Mohon tunggu...
Anton Punkq
Anton Punkq Mohon Tunggu... -

translator, peminat buku, dan suka menulis, tinggal di Priyang Tangsel...saat ini bekerja di PT. IISA VISIWASKITA BSD City Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kecerdasan Jamak ‘In Action’

17 September 2015   15:19 Diperbarui: 17 September 2015   19:45 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Saat berada di TK Regina Pacis Jakarta untuk salah satu tugas ambilan data, (tanggal 08 s/d 11 September 2015) saya mendapatkan satu pertanyaan yang cukup mengejutkan yang dikemukakan oleh seorang wanita pendamping anak. Pertanyaan beliau sebenarnya sederhana saja. “Apakah kecerdasan jamak dapat meningkatkan kemampuan matematika si anak didik?”Pertanyaan yang sangat membumi dan wajib dikemukakan oleh seorang ibu yang amat prihatin dengan nasib putera-puterinya kelak.

 

Ketika itu saya sempat tergugu beberapa saat, karena ketidaksiapan dan hanya mengangguk ketika beliau menjawab sendiri pertanyaan yang dikemukakannya secara kurang meyakinkan. “Pastinya dapat, tapi akan mencederai peluang perkembangan potensi “besar” lainnya dari si anak, yang kemudian dapat mengakibatkan munculnya rasa ketidakpuasan pada diri sendiri”, demikian kurang lebih jawaban beliau yang sekedar kuberi anggukan penuh keraguan, dan beberapa keterangan peneguh yang juga kurang meyakinkan. Akhirnya kuajukan saran agar pertanyaan tersebut disimpan dulu dan dikemukakan pada kesempatan “workshop” kelak.

 

Pertanyaan tersebut jadi sangat membuat penasaran, sehingga kuputuskan untuk melampiaskannya dalam artikel ini. Penjelasan yang sekedar lahir dari imajinasi seorang pecinta buku ini, harap jangan dijadikan pedoman fix (baku) dan bila dirasa ada kekurangakuratan terkait jawabannya dapat anda konfirmasikan lebih lanjut pada mereka yang lebih profesional.

 

Pertanyaan tersebut sangat amat praktis, tapi kepragmatisan pertanyaannya memunculkan akibat lain yang tak diharapkan yaitu pembalikan realitas yang sebenarnya. Menurut saya, kecerdasan jamak itu produk untuk mengungkap potensi anak. Asumsinya adalah bahwa kita membutuhkan informasi tersebut sebagai bahan olahan yang akan kita ramu demi kecerahan masa depan anak.

 

Masalah muncul, saat kemampuan matematis jadi patok utama kesuksesan, dan orang-tua atau pendamping yang sudah demikian repot terdorong untuk mengambil jalan pintas. Peran orang tua sebagai juru masak yang baik, yang akan mengolah bahan ramuan dari sumber anaknya menjadi adonan yang akan memuaskan semua pihak (terutama si anak sendiri), bergeser menjadi juru masak kuliner instan “mie matematika”. Apapun upaya dan pengorbanannya, yang penting si anak pada akhirnya akan berhasil menyajikan mie instan matematika secara prima. Tak dibutuhkan bahan ramuan atau informasi potensi lain dari si anak, kecuali informasi tunggal pendukung kemampuan matematika yang diharapkan oleh orang tua.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun