesia mengangap kami ini orang kaya. Padahal kami juga sama dengan mereka, diantara kami ada yang bekerja sebagai pelayan, pekerja bangunan, sopir, guru, dll, Kami bekerja keras dan menyisihkan sedikit demi sedikit uang dengan menabung. Untuk menikmati liburan!!!.

Tidak semua orang asing itu “Orang Kaya”, karena itu sangatlah tak mengenakkan setiap kali memasuki objek-objek/tempat-tempat wisata, selalu nampak DISKRIMINASI tersebut. Harga untuk orang asing berlipat-lipat harganya dibandingkan dengan orang Indonesia. Kenapa tidak dituliskan saja, yang membedakan hanyalah pemegang Identitas Indonesia akan mendapatkan potongan harga spesial.

Dan memang betul, berdasarkan pengalamanku mengunjungi tempat-tempat wisata selama ini, baik di USA, Australia, New Zealand (saat bekerja dikapal) maupun di Eropa (saat kuliah). Tak pernah kulihat perbedaan harga antara orang asing dan penduduk lokal. Yang ada hanyalah harga khusus untuk pelajar/mahasiswa dan senior citizen (orang tua).

Ayo, kita buat Indonesia, lebih nyaman dan lebih menarik, dengan merubah hal-halkecil yang bermakna besar. INDONESIA MOST DANGEROUS BEAUTIFUL COUNTRY!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun