Melihat perkembangan negeri ini yang semakin memprihatinkan, saya sangat sedih. Karena itu sebagai anak bangsa, saya merasa terpanggil untuk bisa membantu Bapak dengan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu saya menyatakan ingin melamar menjadi Tim Pemikir Bapak.
Prinsip pemikiran yang ingin saya sumbangkan adalah menyejahterakan rakyat tanpa harus bersusah-susah terus. Kalaupun susah dulu jangan lama-lama, sampai harus menunggu pembangunan infrastrukturnya jadi. Padahal kapan jadinya kita juga tidak tahu. Apalagi uangnya harus utang dulu. Itu berarti akan semakin menyesakkan dada rakyat kecil.
Ini bukan berarti saya akan “membalikkan tangan” , Pak ! Tetapi saya akan membantu Bapak, dengan menunjukkan berbagai solusi-solusi yang yang bisa dilakukan untuk memperbaiki bangsa ini.
Kalau kita ingin menyejahterakan bangsa/rakyat Indonesia, tidak bisa dilakukan hanya dengan berpihak pada kelompok-kelompok tertentu saja, misalnya: “mengistimewakan” guru, hakim, pegawai pajak, ataupun masyarakat miskin. Tetapi kita harus melakukannya secara luas, sehingga tidak semakin memicu kecemburuan sosial, sampai-sampai anggota DPRD-pun sekarang teriak minta gajinya dinaikkan. Kalau kebijakan Bapak “pilih kasih” seperti itu. Dampaknya, pasti akan ada yang dikorbankan.
Di samping itu, saya akan menunjukkan berbagai solusi yang bisa memberdayakan “apa yang sudah ada dalam genggaman” kita terlebih dahulu.
Syaratnya:
- Kita harus mencerdaskan masyarakat luas dengan hal-hal yang selama ini tidak diketahui/dipahami oleh masyarakat, a.l. tentang devisa negara, utang negara, penerimaan negara, alokasi anggaran, dll.
- Saya boleh “melaporkan” kepada masyarakat tentang pemikiran-pemikiran saya, karena sebenarnya pemikiran saya ini banyak yang bersifat bukan rahasia dan perlu dukungan masyarakat luas. Dengan demikian kalau masih ada kegagalan, akan bisa dinilai kenapa masih gagal, apa pemikiran/solusinya yang salah, atau konsepnya tidak dilaksanakan dengan benar. Sehingga, penilaiannya akan menjadi fair.
- Saya diberi akses kemudahan untuk mendapatkan data statistik nasional ataupun BI atau mungkin yang lain, apabila saya membutuhkannya lagi. Karena terkadang, saya kesulitan untuk mendapatkan data-data yang saya perlukan.
Caranya:
Saya tidak menuntut harus dipanggil ke Jakarta atau bisa tinggal di Jakarta, yang penting bisa berkomunikasi melalui internet dengan Pak Jokowi, bagi saya sudah cukup. Ada pihak lain yang menyaksikan, akan lebih baik. Itupun, sebelum terbukti bahwa pemikiran-pemikiran saya ini bisa mulai meningkatkan kesejahteraan rakyat secara nasional, saya tidak perlu digaji dahulu.
Dengan begini, saya ingin membuktikan bahwa di negeri ini, masih ada anak-anak bangsa yang memiliki komitmen tinggi membangun Indonesia, tetapi tidak mempunyai kesempatan untuk menyumbangkan pemikirannya kepada negara karena terbentur dengan idealismenya. Juga permasalahan dan solusi negara ini tidak terkait dengan “diaspora”, kemampuan berbahasa Inggris, dan memiliki ijazah/gelar yang berjajar-jajar. Apalagi harus lulusan luar negeri.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan, saya klasifikasikan menjadi indikator awal, yang bisa dirasakan atau diketahui masyarakat secara langsung, dan indikator detail yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang mau belajar tentang perekonomian. Namun untuk indikator detail, tentunya tidak akan di bahas di sini. Sedangkan indikator awalnya, akan dijelaskan berikut ini.