Mohon tunggu...
Anakia Kia
Anakia Kia Mohon Tunggu... -

Ingin menulis karena jika bicara pasti tdk akan di dengar-dengar! mau ortu saya menjadi PNS karena keluarga besar (rata-rata PNS) tapi ga bisa-bisa soalnya ngga minat!, senang dengan informasi dan jurnalistik, musik, bola, motogp dan nongkrong di gank sampe pagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apakah semua Orang Ingin Masuk TV?

4 Januari 2010   11:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:38 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjawab pertanyaan di atas, memang ada kebigungan yang luar biasa juga untuk menjawabnya. mengapa tidak, jelas kita di perhadapkan pada kenyataan yang sangat membingungkan. perkembangan industri pertelevisian di negeri ini di akui sangat pesat dan ampuh sebagai wadah informatif bagi tidak semua orang di negeri ini. di tengah arus kemajuan di mana kita bisa mengakses te-ve di manapun kita inginkan, lahirlah berbagai TV-TV lokal yang bersifat kedaerahan. Meskipun kelahiran TV lokal sebagai warna tersendiri dalam dunia jurnalistik hingga saat ini masih berkutat pada masalah klasik yang tiada henti-hentinya (berdarah-darah) akan modal peralatan dan SDM yang tidak merata. sedangkan media nasional yang mencekoki hidup kita (kalau mau di bilang seperti itu) ternyata belum dapat mengangkat harkat dan martabat kita sebagai warga negara yang berbudaya...(betulkah?)

berdasarkan Wikipedia, Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.

setiap hari, perbedaan derajat dan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin nampak terlihat melalui media  televisi (nasional) saat ini, lihatlah kenyataan yang ada di mana si miskin akan masuk berita jika keinjak kereta, atau menjadi korban perampokan dan pemerkosaan. sedangkan si kaya akan masuk berita dengan segala wara-wiri kekayaan yang di miliki entah itu kekayaan intelektual maupun kekayaan akan barang yang di miliki...masih ingat di benak kita bagaimana kisah tentang sebuah mobil mewah (Muaaaha...sekale) yang di milik si Ahmad dany menjadi santapan Infotainment secara vulgar. selain itu setia hari kita di pertontonkan dengan sandiwara-sandiwara para politikus yang begitu terkenal karena opini dan pendapatnya tentang suatu hal.

apakah kita musti kaya terlebih dahulu agar wajah dan profil kita terpampang di media televisi?, ataukah apakah musti, diri kita menjadi pintar terlebih dahulu untuk berbicara tentang dunia politik agar bisa menjadi narasumber dalam sebuah dialog/talk show sebuah TV? atau bisa jadi musti melkaukan demonstrasi yang anarkis biar masuk TV (soalnya kalau tidak anarkis pimrednya bilang " ahh...nga' ada apa-apanya:) atau jangan-jangan kita harus menjadi keluarga dari korban TKI yang mukanya di setrika oleh majikannya:(, atau musti melakukan bunuh diri dengan meloncat dari apartemen setinggi 9 lantai dulu, baru bisa masuk televisi?:) heuheuheu...di media TV lokal idealisme di pertahankan karena memang itulah nilai (kalau mau di bilang satu-satunya) yang di miliki oleh TV lokal saat ini di tengah rasa pesimistis yang datang dari penontonnya sendiri. apa mau di kata itulah tantangannya dan sangat menarik untuk di jalani.

Masih ingat akan film action james Bond yang berjudul "tomorow Never Dies" (jikalau Nda salah heheh:p) di mana karena memilik sebuah media Televisi, seorang tokoh antagonis yang di kisahkan dalam film tersebut berniat untuk menguasai dunia dengan berbagai cara..nah apakah hal seperti ini tidak menutup terjadi juga pada TV nasional??.. hmmm....jangan-jangan televisi hanya menjadi wadah untuk menfitnah, menghujat, tawuran dan bla..bla..bla...

jikalau begini persoalnnya..lantas kembali ke permasalahan tadi, apakah semua orang ingin masuk TV/tipi/te-ve? kalo begini persoalnnya mending masukan tulisan saja di kompasiana:)..heueheueh..salam lestari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun