Mohon tunggu...
arum spink
arum spink Mohon Tunggu... -

Lahir di Bulukumba Sulawesi Selatan dengan obsesi sederhana, bermanfaat bagi manusia lain

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tangis Buat Ariel

29 Juni 2011   03:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:05 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 31 Januari 2011, melalui tayangan tv, saya menyaksikan pembacaan vonis terhadap Aril Peter Pan. Sekelompok anak-anak muda yang turut hadir dalam ruangan sidang di pengadilan Bandung tersebut tampak menangis histeris tatkala ketua majelis hakim menjatuhkan vonis 3 setengah tahun. Di pikiran saya, mereka menangis karena tak tega melihat sang idola kena hukuman kurungan selama itu.

Sewaktu briptu Norman pulang kampung di Gorontalo, ribuan masyarakat tumpah ruah memenuhi jalan-jalan mulai dari bandara ke rujab Gubernur. Tampak masyarakat begitu histeria menyambut sang rising star kembali setelah sekian lama memenuhi undangan manggung di beberapa tempat di ibukota.

Menangis sejatinya bisa punya banyak makna. Ia bisa berarti simbol kelemahan. Bisa juga mencirikan keputusasaan yang amat dalam. Seolah, tak ada lagi titik sinar harapan. Tapi adakalanya menangis mencirikan hal lain. Ia justru menjadi inti ungkapan cinta yang amat dalam.

Konon, orang Yahudi dan Jepang begitu mencela seorang anak yang menangis. Orang Yahudi misalnya, selain mencela anak yang biasa menangis, mereka juga menganggap bahwa anak tersebut dianggap tak mampu melawan musuh. Begitu juga dengan orang Jepang. Orang tua di sana akan marah besar juka mendapati anak mereka menangis. Mereka berkeyakinan kalau menangis hanya dilakukan oleh mereka yang tak punya prinsip hidup.

Pada saat menjelang perang Tabuk, Rasulullah mengeluarkan sebuah kebijakan yang membuat beberapa sahabat akhirnya menangis. Kebijakan ini dikeluarkan mengingat perjalan ke Tabuk sangatlah jauh. Mereka harus menempuh perjalan selama 15 hari perjalanan kuda. Kebijakan itu mengatakan bahwa hanya memberangkatkan mereka yang berekendaraan atau dengan bermitra.

Mendengar kebijakan itu, ada tujuh orang sahabat yang miskin akhirnya menangis. Tangis mereka karena dengan kebijakan itu dipastikan mereka tak bisa ikut berjihad di jalan Allah. Peristiwa ini diabadikan dalam Al Quran surah Attaubah ayat 92.

Ketujuh sahabat itu telah menunjukkan satu hal yang amat kuat. Tangisan itu adalah kecintaan mereka terhadap panggilan dari Yang Terkasih. Mereka sadar bahwa kesempatan tak akan datang dua kali. Mereka berfikir bahwa belum tentu usia mereka tetap panjang hingga panggilan jihad berikutnya. Dalam benak mereka, inilah peluang besar untuk mengungkapkan cinta buat Allah dan Rasulnya.

Abu Bakar, seorang khalifah pertama, mendapat gelar khusus dari anaknya, Aisyah ra. Beliau menggelarinya dengan rojulun bakiy, atau orang yang mudah menangis. Tangisannya sulit terbendung ketika mendengar bacaan Al Quran dari Rasulullah saat shalat di belakang beliau.

Abdullah bin Umar. Putera Umar bin Khattab yang kala itu berusia sekitar 16 tahun itu biasa dua kali qiyamul lail dalam semalam. Di situlah ia tumpahkan rasa cintanya kepada Yang Maha kasih dan Penyayang. Abdullah pernah melewati sebuah rumah yang terdengar penghuninya membaca surah Al Mutataffifin “Hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”, tiba-tiba ia mematung. Seakan ia berdiri dihadpan Allah SWT. Dadanya pun langsung bergemuruh. Ia menangis.

Suatu ketika Jibril dan Mikail menangis. Hal ini terjadi setelah mereka menyaksikan betapa iblis yang dulunya mulia menjadi hina. Iblis dikenal sebagai Abid__ahliibadah di langit pertama. Ketika Allah bertanya alasan keduanya menangis, Jibril dan Mikail menjawab, “ Ya Allah, kami tidak aman dari tipu daya-Mu”.

Betapa bahagianya seorang hamba Allah ketika mereka datang ke dunia dengan menangis, sementara manusia di sekelilingnya gembira. Dan kelak, meninggalkan dunia ini dengan gembira, sementara manusia di sekelilingnya menangis.

Saya pernah membaca sebuah hadits yang berbunyi bahwa ada dua mata yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka. Pertama adalah mata yang selalu menangis karena takut kepada Allah. Dan, mata yang selalu terjaga di jalan Allah.

Mata meraka mengeluarkan air mata karena selama ini telah menzalimi orang lain dengan fitnah. Kesadarannya tersentak tatkala tahu bahwa keberadaannya sebagai manusia belum betul bermanfaat karena mereka tidur dengan dengan nyenyak sementara ia tahu tetangga mereka dalam keadaan lapar. Air matanya pun berlinang, di saat mereka tahu kalau selama ini dunia telah membuatnya lalai dari Allah. demikian kira pemaknan hadit di atas.

Yang mengkhawatirkan, setelah membaca hadits ini, karena mereka yang menangis karena vonis Ariel tak terkategorikan sebagai mata yang tak akan disentuh oleh api neraka yang menyala-nyala itu, Wallahu A’lam.(dari berbagai sumber)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun