Mohon tunggu...
Zakaria Rasyid
Zakaria Rasyid Mohon Tunggu... Penulis - make great to be great

gratitude

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Uang Receh

2 Februari 2022   05:31 Diperbarui: 2 Februari 2022   05:32 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di satu kesempatan ketika menemukan UANG RECEH dijalan, maka yang sering kita lakukan adalah mengabaikannnya, mengacuhkannya atau bahkan memungutnya tanpa rasa dengan langsung melemparkannya begitu saja. Hal ini dikarenakan karena nilai yang dimiliki oleh UANG RECEH tidak bisa digunakan untuk membeli sesuatu yang berharga ataupun yang bernilai besar. Nilai UANG RECEH terkadang tanpa kita sadari ada pada diri kita, ada pada kelompok-kelompok kita dan bahkan ada pada bangsa kita.


Menganggap diri paling hina, tiada berharga, tiada berdaya karena seringnya membandingkan diri dengan orang lain, membandingkan rupa, membandingkan kekayaan, membandingkan pencapaian, membandingkan hal-hal yang justru melupakan nilai diri yang telah Tuhan titipkan pada masing-masing individu, nilai diri yang tidak bisa disamakan dengan nilai UANG RECEH, nilai diri yang telah Tuhan titipkan dengan penuh kehormatan dan kemuliaan pada manusia, yang dengannya malaikat dan iblis diminta untuk bersujud dengan takzim oleh Tuhan seru sekalian alam, namun anehnya manusia sendiri yang membuat dirinya bernilai UANG RECEH.


Dalam satu komunal yang menganggap kelompoknya lebih baik, lebih utama, lebih sempurna dibanding kelompok yang lain. Membuat keutuhan dan keseimbangan yang telah Tuhan amanahkan kepada semesta ini kacau balau. Saling tuduh, saling serang, merendahkan, mengabaikan, mengacuhkan, mengintimidasi dan segala hal yang menjadikan komunal itu bisa memenangkan dan memperkokoh legitimasinya dengan pongah dan penuh jumawa. Namun pada dasarnya tiadalah nilainya lebih rendah dari iblis yang nilainya tidak sebanding dengan nilai UANG RECEH dihadapan Tuhan seru sekalian alam. Orang-orang yang merasa paling benar, menggunakan hukum sesuai kehendak dan kepentingannya, memperturutkan hawa nafsu, mengadu domba, menghasut adalah orang atau kelompok yang nilainya lebih rendah dari UANG RECEH.


Bangsa yang maju adalah bangsa yang tidak bernilai UANG RECEH, bangsa yang pemimpinnya mampu menyatukan nilai-nilai kecil berserakan menjadi nilai yang sangat berharga, bangsa yang pemimpinnya mampu mengumpulkan beragam nilai menjadi rahmat bukan menjadi bencana dan perpecahan, bangsa yang pemimpinnya mampu meredam murka menjadi tawa, air mata menjadi embun pagi yang sejuk hingga ke relung, bangsa yang maju adalah bangsa yang penduduk dan masyarakatnya tidak bernilai UANG RECEH.

#CatatanKuPengingatku
#AllahMemuliakanMuDenganKetaqwaanSebagaiNilaiDirimu
#Qs. Al-isro':70

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun