Mohon tunggu...
Asnelly Daulay
Asnelly Daulay Mohon Tunggu... -

timbang dan rasakan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perceraian Halimah yang Melegakan

18 Februari 2011   07:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:29 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau menyakitkan, perceraian Bambang Tri dengan Halimah melegakan banyak orang. Sebagai pemirsa tivi dan pembaca yang rajin mengikuti proses perceraian akbar ini, terus terang saya cukup tersiksa melihat seorang perempuan dicampakkan oleh suaminya karena kehadiran perempuan lain. Saya yakin banyak wanita yang sependapat dengan saya; konflik keluarga yang terlalu lama hanya akan menyisakan luka yang lebih dalam dan dendam. Lebih baik diakhiri dengan cepat. Keputusan MA beberapa hari lalu merupakan momen yang tepat untuk mengakhiri konflik perkawinan salah satu keluarga elite di Indonesia ini.

Kelegaan paling huih huih, tentu dirasakan oleh pasangan Bambang dan istri barunya. Tak boleh dong kita terus menerus mencerca mereka apalagi mereka telah menikah dengan resmi. Hak semua orang untuk memulai hidup baru dengan pasangan yang dicintainya. Benar, puluhan tahun lalu cinta Bambang hanya untuk Halimah, namun siapa yang bisa melarang jika cinta seseorang berpindah ke lain hati?

Untuk Halimah yang baik hati, sabar dan masih kelihatan sangat cantik, beliau cukup beruntung dengan keadannya sekarang. Meski kehilangan suami, anak-anak mendukung dia sepenuhnya dan ada harta berlimpah yang menjamin kesejahteraan mereka hingga mati. Coba bandingkan dengan kehidupan wanita lain yang dipoligami atau dicerai sepihak tanpa tunjangan anak yang jelas. Banyak sekali kasus perceraian yang lebih mengenaskan, tak sepicingpun berbanding dengan perceraian Halimah-Bambang.

Sebagai sesama perempuan, saya berdoa agar cobaan ini memuluskan perjalanan Halimah dan anak-anaknya ke masa depan. Walau sakit, dengan kearifan dan kesabaran yang dimilikinya terutama sejak diceraikan suaminya di Pengadilan Agama Jakarta Pusat pada 21 Mei 2007 lalu, Halimah dapat menata masa depannya kembali. Seandainya pun MA memutuskan sebaliknya, itu tak akan melegakan karena siapa yang suka punya suami yang hatinya telah dimiliki wanita lain?

Para perempuan Indonesia menunggu kembalinya Halimah ke dunia perjuangan. Dulu dia sangat aktif di Yayasan Jantung Harapan Kita. Kini masyarakat akan menghargai Halimah bukan karena hubungan kerabatannya dengan mantan Presiden Soeharto, namun karena perjuangannya sendiri.

Bu Halimah, jangan menyerah oleh kesulitan. Jangan mau diintimidasi keadaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun