Mohon tunggu...
Aprison Mandela
Aprison Mandela Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Memiliki visi dan misi memajukan sekaligus mensejahterakan masyarakat Indonesia dan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa yang Ada Dipikiran Mereka ?

23 Oktober 2014   21:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:58 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilihan legislatif yang dilaksanakan pada 9 april silam dan pemilihan presiden yang diadakan belum menyentuh 100 hari, telah menimbulkan perubahan besar dibangsa ini. Melalui fakta-fakta yang disiarkan dimedia televisi maupun media lainnya, terbentuknya dua kelompok besar dalam pemilu periode ini merupakan tonggak sejarah yang menandakan solidnya partai-partai di Indonesia  sebagai bentuk persatuan dan kesatuan membangun bangsa.

Indonesia  Hebat yang merupakan koalisi partai yang berkomposisikan PDIP, PKB, Hanura dan Nasdem harus melawan kekuatan partai koalisi besar yakni koalisi merah putih yang terdiri dari penguasa lama Golkar, Gerindra, PPP, PAN, dan PKS. Untuk keberadaan partai Demokrat yang dianggap sebagai partai pemenang suara terbanyak ketiga, dibingungkan dengan mana koalisi besar yang dapat meningkatkan pundi-pundi suara mereka yang selama ini mulai menurun tergerus kasus para kader dan anggota-anggotanya.

Pertarungan antara dua koalisi besar yang telah dibuktikan melalui pemilu dan pilpres dengan mutlak dimenangkan oleh partai besar besutan megawati, PDIP. Diperoleh suara sekitar 22% pada pemilu dan sekitar 53% pada pilpres dengan mengusung mantan walikota surakarta sekaligus orang nomor satu di DKI, Jokowi.

Pertarungan dua babak yang telah dilaksanakan mutlak dimenangkan oleh koalisi PDIP. Tak dapat dipungkiri karismatik Jokowidodo selaku model kampanye PDIP berhasil mengungguli Capres tegas Koalisi merah putih Prabowo Subianto.

Melalui proses panjang, kampanye sehat hingga kampanye hitam, dukungan harmonis hingga unjuk rasa anarkis telah mengisi ruang waktu persaingan dua koalisi hingga saat ini.

Kekalahan koalisi merah putih dalam pemilu dan pilpres yang lalu tidak diterima begitu saja. Setelah pejabat eksekutif sudah dipastikan diisi oleh koalisi Indonesia  hebat, kini hagemoni koalisi merah putih berusaha untuk merambah hagemoni mereka di pejabat legislatif.

Perjuangan untuk melegalkan pemilihan bupati/walikota oleh DPRD merupakan manuver koalisi merah putih untuk menguasai gedung MPR. Komposisi koalisi yang bisa dikatakan unggul telak jikalau dibandingkan dengan koalisi Indonesia  hebat, sekitar 52% berbanding 32% koalisi merah putih unggul dengan posisi partai demokrat yang memilih abstain.

Tak perlu proses panjang, melalui beberapa kali rapat panja di gedung DPR, dahulu secara keseluruhan koalisi merah putih yang mendukung pemilu secara langsung, telak memenangkan manuver mereka untuk mendukung pemilihan bupati/walikota oleh DPRD.

Tak perlu berbicara panjang lebar, perebutan kursi pimpinan DPR pun sudah dipastikan dimenangkan oleh koalisi yang memiliki dukungan suara terbanyak. Ya, koalisi merah putih berhasil menjabat secara keseluruhan kursi pimpinan DPR dengan komposisi: fraksi Golkar sebagai ketua dan keempat wakilnya diisi oleh partai Gerindra, Demokrat, PKS, dan PAN. Terdengar aneh namun realita, itulah fakta singkat mengenai kondisi dan situasi politik Indonesia , yang mana hingga saat ini sibuk mencari peluang jabatan dan kekuasaan.

Bagaimana dengan nasib rakyat, jikalau para pejabat dan pemimpin yang terpilih hanya sibuk untuk mencari kekuasaan dan bersaing untuk menjadi pemenang. Akankah mereka memikirkan rakyat? Masihkah mereka memikirkan rakyat?

Melihat fakta yang ada , hanya persaingan dua kubu yang terus terjadi memperebutkan kekuasaan dengan mengatasnamakan rakyat tanpa mendeklarasikan apa visi dan misi mereka sebenarnya untuk membangun negeri.

Kondisi persaingan yang terus terjadi akan menjadi catatan sejarah menarik bagi dunia perpolitikan Indonesia . Timbul pertanyaan dan pernyataan keraguan terhadap komposisi pejabat eksekutif dan legislatif.

Opini pemberedelan kaki dan tangan pejabat eksekutif terpilih dan oposisi di gedung MPR, dikhawatirkan akan menekan sesak sabuk pengamanan Jokowi selaku presiden.

Timbul pertanyaan seorang anak kecil berumur 5 tahun mengenai kekesalannya melihat semua media yang memberitakan kondisi politik Indonesia , “Mengapa kekalahan yang sudah terjadi sulit untuk diterima? Akankah mereka bersatu dalam membangun negeri ini?”

Periode lima tahun kedepan merupakan periode menarik yang bakal ditunggu-tunggu. Akankah terjadi suatu perubahan positif yang besar? Ataukah sebaliknya kekuasaan yang berseberangan akan menimbulkan sikap saling jatuh menjatuhkan diantara koalisi.

Tetap dukung perbedaan yang ada, tanpa melupakan bahwa amanat rakyat dan konstitusi mewajibkan kita bersama untuk tetap bersatu, berjuang dan mensejahterakan kehidupan bangsa adalah visi dan misi bersama yang harus kita wujudkan. Mari bersatu demi merah putih yang hebat, kita bisa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun