Mohon tunggu...
Anton Punkq
Anton Punkq Mohon Tunggu... -

translator, peminat buku, dan suka menulis, tinggal di Priyang Tangsel...saat ini bekerja di PT. IISA VISIWASKITA BSD City Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi For President 2014! Why not?...

8 Maret 2014   20:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:08 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"At least, I would remind you, that extremism in the defense of liberty (or in this case Jokowi’s being a President ) is no vice. And... moderation in the pursuit of justice ( or in this casemaintaining Jokowi’s current position)is no virtue." – (Barry Goldwater)

Di tengah kancah globalisasi yang menyeret semua “gerak gaya” kehidupan berbangsa dan bernegara, maka idiom paling menonjol dan mengemuka adalah REDEFINISI! Semua cara pandang lama yang tidak lagi relevan (karena tak mampu merespon tantangan eksternal yang kian sengit dan pesat) mau atau tidak mau harus kita tanggalkan. Kemudahan-kemudahan yang terfasilitasi oleh pesatnya perkembangan teknologi (khususnya segala hal yang terkait dengan kendala waktu dan tempat) seharusnya semakin menyadarkan kita bahwa semua itu sedikit banyak mengubah cara pandang dan cara kita berelasi dengan dunia dan sesama. Yang paling utama, semua pendasaran yang dahulu kita terima sebagai hal yang sudah semestinya (take it for granted ) kini mulai dapat dan (memang) seharusnya dipertanyakan. Bahkan kebenaran obyektif-pun kerapkali harus kita kalahkan dan korbankan demi apa yang kita sebut solidaritas sosial, karena apa artinya suatu kebenaran obyektif bila kebenaran itu terpasung dalam ranah steril yang rentan terpolitisasi ? (Rorty:Truth means, not what corresponds to the facts, but what it is better for us to believe )

Dalam gelegak gairah pe-redefinisi-an inilah, mimpi pembaharuan negeri mulai kita rajut kembali. Air bah tanya menyeruak bak jiwa-jiwa kering yang memadati sumber mata air penyegar. Tanpa patok-patok tegas penuntun jalan, kita cenderung hanya mencari dan mendamba sumber penyegar (alih-alih bergerak mendekati tujuan sejati). Maka semaraklah radikalisasi kebebasan dan radikalisasi patok-patok usang. Keduanya merupakan wujud ekstrim dari kemalasan dan keengganan manusia untuk bersusah payah membentuk nilai –nilai kediriannya. Benar apa kata Buddha, bahwa jalan tengah itu tak mudah….

Gejala Jokowi yang hendak “moksa” (atau di “moksa” kan?) jadi presiden pun, memunculkan dua kutub pertentangan serupa. Mereka yang “anti perubahan”(dengan segala topeng ideologi atau agama) melawan mereka yang “pro perubahan” (dengan segala topeng ideologi atau agama). Yang anti Jokowi dan yang pro Jokowi merupakan wujud radikal dua kutub ekstrim di atas (“anti redefinisi” dan “pro redefinisi”). Mereka yang anti Jokowi menebar kriteria baku, sedang yang pro Jokowi merentangkan semangat radikal redefinisi perubahan.

Yang menarik adalah sikap dewasa yang diambil oleh PDI. Sikap jalan tengah, yang mengingatkan kita pada jalan Buddha…(gayane!).Tidak menentang sikap kedua kutub secara frontal, karena kedua kutub itu mengandung sebagian kebenaran; namun serentak juga tidak menerima sikap dan visi kedua kutub itu… Karena kedua kutub itu sebenarnya bertolak dari keprihatinan yang sama , yakni ketidakpuasan pada kondisi dan realitas yang ada. Hanya sikapdan tanggapan pada situasinyalah yang berbeda. Yang satu langsung bergerak ke tujuan sedang yang lain memprioritaskan upaya untukmencari peta petunjuk jalan. (Young riders pick a destination and go...Old riders pick a direction and go.(unknown))

Sebagai partai yang cukup matang, PDI tak hendak terprovokasi oleh kedua kubu pertentangan frontal seperti itu. Sikap diam PDI itu mungkin lebih tepat dimaknai sebagai sikap orang dewasa yang menanti dengan sabar lahirnya tanggapan matang dari anak-anaknya…Btw.,We are not children in search of instruction, but sceptics in search of men.. (From the twin souls of Wilde and Nietzsche)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun