Mohon tunggu...
Y ANISTYOWATIE
Y ANISTYOWATIE Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Berusaha menemukan solusi permasalahan bangsa, blog saya: www.anisjasmerah.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tidak Paham Makna Subsidi, Membuat Perekonomian Indonesia "Kedodoran"

4 Januari 2016   11:14 Diperbarui: 22 November 2016   11:34 1800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Solusi Efek Negatif Subsidi BBM
Efek negatif subsidi BBM di Indonesia adalah mereka yang banyak uang akan selalu memilih pakai mobil pribadi ke mana pun mereka pergi, tak peduli walaupun perginya hanya sendirian. Akibatnya impor BBM-nya menjadi tinggi dan anggaran subsidinya semakin besar, kemacetan di jalan raya semakin panjang sehingga terjadilah “bakar-bakar BBM yang sia-sia”, polusi udara pun semakin meningkat dan tingkat stres pengguna jalan raya semakin tinggi.

Kalau problemnya seperti itu, penyelesaian masalahnya tidaklah harus menyusahkan seluruh rakyat Indonesia. Mau menangkap tikus di lumbung padi, jangan bakar semua penghuninya! “Ciduk saja” para pembakar BBM ini! Caranya juga tidaklah sulit, yaitu: buat peraturan seperti di negara maju Jepang, Singapura, dll sehingga orang tidak setiap saat bisa/mau menggunakan mobil pribadi, dan pemborosan BBM-nyapun bisa dicegah. Juga rakyat jangan didorong untuk membeli mobil dengan sistem kredit. Sebaliknya eksporlah mobil itu sebanyak-banyaknya dengan harga yang bersaing.

Dengan cara tersebut, pemerintah bisa mengurangi pemborosan BBM tanpa menyusahkan rakyat kecil, neraca perdagangan tidak terlalu dibebani oleh impor BBM yang terus bertambah besar, dan nilai tukar rupiahpun bisa meningkat. Efek multiplier berikutnya yaitu: bahan baku impor lebih murah, cicilan hutang luar negeri bisa lebih murah, tarif listrik bisa ditekan, ongkos produksi bisa lebih murah, daya saing meningkat, permintaan terhadap produk industri semakin banyak, berbagai ekspor bisa berkembang, serta pendapatan negara bisa bertambah besar.

Tidak seperti saat ini, BBM harganya lebih mahal tetapi pemborosan BBM oleh orang kaya tetap terjadi. Akibatnya, kurs rupiahnya terus tertekan sehingga impor bahan baku tetap mahal, harga produk industri juga mahal. Bahkan hutang negara yang seharusnya bisa berkurang karena sudah bayar cicilan, justru bertambah banyak!

Oleh karena itu, kalau bangsa kita ingin memperbaiki perekonomian Indonesia agar bisa berkembang secara maksimal, maka seharusnya perbaiki terlebih dahulu pemahaman pemerintah dan rakyat tentang subsidi, terutama tentang subsidi BBM. Juga kita harus paham bahwa memberikan subsidi itu tidak bisa sembarangan. Kalau pemberiannya tidak tepat, justru akan menimbulkan dampak buruk. Sebaliknya, apabila pemberian subsidi itu tepat maka dampak positifnya akan sangat luas. Dan, pemberian subsidi yang dampak positifnya paling banyak yaitu subsidi BBM, disusul kemudian subsidi listrik, karena kedua subsidi ini mempunyai efek ganda, baik dari sisi produsen maupun sisi konsumennya.

Apabila pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian subsidi (penurunan harga) BBM tidak serta-merta diikuti dengan penurunan harga-harga produk, itu karena pemerintah tidak paham akan dampak beruntun dari kenaikan harga BBM, yang juga mengakibatkan nilai tukar rupiah jadi melemah. Untuk itu, seharusnya yang dilakukan pemerintah bukan sekedar menurunkan harga BBM sedikit-sedikit tetapi kembalikan harga BBM seperti semula. Di samping itu juga harus bisa mengembalikan nilai tukar rupiah sebagaimana sebelum harga BBM ini dinaikkan. Apabila kedua hal tersebut sudah bisa dilakukan, baru kita berharap harga-harga produk industri juga akan turun.

Namun, kalau ternyata harga-harga produk tetap tidak mau turun, maka pemerintah boleh marah dan “mengejar” para pengusaha yang nakal itu. Sebaliknya kalau pemerintah bisanya hanya menurunkan harga BBM sedikit saja dan tetap membiarkan rupiahnya melemah, maka jangan salahkan para pengusaha kalau mereka tetap tidak mau menurunkan harga produk-produknya. Karena faktor penentu utama harga produk industri bukan hanya BBM saja, tetapi juga nilai tukar rupiah.

Semoga hal ini bisa memberikan pencerahan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun