Tuhan, Kaupaksakan aku untuk melewati candradimuka kehidupan yang sebelumnya memang tak kumengerti. Aku yang dulu mungkin tak jauh berbeda dengan kebanyakan orang dalam memahami kehidupan ini: ingin keluarga yang sukses, kalau melihat orang lain yang tak beruntung menganggap bahwa itu karena kebodohan dan kemalasan mereka, merasa diri sok jadi manusia yang lebih baik daripada orang lain, merasa diri sebagai orang yang lebih pintar daripada orang lain, dll.
Tetapi setelah Kautempa aku sedemikian rupa, kini aku bisa memahami, menyadari dan mengerti apa yang sebenarnya terjadi di negaraku saat ini: kesenjangan sosial, kemunafikan, menghalalkan segala cara, hedonisme, dll. Itu semua hanyalah SEBUAH AKIBAT dari kesalahan manajemen yang telah dilakukan oleh para pemimpin bangsaku ini, yakni: adanya ketidak-adilan, tidak mampu berpikir komprehensif, tidak paham bagaimana bekerja secara sinergi, tidak mandiri, dll. Itulah yang membuat rakyat di negeriku sampai saat ini, ada yang kehidupannya tak juga tak berbeda dengan di jaman penjajahan: kalau musim kemarau panjang harus berjalan berkilo-kilo meter untuk mendapatkan air bersih , tidak ada listrik, bila hujan jalan jadi kubangan lumpur, dll.
Setelah Kaucukupi ilmuku dengan menunjukkan bagaimana bisa membangun negeri ini tanpa harus banyak mengorbankan rakyat, akupun berusaha segera memperjuangkannya. Kusampaikan pengetahuan-pengetahuan ini kepada pemimpin tertinggi bangsaku. Berkali-kali kukirim surat tertulis, sms, posting di media on-line, mengirim twitter ke beliaunya. Entah dibaca atau diabaikan, yang jelas kebijakan baru beliaunya tidak sebagaimana yang saya usulkan. Namun terkadang muncul wacana-wacana yang sepertinya salah meresponnya.
Tampaknya, beliaunya ini lebih memilih nasihat atau masukan teori-teori dari mereka yang sekolahnya lulusan luar negeri, daripada masukan orang yang coba mempelajari permasalahan bangsa ini secara otodidak berdasarkan fakta lapangan. Padahal jelas-jelas negara tempat mereka berguru itu tidak pernah mengalami perjalanan bangsa seperti yang sedang terjadi pada Indonesia saat ini, sehingga tak mengherankan kalau nasihatnya tak mampu memperbaiki kondisi negeri ini.
Bahkan justru membuat permasalahan di negara ini semakin parah saja: harga-harga terus melambung, reputasi rupiah semakin buruk, kesenjangan sosial semakin menjadi, kejahatan semakin luar biasa, kerusakan moral semakin memprihatinkan, bahkan kehidupan anak-anak di negeri ini semakin terancam.
Tak putus asa, aku coba sampaikan pada media massa, yang selama ini seolah getol memperjuangkan kebaikan bangsa. Tetapi ternyata media massa tersebut juga tak beda dengan media massa lainnya, cuma menyajikan tontonan saja agar mereka dapat iklan yang banyak. Barangkali memang saya yang terlalu naif, berharap masih ada pihak-pihak di negeri ini yang mau memperjuangkan kebaikan bersama. Ternyata saya hanya bermimpi saja !
Karena itu, saat ini aku hanya bisa mengadu kepada-MU, ya Tuhan. Kalau semua pintu masuk untuk perbaikan bangsa Indonesia ternyata juga Engkau kunci rapat-rapat, bagaimana kemudian aku bisa mengamalkan ilmu yang telah Kauberikan kepadaku ?Apalagi, kalau kemudian justru aku yang jadi tidak berdaya menghadapi semua pihak yang berusaha menghalangi perjuanganku ?
Tuhan, aku ingin bertanya: Mengapa di negeriku yang merasa religius ini, kejahatan justru menang melawan kebaikan dan kebenaran? Sampai akibatnya, saat ini hampir tak ada lagi orang-orang yang berani memperjuangkan kebaikan maupun kebenaran secara sungguh-sungguh, ataupun berani mendukungnya sehingga kebaikan dan kebenaran ini bisa berkembang semakin luas.
Sebaliknya, mengapa justru kami semua sering melihat bahwa orang-orang baik itu selalu kalah ketika berhadapan dengan orang-orang jahat ? Bahkan anak-anak kami juga melihat bahwa kebaikan yang dilakukan oleh orang tuanya hanya mendatangkan malapetaka saja. Kalau demikian kenyataannya, bagaimana bangsaku bisa berubah menjadi lebih baik ? Bagaimana aku bisa mengajarkan kebenaran dan kebaikan pada anak-anakku, ya Tuhan ?
Kalau negeriku terus Kaubiarkan seperti ini, maka akan semakin banyaklah anak-anak bangsa yang menjadi orang-orang yang munafik: beribadah kepada-MU dan berperilaku menghalalkan segala cara menjadi berjalan bersama-sama, beribadah kepada-Mu tetapi juga tega menyusahkan hidup sesamanya, beramal banyak tetapi juga rajin korupsi, meminta maaf kepada-Mu lalu berbuat dosa lagi. Ini bagaimana, Tuhan? Apakah perilaku mereka ini bisa Engkau terima, karena Engkau yang maha pemaaf ? Atau, perilaku ini semakin membuat Engkau marah karena kami telah dengan terang-terangan berani mengabaikan ajaran-MU ? Atau bagaimana kami bisa memahami semua ini ?
Tolonglah Tuhan, jangan Kaubuat kami bingung dalam menjalani kehidupan ini, sehingga jadinya kami justru “melecehkan”-MU. Kami jadi lebih takut pada mereka yang jahat daripada takut kepada-MU, pura-pura berperilaku baik padahal hanya palsu, lebih memilih bungkam karena takut kehilangan pekerjaan, memilih diam karena ingin tetap menjaga keselamatan diri dan keluarga. Karena sesungguhnya, dimanapun kami berada, ketenangan dan kebahagiaan itulah yang kami inginkan. Kami sudah lelah menyaksikan kemunafikan dan kejahatan yang menjadi pemandangan sehari-hari ini !