“Mungkin saja akalku setipis rambut, hatiku tak sekuat besi, namun langkahku berjuang dijalan Allah laksana gunung yang berdiri kokoh. Allah tak pernah menyuruh kita membela-Nya, tapi Allah sayang dan cinta akan hamba yang menegakkan agama dan syariat-Nya, berjuang dijalan-Nya serta memuliakan-Nya. Ketika Allah telah berucap “Kun”, maka lumpur hitam-pun dapat menjelma menjadi mujahidin-mujahidin penegak risalah Allah,”
~Armand_Sholeh`
Penolakan dan pembubaranterhadap ormas Front Pembela Islam (FPI)yang didengungkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini patut dipertanyakan !!. Dalih-dalih mengatasnamakan Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai landasan penolakan dan pembubaran FPI dirasa sebagian umat Islam tanah air tak rasional.
HAM yang merupakan “produk” Yahudi telah menggeser cakrawala pemikiran rasional akan hak dan kewajiban umat muslim dalam meneggakan syariat dan agama Allah. Stigma negative yang disematkan pada FPI pada dasarnya adalah desain dari kaum kapitalis yang berusaha menjerumuskan bangsa ini kepada “kesesatan”.
Bukti ini sangat terang bagi mereka yang melihat dengan iman. Bukan dengan pandangan dunia akan suatu kebebasan menurut cara pandang konservatif (kalau tak mau dikatakan buta dan kuno).
Terlebih pemberitaan di media masa, baik cetak maupun elektronik yang selalu menyudutkan FPI sebagai biang kerok, dengan gaya preman dan anarkis dalam menyelesaikan masalah. Contoh kasus dapat dilihat di Palangkaraya, Kalimantan Tengah baru-baru ini. Namun FPI tetap eksis.
Pada kasus ini, masyarakat “dibutakan” dan “disesatkan” oleh dogma-dogma tak bertanggung jawab. Sebagai generasi yang cerdas, seharusnya kita melihat dahulu titik permasalahan sebenarnya. Mengapa bisa terjadi aksi penolakan yang dilakukan masyarakat yang mengatasnamakan suku dayak.
Bukankah FPI datang kesana dengan maksud yang baik yakni mendirikan FPI Kalteng serta membantu warga dayak dalam menghadapi sikap kesewenang-wenangan penguasa setempat. Terus mengapa warga dayak (yang mengaku) menolak. Apakah alasan warga dayak trauma akan konflik menjadi dasar yang tepat. Terus dimana aparat kalau begitu ??.
Ini cerminan bahwa kasus ini merupakan desain pihak tertentu yang ingin menjatuhkan FPI dimata publik, terutama warga dayak. Kalaupun FPI dalam setiap aksinya selalu menampilkan sikap “anarkis” itu pun ada alasannya.
FPI tidak serta merta dalam berdakwah langsung menggunakan kekerasan. Sebelum turun aksi, FPI terlebih dahulu memberikan peringatan, itu pun tak sekali. Namun sebagian masyarakat tak melihat akan hal tersebut. FPI yang “dituduh” sebagai biang keonarakan direpublik ini malah terus didemo atas dasar kebebasan. Terlebih sebagian dari pada pendemo tersebut adalah muslim.
Penegakan Amar ma’ruf nahi Munkar yang dilakukan oleh FPI dipandang sebagian golongan melenceng dari syariat. Pada dasarnya semua agama tak membenarkan kekerasan. Begitupun dalam islam. Namun saat bicara mengenai moralitas dan penegakan syariat, semua itu dapat terbantahkan.
Perhatikan hadits Rasulullah Saw di bawah ini yang diriwayatkan oleh Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Dari Abu Sa’id Al-KHudri r.a., “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘barangsiapa melihat kemungkaran dilakukan di hadapanya, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lidahnya. Jika tidak mampu, maka bencilah dengan dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman.”
Dari sini dapat dilihat bahwa apa yang dilakukan FPI sungguh mulia, Mereka menggunakan tangannya untuk memperbaiki “ke-bahlulan” masyarakat Indonesia yang sudah terdogma oleh doktrin Yahudi Cs. Tidaklah seseorang berada di suatu kaum dan ia berbuat maksiat, tetapi mereka tidak mengubahnya padahal mereka mampu mengubahnya, kecuali Allah akan menimpakan kepada mereka bencana sebelum mereka mati. Dan ini terbukti sekarang ini..
Ini adalah jawaban dari banyaknya opini dan pemberitaan yang selalu menyedutkan FPI. Padahal jika saja penguasa, para penegak hukum, alim ulama dan pelaku bisnis dapat menuntaskan permasalahan mendasar yang dituntut sebagian ormas islam (penegakan syariat), tentu kejadian “anarkis” yang dilakukan oleh ormas seperti FPI tidak akan terjadi.
Namun sayangnya penguasa yang lamban dan seolah-olah tutup mata akan hal ini, penegak hukum yang tembang pilih dalam penegakan hukum dan lebih memilih “upeti” sebagai jalan keluar, alim ulama yang lebih baik bermain pada safe and comfortable zone setelah mendapatkan kursi empuk dari “penguasa” dan gambar nyaman di stasiun televisi, serta pelaku bisnis yang lebih mengedepankan income dan tak mau taat aturan, menyebabkan ketidak puasan ormas, sekaliber FPI.
Dukungan ke FPI pun terus mengalir. Mulai dari Hizbut Tahrir Indonesia, Forum Umat Islam (FUI), KAHMI, media-media islam, Majelis Mujahidin Indonesia, dan lainnya serta beberapa tokoh diantaranya, Habieb Husein, Mohammad Fadhilah Zein (Produser TvOne), hingga baru-baru ini, K.H Ust Arifin Ilham pemilik majelis zikir Adz Zikra.
Bahkan dalam statusnya yang tertuang dalam wall Facebook miliknya, Arifin secara tegas mendukung FPI. “Saya Muhammad Arifin Ilham mencintai Habib Rizq Syihab dengan segala konsekwensi. Teruslah duhai habib yang mulia berdakwah dan berjihad,” tulisnya dalam akun FB.
Status Arifin Ilham ini ternyata mendapat sambutan yang luarbiasa. Tercatat sudah 11000 ribu lebih me-like status tersebut, belum lagi 3000 lebih komentar mendukung agar FPI terus berdakwah dengan caranya tersebut.
Harus diakui bahwa pemberitaan media yang berat sebelah menimbulkan penafsiran tersendiri dikalangan pembacanya. Terlebih lagi bisnis media (baik lokal maupun internasional), sebagian besar dikuasai oleh kelompok pendukung paham Sekularisme-Pluralisme-Liberalisme (SEPILIS) yang merupakan “seteru” FPI.
Sementara FPI yang merupakan ormas penggiat Amar ma’ruf nahi Munkar, selalu berada pada barisan terdepan dalam memberantas maksiat, penodaan agama dan aqidah Islam selalu mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari kelompok paham SEPILIS yang dominan menguasai media.
Karena itulah pemberitaan menyangkut FPI tidak berimbang (kalau tak mau dikatakan bohong). Intinya FPI selalu diperlakukan tidak adil dalam pencitraannya dan selalu disudutkan yang membuat opini masyarakat berubah. Seolah-olah FPI tak pernah melakukan kebaikan sedikitpun, walaupun FPI sering melakukan aksi-aksi kemanusiaan, itu tetap tak-guna, karena FPI tetap akan diperlakukan sama, “Tidak Adil”.
Seandainya saja Allah berkehendak mendatangkan musuh-musuh Islam ke “istana-istana” kita (seperti yang terjadi di Palestina, Afganistan, Irak, etc), barulah kita meminta bantuan atas nama ukhuwah. Atau anak-anak kita terjerumus oleh perbuatan maksiat dan amoral lainnya karena “kebebasan”, “HAM”, yang kita eluk-eluka selama ini, barulah kita akan tersadar.
Maju terus Habib Muhammad Riezieq bin Husein Syihab. Tajamkan “belati” dan “pedangmu”, Hunuskanlah kepada kaum-kaum kafirin yang mengaburkan aqidah kita sebagai seoarang muslim, yang merusak dan menodai syariat dan agama Allah. Jangan takut jikalaupun ujung senapan di kepala. Insya Allah, Allah Azza wa Jalla serta ummat muslim bersamamu. Allahuakbar… (*)
Follow @ArmandSholeh di Twitter
~Armand_Sholeh`
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H