Mengetahui kualitas anak didik itu, tujuannya untuk apa ? Apakah dengan dasar nilai UN yang tinggi-tinggi itu berarti kualitas anak Indonesia menjadi baik ? Padahal yang terjadi ternyata justru bisa sebaliknya, pemerintah “tertipu” oleh hasil UN para siswa karena tidak menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.
Kalau Pak Menteri ingin benar-benar mengetahui kualitas siswa yang sesungguhnya, sehingga bisa menjadi masukan buat menetapkan kebijakan selanjutnya, tentu akan lebih tepat kalau ujian nasional ini diterapkan di seleksi masuk sekolah yang lebih tinggi. Karena disitu pengawasnya bukan guru “yang berkepentingan” , posisi siswa bisa diacak berbaur dengan siswa sekolah lain, dan sekolah yang baru tentunya berharap dapat siswa yang benar-benar pandai sehingga pengawasannyalebih bersungguh-sungguh. Kalaupun ada yang curang, tentunya tidak akan bisa dilakukan “secara masal”, karena ini dikaitkan dengan penerimaan siswa baru yang jumlahnya terbatas.
Pelaksanaan ujian tersebut memang tidak mengevaluasi keberadaan siswa secara keseluruhan karena biasanya yang mendaftar ke sekolah yang lebih tinggi itu jumlahnya akan berkurang. Namun hasilnya bisa lebih dipertanggung-jawabkan karena mendekati keadaan yang sesungguhnya. Bukankah yang ingin diketahui pemerintah itu kualitas rata-rata siswa, bukan kualitas perorangannya ? Sehingga ke depannya pemerintah bisa mengambil kebijakan dalam dunia pendidikan secaratepat.
Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bisa mempertimbangkan dengan bijaksana, sehingga dunia pendidikan benar-benarmenunjukkan peningkatan kualitas yang signifikan dan anak-anak bangsa yang baik ini tidakmenjadi korban penetapan kebijaksanaan yang tidak tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H