[caption caption="Sumber: republika.co.id"][/caption]"Kalian harus dengar ini, lihat muka dan mata saya, kira-kira ada kebohongan atau tidak"
Demikian pernyataan Surya Paloh berapi-api namun terkesan memelas, pada saat konferensi pers di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis, 1 Oktober 2015. Pernyataan Ketua Umum Partai NasDem tersebut terkait dengan sinyalemen keterlibatannya sebagai makelar kasus dalam perkara korupsi dana bansos yang menjerat Gubernur Sumut Gatot Pudjo Nugroho.
Sebagaimana diberitakan, istri muda Gubernur Gatot, Evy Susanti, saat bersaksi dalam sidang Kaligis di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, mengungkapkan kronologis pertemuan suaminya dengan para petinggi partai Nasdem di kantor DPP Nasdem. Menurut Evy, Gatot beberapa kali dipanggil Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara untuk pemeriksaan kasus dana bansos. Beredar isu, kata Evy, Kejaksaan mengusut korupsi Bansos karena hubungan Gatot dan wakilnya Teuku Erry saat itu sedang tak harmonis. Diketahui Jaksa Agung Prasetyo dan Erry sama-sama anggota Partai Nasdem.
Khawatir dirinya terseret lebih jauh, Gatot menyampaikan hal itu kepada Kaligis yang sudah menjadi kuasa hukumnya sejak 2013. Kaligis juga kebetulan merupakan Ketua Mahkamah Partai Nasdem. Atas prakarsa Kaligis, Gatot dan Erry pun bertemu di kantor DPP Nasdem Gondangdia pada Mei 2015 lalu untuk membicarakan islah. "Dalam pertemuan itu, ada Pak Gatot, Wagub, Surya Paloh (Ketua Umum Nasdem), dan OCK," ujar Evy saat memberikan kesaksian.
Islah antara Gatot dan Erry tercapai dalam pertemuan tersebut. Evy mengatakan usai islah, tak ada lagi panggilan dari Kejaksaan untuk Gatot.
Paloh mengakui adanya pertemuan dengan Gatot, Erry, dan Kaligis. Pertemuan yang diinisiasi Kaligis dan diiyakan Paloh, akhirnya terwujud sebulan kemudian. Namun Paloh berdalih pertemuan hanya sekedar mengishlahkan Gatot dan Erry.
"Saat itu Kaligis sebagai Ketua Mahkamah Partai dan senior saya bilang ada komunikasi yang tidak baik antara Gatot dan Erry. Padahal, mereka sudah saya anggap sebagai adik," kata juragan media itu. "(Dalam pertemuan itu) Yang ngomong saya. Pak Kaligis tidak bicara."
Hal yang mengusik logika publik adalah, jika benar pertemuan sekedar untuk ishlah antara Gatot dan Erry, mengapa inisiatifnya dari OC Kaligis pengacara Gatot. Bukankah pengacara erat hubungannya dengan kasus. Keanehan lainnya, jika memang pertemuan untuk ishlah itu dimediasi oleh partai, mengapa yang hadir hanya dari Nasdem saja, bukankah sepatutnya petinggi dari partai PKS tempat Gatot bernaung juga dilibatkan.
Wajar jika banyak pihak kemudian mengkonstruksikan keterlibatan Paloh dalam pengamanan kasus dugaan korupsi dana bansos Pemprov Sumut tersebut. Pertemuan Paloh dengan sang Gubernur Sumut Gatot Pudjo Nugroho, Wakil Gubernur Sumut, Tengku Erry dan pengacara OC Kaligis di kantor DPP Partai Nasdem, Jakarta pada 25 Mei 2015, menjadi sempurna dengan kedudukan Jaksa Agung HM Prasetyo selaku kader Partai NasDem.
Kejaksaan Agung memang diduga kuat berperan dalam kasus yang menjerat Patrice Rio Capella itu. Korps Adhyaksa disebut-sebut dalam rekaman sadapan telepon istri Gubernur Gatot bernama Evy Susanti. Dalam rekaman yang diperdengarkan di Pengadilan Tipikor pada 1 Juli 2015, disebut percakapan Evy dengan orang kepercayaan Gatot bernama Mustafa, terkait permohonan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Medan. Materi yang terungkap dari rekaman, Evy memperbincangkan upaya pengamanan kasus di 'Gunung Bundar' atau Kejaksaan Agung yang saat ini dipimpin HM. Prasetyo.
Terlepas dari benar tidaknya Paloh “memperdagangkan” pengaruhnya dalam kasus dana bansos itu, namun cukup menarik melihat peristiwa lain untuk menilik siapa Surya Paloh.
Kabar mengejutkan datang dari negeri Tiongkok, pengusaha asal Tiongkok bernama Sam Pa ditangkap oleh pihak kepolisian Tiongkok pada tanggal 8 Oktober 2015 silam di Beijing. Sam Pa adalah pemilik Sociedade Nacional de Combustiveis de Angola EP (Sonangol EP).