Jokowi melewatkan kesempatan menjadi presiden yang tercepat dalam membentuk kabinet.
Sebenarnya Jokowi sudah melakukan persiapan jauh-jauh hari, yakni dengan membentuk tim transisi yang diantara tugasnya adalah menjaring nama-nama calon menteri. Jokowi-JK tinggal menyeleksi nama-nama yang sudah masuk dan rencananya susunan kabinet akan diumumkan sehari setelah mereka dilantik pada Senin, 20 Oktober. Namun rencana itu tak berjalan mulus. Jokowi urung mengumumkan susunan kabinet pada waktu yang dijanjikan antara lain karena KPK memberi masukan adanya beberapa calon menteri yang disinyalir "bernoda".
Berhembus kabar bahwa Jokowi-JK kesulitan mengganti calon menteri bermasalah. Salah satu penyebabnya karena partai pengusung memaksakan nama yang sudah tidak direkomendasi oleh KPK dan PPATK tersebut.
Menurut pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, Jokowi seharusnya tidak perlu ragu-ragu menggunakan hak preogratifnya sebagai Presiden RI dalam menentukan siapa saja yang pantas masuk ke kabinetnya.
"Jokowi itu masih lugu sebagai presiden, dia masih belum cemerlang" kata Arbi, Rabu (22/10).
Arbi menduga Jokowi masih punya perasaan ketergantungan pada partai.
"Dikiranya bisa bekerja sendiri, kenyataannya tidak, sekarang ia cuma terperosok ke dalam kebohongan," kritik Arbi sengit.
Memang menjadi dilema bagi Jokowi jika nama-nama politisi mumpuni yang diajukan partai pengusung ternyata "bernoda". Sementara stok lain yang relatif bersih, jam terbangnya masih rendah dan bisa jadi besih karena belum teruji.
Menurut Arbi, nama-nama calon menteri seperti Puan Maharani, masih perlu dikaji dari sisi kapabilitas dan rekam jejaknya.
Tarik ulur dan lambatnya Jokowi menyusun kabinet semoga saja tidak menyamai rekor Megawati. Ibu Mega dilantik menjadi presiden 23 Juli 2001, sementara itu pengumuman Kabinet Gotong Royong yang beliau bentuk dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2001.
Bukankah Jokowi ingin segera bekerja dan bergerak cepat, lambatnya pengumuman susunan kabinet, tentu sebuah awal yang kurang sejalan dengan semangatnya tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H