Mohon tunggu...
Rizal Amri
Rizal Amri Mohon Tunggu... -

Pengamat barang kerajinan dan rajin mengamati peristiwa politik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Disentil Prof. Refly, Jokowi-JK Revisi Visi Misi

24 Mei 2014   18:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Materi visi misi pasangan capres-cawapres Jokowi- JK yang sudah terlanjur diserahkan ke KPU dan saat ini ramai menjadi perbincangan publik, ternyata belum final. Rencana revisi tersebut diungkap oleh Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto saat berbincang dengan detikcom, Jumat (23/5/2014).

Menurut Hasto, visi misi yang disetor ke KPU kemarin disusun sebelum JK ditetapkan sebagai calon wakil presiden oleh koalisi partai pendukung. Revisi dilakukan setelah pihak Jokowi dan Jusuf Kalla membahas bersama visi misi tersebut.

"Nah kemarin tim kami bertemu dan membahas beberapa visi misi yang perlu sinkronisasi," ujar Hasto.

Selain belum sinkron, perubahan diperlukan karena terdapat beberapa poin yang kurang realistis.

"Karena visi misi ini kan akan dilaksanakan oleh capres dan cawapres jika nanti terpilih. Sehingga kami harus menyusun yang realistis," aku Hasto.

Pengakuan Hasto ini seperti mengamini komentar kritis dan menggelitik dari Prof. Refly Harun. Sentilan tersebut disampaikan Prof. Refly pada kesempatan menjadi panelis di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) TV One dengan tema “Sudden Death: Jokowi vs Prabowo”, pada tanggal 20 Mei 2014.

“Ini visi misi capres-cawapres panjang sekali.., siapa yang buat?, jangan-jangan capres-cawapresnya sendiri belum baca..”. Demikian komentar Prof. Refly yang “surprise” karena Jokowi-JK langsung mendaftar ke KPU dengan membawa berkas visi-misi yang cukup panjang. Padahal rentang waktu antara deklarasi kandidat ini dengan pendaftaran sangat singkat sekali, apalagi terpilihnya JK setelah melalui proses tarik ulur yang alot.

Prof. Refly tentu tidak hendak memojokkan salah satu pasangan kandidat. Beliau mungkin hanya kuatir kalau-kalau visi misi yang sudah tertuang pada dokumen resmi tersebut, tidak sama dengan pemikiran pasangan kandidat. Prof. Tjipta Lesmana yang juga hadir pada acara tersebut, memberikan komentar senada. Beliau menyayangkan, pada momen deklarasi capres, Jokowi sama sekali tidak menyampaikan pidato politik sekalipun hanya satu menit. Lazimnya, seorang tokoh apalagi calon presiden, tentunya perlu mengungkapkan visi, narasi besarnya tentang bangsa ini, pada banyak kesempatan, apalagi di momen penting seperti deklarasi capres. Publik tentu menunggu pokok-pokok pikiran yang orisinil dan baru dari seorang calon presiden. Hal mana akan menjadi dasar penilaian dan untuk meyakinkan mereka bahwa sang tokoh tersebut memang cukup berbobot dan kompeten untuk menjadi presiden.

“Takjub”nya Prof. Refly dengan “sangat panjangnya” visi misi tersebut, mengingatkan kita pula akan keheranan senada yang diungkap wartawati senior Nanik S Deyang, pada kesempatan lain.

Nanik mengaku “surprise” lantaran sahabatnya Jokowi yang juga Gubernur DKI Jakarta itu, sedemikian cepatnya bisa belajar menulis. Jokowi ini yang saya kenal beberapa waktu lalu rasanya saya kok dulu belum pernah lihat dia ngetik di laptop atau komputer apalagi sampai begitu panjangnya. Dulu kalau kita rapat program yang mau diomongkan untuk membenahi Jakarta saja dia paling bawa buku kecil terus mencoret-coret pakai tulisan tangan”, demikian tulisan Nanik pada halaman facebook-nya.

Ungkapan Nanik tersebut terkait dengan tulisan opini berjudul “Revolusi Mental” karya “Joko Widodo” di koran Kompas. Tulisan tersebut ternyata identik dengan tulisan dengan judul sama di koran Sindo yang ditulis oleh Sekretaris Komisi HAK KWI Romo Benny Susetyo, salah satu Tim Sukses Jokowi.

Visi misi seorang calon presiden tentu boleh-boleh saja dibuat oleh tim. Namun calon presiden semestinya memberi arahan atau “mewarnai” dengan menuangkan pokok-pokok pemikirannya. Bukankah beliau yang akan melaksanakan, tentunya harus menjiwai dan paham betul dengan visi misi tersebut. Apa yang terjadi jika presiden tidak punya “passion” terhadap visi misi yang mesti diwujudkan sebagai bagian dari daftar janji terhadap rakyat. Hanya ada dua kemungkinan, pertama, dia akan menyimpang dari visi misi tersebut, alias ingkar janji. Kedua, dia akan melaksanakan dengan memposisikan diri sebagai petugas atau pesuruh untuk menjalankan ide-ide orang lain. Melaksanakan sesuatu yang tidak sesuai “passion” tentu tidak akan optimal hasilnya. Dalam hal ini bisa dimaklumi kekuatiran seorang Prof. Refly Harun.

Jokowi adalah orang yang baik dan bersahaja, semua orang mengakui hal tersebut. Namun ada banyak orang baik dan bersahaja lainnya di negeri ini, tentu tidak semuanya layak dan cukup berbobot untuk menjadi presiden. Untuk itu, Pak Jokowi perlu unjuk keunggulan pemikiran-pemikiran beliau untuk memecahkan berbagai persoalan bangsa dan mau dibawa kemana bangsa ini.

Publik akan memberi apresiasi untuk sebuah pemikiran orisinil dari Pak Jokowi, sekalipun sesederhana penampilannya, asalkan realistis. Bahkan ide sederhana yang orisinil, sekalipun ternyata tidak bisa diwujudkan, patut diberi apresiasi. Seperti halnya ide membangun kampung deret di DKI Jakarta yang ternyata tidak bisa diwujudkan karena melanggar UU lingkungan. Hal tersebut adalah ide orisinil Pak Jokowi yang menarik, namun terkendala karena sebagai manusia biasa, wajar saja Pak Jokowi tidak menguasai semua hal, seperti UU lingkungan tersebut.

Semoga saja revisi visi misi kali ini benar-benar dimaksudkan untuk memasukkan pokok-pokok pikiran orisinil dan baru dari seorang Pak Jokowi dan juga Pak Jusuf Kalla yang sudah banyak pengalaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun