Mohon tunggu...
Adewi
Adewi Mohon Tunggu... -

Researcher, Public Health, Behavior Science

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pencerdasan Peternak, Penjual dan Pemotong Hewan tentang Pencegahan Penyakit Zoonotik di Sawangan, Depok

23 November 2014   02:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:06 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Selama ini masih banyak masyarakat yang menganggap enteng apabila ternak yang mereka pelihara menderita sakit. Padahal tanpa mereka ketahui penyakit dari hewan dapat menular ke manusia dan begitu pula sebaliknya, penyakit manusia dapat menular ke hewan. Penyakit itu dalam dunia kesehatan hewan dikenaldengan istilah penyakit zoonotik. Adapun macam penyakit zoonotik antara lain rabies, tuberculosis, antraks

Penyakit zoonootik bukanlah penyakit biasa. Berdasarkan laporan WHO, sedikitnya 55.000 orang mati karena rabies di Asia dan Afrika. Selain itu, lebih dari 50.000 kasus manusia yang terserang brucellosis ditemukan hanya di 8 kota yang terletak di selatan dan timur Laut Mediterania pada tahun 2003. Sementara kondisi di Indonesia sendiri telah banyak ditemukan cacing hati pada hewan kurban di beberapa kota seperti Semarang, Jakarta, Samarinda, Garut dan kota-kota lainnya., toxoplasmosis, leishmaniasis, brucellosis, dan lain sebagainya.

Idul Adha atau lebih dikenal juga dengan Idul Kurban merupakan salah satu bagian dari ibadah umat muslim yang dilakukan oleh masyarakat di Indonesiayang mayoritas menganut agama Islam. Pada bulan Dzulhijjah dalam kalender penanggalan tahun Qomariyah dimana Idul Kurban dilaksanakan, penjualan hewan seperti sapi, kambing, dan domba bermunculan di masyarakat.Fenomena ini kita lihat dengan munculnya kandang-kandang semi-permanen dan penjual-penjual hewan kurban musiman. Sayangnya, banyak pemilik dari kandang-kandang tersebut kurang memperhatikan aspek kebersihan dan kesehatan, seperti hewan yang dijual tidak dimandikan, kotoran hewan juga dibiarkan begitu saja sehingga terinjak, menempel pada tubuh hewan sehingga mengundang bau yang tidak sedap dan lalat pada lingkungan sekitarnya termasuk warung, kios-kios makanan dan rumah penduduk.

14166592052045163528
14166592052045163528

Selain itu, pelaksanaan kurban juga melibatkan proses pemotongan hewan dan pembagian daging. Masih banyak ditemukan cara praktik yang salah dalam pemotongan dan pembagian daging yang dilakukan masyarakat, seperti pemotong hewan yang tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri), seperti sarung tangan, apron (celemek) dan alas kaki, ketika proses penyembelihan.Mengenai kebersihan lingkungan dan diri juga masih kurang, dapat dilihat dari pengelolaan limbah pemotongan (darah) serta kebersihan diri (cuci tangan pakai sabun).

Tentunya praktik-praktik yang salah dalam penanganan hewan kurban yang terjadi selama ini dan pengetahuan yang kurang tentang penyakit zoonotik dapat meningkatkan kejadian penyakit tersebut di masyarakat. Oleh sebab itu tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM Ul) yang diketuai oleh Dr. Dra. Evi Martha, M.Kes bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengadakan Program “Pencerdasan Peternak, Penjual, dan Pemotong Hewan tentang Tatalaksana Hewan Kurban dalam Rangka Pencegahan Penyakit Zoonotik” di Kecamatan Sawangan Kota Depok. Kegiatan ini merupakan salah satu program Community Engagement Grands (GEGs) 2014 yang didanai oleh Direktorat Riset dan Pengembangan Masyarakat Universitas Indonesia (DRPM Ul)

Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan April hingga November 2014. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan meliputi identifikasi masalah dan peserta, menjalin kerjasama dengan IPB, Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Kesehatan Kota Depok, pembuatan media, pelaksanaan pelatihan, pengukuran pengetahuan, sikap, dan praktik sasaran, serta observasi. Program  ini diikuti oleh sebanyak 30-36 orang peternak, penjual, dan pemotong hewan kurban. Materi yang diberikan dalam pelatihan adalah seputar tatalaksana hewan kurban yang baik dan benar. Metode yang digunakan berupa ceramah, diskusi, pemutaran film, simulasi, serta pendampingan setelah pelatihan. Adapun media yang digunakan pada program ini antara lain modul pelatihan, buku saku, poster, leaflet, lembar balik, serta CD film.

14166599402061772743
14166599402061772743

Setelah pelaksanaan program didapatkan hasil bahwa pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan peternak sebesar (53,4%), penjual sebesar (31,7% ) dan pemotong (32,1%) serta peningkatan sikap peternak sebesar (23,75%), penjual sebesar (8,1%) dan pemotong (9,9%) dalam hal pencegahan penularan penyakit zoonotik. Selain itu pelatihan juga berdampak pada perubahan praktik sasaran menjadi lebih baik.

Hal ini menunjukkan bahwa peternak, penjual, dan pemotong hewan yang dilatih dapat meningkat pengetahuan, sikap, serta praktiknya dalam tatalaksana hewan kurban yang baik. Tentunya peningkatan tersebut dapat mendorong praktik pencegahan penyakit zoonotik di masyarakat. Selain itu, sasaran yang dilatih juga dapat menjadi agen promotor di lingkungan sekitar dalam pencegahan penyakit zoonotik serta tentunya akan tercipta masyarakat yang sehat dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun