Mohon tunggu...
Dian Prameswari
Dian Prameswari Mohon Tunggu... lainnya -

In any real man a child is hidden that wants to play (Nietzsche)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Fly Garuda: Trasi, Turbulence and Revolt

6 Juli 2013   09:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:56 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Garuda Indonesia yang lagi berbenah tampil cukup menarik di website nya. Jadi untuk pulang kampung ke Solo saya putuskan pakai Garuda. Pelayanan pun cukup memuaskan. Ground handling staff di Perth international airport cukup ramah dan melayani seperti layaknya pelayanan di Australia dengan ditambah Indonesian touch. Saya minta seat yang didepan wing dan dikasih. Semua lancar.

Saat hidangan makan pun tiba. Bau apa nih ya kok agak menyengat dan gak begitu kenal. Ternyata bau nasi goreng dengan udang. Mau donk, saya nasi goreng mbak, terimakasih. Ternyata nasi goreng nya cukup pedas. Dan ternyata jelas sekali sambalnya pakai trasi. Kok aneh ya, masa nasi goreng pakai trasi. Trasi sama udang tentu saja baunya sangat menyengat karena udang sendiri kalau nggoreng nya gak bener juga keluar aroma yang menyengat. Lah ini udah pakai sambal trasi tambah udang. Tapi sambal nya jelas sekali bukan sambal fresh seperti kalau kita bikin nasi goreng. Ini pasti sambal belacan seperti yang dijual di Asian mini market.

"Hmm,  this is rather posh, look we have real cutlery, usually it's just a plastic" kata saya pada perempuan Australia di sebelah saya. Perempuan itu setuju dan senang menikmati nasi goreng juga, begitupun suami dia disebelahnya. Meski baunya menyengat toh terasa enak dan saya gaglak habis nasi gorengnya.

Semua nya berjalan lancar dan acara makan pun usai. Namun tak lama kemudian terjadi gejolak. Perut saya berontak. Karena biasanya memang saya tak makan pedas di pagi hari.

Dengan sungkan saya harus minta ijin pada dua orang disebelah saya yang badannya dua duanya berdaging semua. Rasanya mau melompat saja biar cepat daripada menunggu mereka berdiri dari seat nya.

Sampai di kawasan pejongkokan, ternyata ada tiga yang ngantri. Ck, ndlanduk tenan! Celakanya lagi saat itu terjadi turbulance dan semua penumpang diminta untuk kembali ke seat masing masing, begitupun yang masih di toilet diharuskan segera menyelesaikan urusannya dan kembali ke seat. Saya duduk saja dikursi terdekat yang kosong dari pada ke seat saya yang agak didepan. Perempuan tua yang duduk dideretan seat tsb memandang saya tak begitu senang. Sorry, I am little bit desperate, so I seat here. Kata saya tak menghiraukan pandangannya.

Walau masih turbulence, melihat toilet jadi kosong saya pun menerjang ke toilet, karena sudah tak tahan. Daripada njebrot di seat kan bisa kewirangan saya. Ternyata pakai toilet waktu turbulance memang cukup mengguncangkan. Terhentak hentak dan serasa mau lepas buntut kapal terbang tsb. Apalagi pintunya bergetar keras. Tapi kok selain getaran dari turbulance ada gebrakan gebrakan yang sangat keras di pintu. Pasti pramugari nya yang gebrak gebrak minta saya keluar. Keras bukan main. Jadi saya pun menjerit. Sebentar! Sebentaaaar! Baru gebrakan nya berhenti. Pokoknya saya harus memadamkan pemberontakan di perut saya, atau saya akan gugur sebelum sampai Solo.

Keluar dari toilet, saya merasa begitu peloh, lunglai.

Pramugari yang duduk manis di kitchenette dekat toilet berpesan agar saya hati hati karena masih turbulence. Pandangannya begitu tidak ramah terhadap saya.

Tentu saja saya sangat hati hati, wuuk wuk!

Tapi nasi goreng mu (Garuda)  bikin saya sakit perut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun