Mohon tunggu...
Endah Kusumaningrum
Endah Kusumaningrum Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Scripta manent, verba volant

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Suatu Malam di Sudut Kecil Bernama RKWK

11 November 2013   18:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:18 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu, 9 November 2013
Awalnya sempat tersirat rasa ragu untuk beranjak dari kamar tidur, karena ketika itu pukul 17.30 hujan masih deras di Dukuhwaluh. Beberapa kawan mengirim SMS menanyakan perihal rencana menghadiri acara “Renungan Malam di RKWK”. Ragu. Galau. Posisi enak di kasur. Haruskah kami berhujan-hujan ke Wadas Kelir? Tapi syukur Alhamdulillah pukul 18.30 hujan mulai reda. Ragu sudah hilang. Hanya semangat belum terkumpul, karena membayangkan dinginnya angin sehabis hujan di luar sana.
Pukul 19.00, begitu berkumpul, ternyata ada tujuh kawan, delapan dengan saya yang akan ke sana (ke RKWK). Semangat saya bertambah, “Wah.. hebatnya, kawan-kawan rela meniadakan acara malam mingguan demi acara ini,” begitu pikir saya. Kamipun meluncur ke lokasi. Sampai di sana, antusias anak-anak didikan dosen saya, Heru Kurniawan, menyambut kami seketika menghilangkan rasa dingin sehabis hujan, yang ada hanya: KEHANGATAN.
Lilin-lilin kecil yang temaram menyinari wajah mereka. Lingkaran kecil anak-anak RKWK yang akan mengadakan acara renungan malam tentang Ibuk sudah terbentuk saat kami datang, seketika mereka menyalami tangan kami satu-satu. Kawan saya, Eri Setiawan, langsung bicara lirih: “Ih.. Asyinya”. Saya yakin Mas Eri yang bersusah-susah datang bawa gitar tak akan kecewa malam itu.
Benar saja, ketika acara dimulai anak-anak yang biasanya ramai jadi khusyuk. Hebatnya, pikir saya. Mereka serius banget. Saya jadi malu karena berfikiran kalau malam itu akan ramai seperti malam sebelumnya, saat saya datang bersama Mas Isnan untuk simulasi renungan malam.
Baru sekitar lima menit dimulai, anak-anak sudah ada yang menangis. Sesenggukan. Wahh, kok bisa anak-anak begitu ya? Kata saya lagi dalam hati. Anak-anak memang makhluk paling jujur, ketika mereka merasa senang, mereka tak malu mengungkapkannya lewat kata-kata dan tawa. Begitupun ketika meras sedih, mereka tak malu meneteskan air mata.
Saya, saya yang sebesar ini, yang tidak tinggal serumah dengan Bapak dan Ibuk jadi sangat terharu. Sungguh perasaan rindu yang biasanya wajar-wajar saja, malam itu jadi menyembul-nyembul minta diluapkan. Akhirnya, yah akhirnya, saya pun ikut nangis. Haha. Terima kasih ya, adik-adikku yang manis. Kalian sudah mengajarkan saya untuk jujur pada diri sendiri. Memberikan pengalaman batin yang sebelumnya belum perah saya rasakan: mengungkapkan rasa rindu pada Bapak dan Ibuk lewat puisi. Indanya...

Maturnuwun juga untuk suhuya adik-adik RKWK, Pak Guru Heru Kurniawan, sudah mengajak kami terlibat dalam acara yang mengharu-heru ini. Hi-hi

Saya mencintai semua yang ada di Rumah Kreatif Wadas Kelir

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun