Mohon tunggu...
Zakaria Rasyid
Zakaria Rasyid Mohon Tunggu... Penulis - make great to be great

gratitude

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Guruku, Pesanmu, Kesanku

19 Februari 2021   08:51 Diperbarui: 19 Februari 2021   09:26 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentari menyapa semesta dengan salam damai, sang awan berarak beriring menyunggingkan senyum keikhlasan, gerombolan bangau  mengepakkan sayap terhebatnya untuk  menjemput rezeki yang terjanjikan itu dengan penuh ketawakalan, sang embun ikut ambil bagian di ujung-ujung dedaunan dengan zikir semesta, Gunung Rinjani dengan anggun merangkul pagi yang cerah, sang gerobak yang terpaksa bersuara karena ditarik  menuju persawahan, para petani saling menyapa dengan sapaan dan tatapan penuh semangat, anak-anak kecil  berlarian menuju kali untuk membersihkan diri sebelum berangkat menuju sekolah untuk menjemput seuntai asa, begitulah situasi pagi damai di desa kami, desa Bandok, desa yang penuh dengan kesederhanaan dan kebersahajaan.

Lonceng berdentang dengan riang, anak-anak berlarian menuju kelas masing-masing, begitu juga denganku yang pagi itu ikut ambil bagian didalamnya, suara riuh rendah anak-anak yang masih terdengar namun tiba-tiba sunyi dengan kedatangannya, sunyi bukan karena kami takut, sunyi karena kami takzim, senang dan bahagia karena kehadirannya ditengah-tengah kami. Iya,  dialah guru idolaku, dialah guru kebanggaanku, dialah guru panutanku, dialah guru yang tiap kata dan perbuatannya adalah azimat, dialah guru  yang telah menulis jejak-jejak kebaikan dalam perjalanan sejarah hidupku, dialah H. Soleh, guru dan kepala sekolah kebanggaan kami, kepala sekolah idola di SDN 1 Bandok.

Ketika dia masuk dikelas, bertanda ada guru yang hari itu sedang izin atau tidak bisa datang untuk membersamai kami belajar, sedih tentunya, tapi kesedihan itu buyar ketika hadirnya ia dikelas dengan senyum penuh keikhlasan dan kedamaian. Dia begitu faham dengan murid-muridnyanya, dia begitu telaten menghadapi tingkah polah kami, dia begitu sempurna sebagai orang tua dimata kami. " Rasyid, maju, pak guru ingin mendengarkan suaranya yang merdu", selorohnya, padahal dia tau kalau muridnya ini adalah salah satu murid yang pemalu, yang baru ku tau kalau beliau ini ingin menguatkanku, dan mengingatkanku untuk melawan rasa tersebut. Lidahku kelu dan ujung pori-poriku mulai mengeluarkan bulir-bulir bening menandakan stress yang sangat, namun tetap saja ku turuti peritahnya.  " bagus nak", sambil menepuk pundakku. Tidak banyak kata yang diucapkan namun mampu mengubur rasa takut pada diriku, dan menumbuhkan sedikit demi sedikit keberanianku.


Kabar meninggalnya beliau menjadi hari tersuram bagi kami, bagi sekolah kami, bagi desa kami. Pak guru senyummu adalah nasehat, kata-katamu adalah pengingat dan perbuatanmu adalah pengikat. Semoga Allah Azza Wa Jalla mengangkatmu dengan sebaik-baik kedudukan, menaungimu dengan sebaik-baik kenikmatan dan mendekapmu dalam damai firdausnya.


#AdabDanBudiAdalahDasarMendidik
#CintaKasihSayangDanDoaAdalahTaliPengikatRuh
#GuruKuJasaMuLelahMuPeluhMuAdalahPenyelamatMuDanPenyelamatKu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun