Mohon tunggu...
Art TAKUBESI
Art TAKUBESI Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

MUKJIZAT ITU NYATA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Warisan Budaya Nusantara yang Tak Lekang Oleh Waktu

17 Mei 2017   12:05 Diperbarui: 17 Mei 2017   12:32 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak depan SMK Pariwisata di Desa Niukbaun NTT

Adat dan budaya menjadi warisan penting bagi anak cucu karena dipakai untuk menunjang kehidupan tetapi juga menoreh makna dan warna bagi para pencintanya. Tetapi apalah dikata, jika kebiasaan itu berubah mengikuti jaman dan melupakan nilai maka semua itu serasa sirna dan tidak pernah ada. Terkadang kondisi inilah yang membuat adat dan budaya itu mati suri, dan jarang mendapat penghargaan.

Tetapi lain halnya di desa bernama Niukbaun, tepatnya 35 kilometer dari Kota Kupang NTT, kini kembali mengangkat nilai nilai itu meskipun berada dalam keterbatasan. Dengan kondisi keuangan seadanya, Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata (SMK) Pariwisata akhirnya dibangun dengan misi untuk kembali merawat nilai budaya mereka. Dibangun sejak tiga tahun yang lalu, gedung sekolah mereka menggunakan atap ilalang dan dinding bebak. 

Hingga kini, sekolah dengan enam ruang kelas darurat itu mampu menampung 69 siswa. Sekolah yang di bangun di atas lahan seluas 5ha, itu masih dalam pengurusan sertifikat.  

Tampak depan SMK Pariwisata di Desa Niukbaun NTT
Tampak depan SMK Pariwisata di Desa Niukbaun NTT
Tetapi dalam keterbatasan itu, para siswa diharapkan mampu menerapkan nilai nilai budaya nenek moyang mereka di masyarakat, dimana saja berada kelak. Mulai dari adat istiadat sebagaimana kebiasaan orang Timor yang selalu sopan santun, hingga cara berpakaian. Untuk pakaian adat di kecamatan Amarasi ini masih menjadi salah satu ikon terbaik di pulau Timor selain musik Sasando. Sehingga pelajaran di sekolah ini termasuk dalam salah satu cara untuk merawat ikon pakain adat motiv tenun Timor tersebut..

Status sosial seseorang bisa dilihat dari cara berpakaian, dengan menggunakan motif korkase, pouk, dan lain lain. Selain itu, cara berpakaian untuk menghadiri berbagai acara baik perayaan sukacita maupun kematian, semuanya diajarkan di tempat ini. Kekuatan untuk membangun kembali nilai ini, selama ini terhambat oleh dana untuk membangun ruang kelas praktek, sehingga setiap siswa yang mengadakan praktek harus keluar bangunan (dilapangan).

Direktur yayasan kemanusiaan CIS Timor, Haris Oematan mengemukakan kendala ini saat kunjungan anggota DPRD setempat ke sekolah tersebut. Dia berharap ke depan ada perhatian dari pemerintah maupun bantuan dari swasta agar sekolah ini dapat berkembang dan dapat memberi warna bagi orang dunia kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun