Berbicara Indonesia, bicara kebangsaan, kebusukan atau keindahan negri ini tak ada habisnya. Dari mulai sejarah yang kita punya, sumber daya yang ada, sampai kejayaan yang selalu menyelimuti indonesia itulah negri kita. Tak hanya itu, kebobrokan para pemimpin, kekejian penjajah, sampai pada koruptor yang membahana tak juga terpisahkan dari negri kita.
Namun ada sedikit hal yang menjadi perhatian atas keprihatian bangsa kita. Jika kita melihat sejarah, bangsa ini bangsa yang besar, dari kerajaan Majapahit sampai sekarang ini sejarah mempunyai catatan sangat indah. Negri kita adalah negri yang kuat, yang jaya pada masa itu, meski belum ada Indonesia. Berbalik sekarang menjadi bangsa yang menjadi "tamu" dirumahnya sendiri.
Melihat dari sektor geografis, kurang apa indonesia? Seperti surga, itulah Indonesia, Hamparan sawah, ladang, serta sumber daya alam lainnya kita punya. Dari darat, laut, hingga udara kita semua punya. di apit dua samudra, terlintas garis khatulistiwa, negri dengan berbagai musim (dari musim rambutan hingga duren). Semua milik kita, tapi lagi lagi masih menjadi tamu di negri sendiri.
Sumber daya manusia juga tak kalah menariknya. Dari sejarah banyak empu yang mampu membuat keris pada waktu dahulu. Artinya kita pernah memiliki teknologi yang lebih canggih dibandingkan bangsa lainnya yang belum ada produksi besi. meski masih pada tahap pembuatan senjata tradisional. Negri kita bukan negri orang bodoh. Lalu mengapa masih menjadi tamu di rumah sendiri?
Bangsa kita bukan bangsa penakut, bukan bangsa miskin (meski data menunjukan kalau kita bangsa miski), bukan pula bangsa yang bodoh. Hanya saja kita kemudian menjadi manja karena perlakuan baik mereka (kolonial) kepada kita. Mereka mampu menyuguhkan apa yang kita butuhkan meskipun itu dari kita. Kekuatan mereka hanya mengeksploitasi sumber daya kita, tapi lucunya kita memberikan apa yang kita miliki. dan ironisnya kita menjadi semakin konsumtif dengan apa yang mereka suguhkan.
Sebagai contoh, air mineral. Negara kita yang subur kenapa kita minum mesti harus beli air? sebagian tentunya akan menjawab "agar lebih praktis". Namun permasalahannya kenapa mesti ada label yang notabenenya dari luar negri? dan anehnya kita lebih bangga meminum yang berlabel luar negri. padahal, air tinggal mengambil.
Kemasan praktis yang mereka suguhkan ternyata berhasil menipu keinginan kita. Dan kita sebagai konsumen justru semakin ketergantungan kepada barang mereka. Dan kita merasa diperlakukan manja oleh mereka, pada akhirnya kekayaan kita yang kian tergerus baru menyadari. Inilah kemanjaan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H