Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto tampaknya merespon polemik di Kompasiana.com mengenai penghematan yang dilakukan Presiden Joko Widodo jika menggunakan pesawat komersial. Menurut Andi, dengan naik pe‎sawat komersial, presiden bisa hemat seratus juta rupiah per titik lokasi yang dia kunjungi. Penghematan itu dilakukannya pada saat blusukan ke Semarang pada Selasa 2 Desember lalu.
"Kalau pesawat kepresidenan satu titik di Semarang, Rp 160-170 juta," ujar Seskab Andi Widjajanto, di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (4/12/2014).
Andi menambahkan, bila rombongan presiden naik pesawat komersil dan duduk di bangku ekonomi, biaya per titik sekitar Rp 40 juta. "Jadi kemarin bila dibandingkan, dengan pesawat komersil hemat Rp 120 juta sekali jalan," ucapnya.
Sayangnya Andi tidak merinci dasar perhitungannya, namun diduga Andi menghitungnya berikut semua variabel biaya, termasuk "fix cost" pesawat kepresidenan tersebut.
Sebagaimana ditulis Kompasianer Aprinavan Nurcahyo (disini) berdasarkan perhitungan Aircraft Cost Calculator, LCC, biaya total yang dibutuhkan untuk penerbangan Boeing Business Jet kepemilikan sendiri sebesar US$ 6.390 per jam atau senilai Rp 77 Juta per jam. Namun perhitungan biaya total yang dilakukan oleh Aircraft Cost Calculator, LCC. sudah termasuk biaya Avtur, perawatan pesawat, sewa hangar, kru pesawat, asuransi, dan biaya lain-lain. Artinya, sekalipun Presiden menggunakan pesawat komersial, negara mesti tetap keluar biaya untuk psawat kepresidenan yang tidak digunakan tersebut, minus biaya Avtur.
Pada perhitungan Aircraft Cost Calculator tersebut, biaya Avtur untuk pesawat Boeing Business Jet sekitar US$ 4 ribu per jam atau senilai Rp 48 Juta per jam. Perhitungan LCC masih bisa dikoreksi jika menggunakan Avtur harga Pertamina terbaru. Pertamina menurunkan harga Avtur untuk Desember menjadi hanya Rp. 9508/liter. Mengingat konsumsi Boeing Business Jet adalah sekitar 3000 liter/jam, maka biaya untuk Avtur sebenarnya hanya Rp.28,5 juta rupiah. Terdapat selisih perhitungan Avtur LCC dengan aktual sebesar Rp. 11.5 juta (Rp.40juta dikurangi Rp. 28,5 juta). Maka, biaya untuk satu jam pemakaian pesawat Boeing Business Jet menurut LCC sebesar Rp 77 Juta per jam, bisa dikoreksi menjadi hanya Rp. 65,5 juta/jam (Rp.77juta dikurangi Rp.11,5 juta).
Ada-tidaknya penghematan, bisa disimpulkan sebagai berikut:
1. Biaya yang dikeluarkan negara untuk beli tiket satu titik atau satu kali perjalanan rombongan Presiden sebesar Rp.40 juta, ternyata lebih tinggi dari biaya Avtur yang hanya Rp. 28,5 juta jika memakai pesawat kepresidenan.
2. Jika dihitung berdasarkan total biaya perjam pemakaian pesawat Boeing Business Jet menurut perhitungan LCC yang telah dikoreksi menjadi sebesar Rp 65,5 Juta per jam, terjadi penghematan. Namun perlu diingat, angka tersebut memasukkan komponen biaya rutin pesawat, baik digunakan atau tidak.
Angka operasional pesawat kepresidenan yang disebut Andi memunculkan sisi lain yang juga menarik. Katakanlah perhitungan Andi benar, yakni satu titik di Semarang, Rp 160-170 juta. Sementara itu jika menggunakan pesawat komersial biaya per titik untuk rombongan 15 orang sekitar Rp 40 juta. Alasan yang dikemukakan ketika itu adalah agar lebih hemat, mengingat jumlah rombongan yang dibawa hanya berjumlah 15 orang, kurang dari setengah kapasitas pesawat kepresidenan yang menampung sekitar 40 orang. Pada kasus rombongan Presiden sebanyak 40 orang penumpang, yakni sebagaimana kapasitas pesawat kepresidenan, maka biaya untuk tiket untuk pesawat komersial adalah sebesar Rp. 107 juta (40/15 x Rp. 40 juta). Ternyata angka tersebut tetap saja lebih murah dibanding biaya perjalanan dengan pesawat kepresidenan. Jika demikian, wacana yang dilontarkan Maruar, jual saja pesawat kepresidenan, menemukan alasan logisnya, yakni memang sangat tidak ekonomis.
Baca juga:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H