Mohon tunggu...
Amas Brilian
Amas Brilian Mohon Tunggu... -

suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebudayaan Jawa

22 Mei 2014   03:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:15 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Betapa besarnya bangsa ini dengan kearifan lokal yang begitu eksotis. Mulai dari keragaman suku, agama, budaya, dan alamnya yang dapat memberikan nilai tersendiri terhadap negara terbaik ini yaitu Indonesia. Berbagai macam adat, perbedaan yang membuat kita lebih kuat dengan semboyan “bhineka tunggal ika”. Tali persaudaraan yang sangat erat, tidak mudah dilepas begitu saja meskipun negara-negara lain bersatu demi merebut kekayaan alam dan kejayaan “pancasila” ini. Kiat menjamurnya kesolidan dengan mental pejuang, seluruh elemen masyarakat bersatu demi menegakkan kemerdekaan dan mempertahankannya. Tak lepas dari semua itu nilai budaya yang begitu kental sehingga dalam mengonfrontasi budaya barat tetap mampu bertahan meskipun sedikit demi sedikit mulai terkikis. Khususnya budaya jawa, yang notabene sudah mendunia semenjak lahirnya hayam wuruk sebagai Raja majapahit yang adidaya dan patihnya gajahmada dengan sumpahnya yang terkenal yaitu sumpah palapa, mampu menaklukkan berbagai wilayah di nusantara yang diantaranya malaysia, thailand, singapura dll. Sehingga corak kebudayaan yang diekspos melalui candi dan prasasti yang terdapat di daerah tersebut sangat dipengaruhi dalam kacamata budaya jawa. Melalui ukiran-ukiran yang khas Indonesia.

Dalam kultur wilayah yang feodal,karena pada beberapa ratus tahun silam di bumi jawadwipa ini masih memegang teguh sistem monarkhi pada setiap wilayah. Dimulai dari kerajaan kalingga, kahuripan, mataram hindu,kahuripan, jenggala, kadiri, singasari,majapahit yang bernuansa hindu dan budha sampai masuknya ajaran islam sehingga muncul kerajaan-kerajaan islam di jawa seperti demak dan mataram islam disusul dengan kerajaan modern kesunanan surakarta, kasultanan yogyakarta, kadipaten pakualaman, dan praja mangkunegaran. Jika flash back kembali yang berhubungan lekat dengan kerajaan tidak lepas dari persenjataan khas jawa yaitu keris. Keris disini masih dipergunakan sampai sekarang dalam tradisi pernikahan.

Setiap kejadian dari seluruh aktifitas masa-masa lampau tidak lepas dari momen yang bersejarah sehingga perlu adanya dokumentasi dari kejadian tersebut. Tapi disini, dokumentasi termaktub dalam beberapa versi yang membuat kontroversi dalam sejarah. Dokumentasi ini disebut kitab, sebuah prasati dalam bentuk sastra dengan sajak-sajak tertentu bisa juga disebut kakawin seperti nagarakartagama yang telah diakui UNESCO sebagai memori dunia, Kakawin sutasoma yang didalamnya termuat sebagai cikal bakal bhineka tuggal ika,kakawin smaradhana,ramayana, baratayudha, dll. Sastra yang tertulis dengan keotentikan yang jelas. Sejarah tulisan jawa yang mulanya berasal dari turunan aksara pallawa dari India cikal bakal hanacaraka. Berkembangnya agama islam dan menghasilkan tulisan arab yang disebut pegon. Sampai masuknya penjajah eropa dengan tulisan latinnya yang berkembang dan populer sampai sekarang.

Jawa merupakan central dari wilayah nusantara ditilik dari segi agama. Dahulu ajaran hindu budha merupakan ajaran yang terbesar dan yang pertama dilihat dari sejarahnya hingga agama islam masuk sampai islam menjadi yang terbesar,meskipun ada kriten dan katolik yang dibawa oleh misonaris dari eropa. Jawa merupakan satu-satunya suku yang unik karena berperan dalam penyebaran 5 agama besar. Seorang peneliti AS yang bernama Cliffort Gertz membagi penduduk jawa dalam 3 golongan besar yaitu Abangan, Priyayi, dan Santri. Penjelasan secara singkat, Abangan masuk dalam agama islam yang tidak secara penuh memasukkan kultur arab ke ajarannya, masih memengang teguh budaya kejawennya seperti pengucapan lafal arap, tradisi, sembayang.dll. Golongan priyayi merupakan keturunan bangsawan berdarah biru, dengan tata tingkah khusus mulai dari berjalan, bicara, makan, dll. Santri merupakan golongan yang memegang teguh ajaran islam dan diasuh di pondok pesantren.

Pendekatan budaya yang dilakukan sunan kalijaga dan sunan bonang dengan mengakulturasi budaya jawa dan Islam. Media dakwah melalui wayang, tahlilan, gamelan, tembang dll rutin dilakukan. Menyelipkan ajaran islam disetiap ceritanya melalui tokoh-tokoh pewayangan buatan sunan kalijaga seperti Semar, gareng, petruk, bagong dll. Semuanya sampai sekarang masih sering dilakukan masyarakat jawa sebagai bentuk mengapresiasi sunan kalijaga yang telah berhasil menyebarkan ajaran islam melalui kesenian tersebut.

Bicara soal seni tidak jauh dari seni megolah tubuh dan menggerakkannya disebut dengan istilah kesenian tari. Tari yang berafiliasi dengan beberapa daerah dan ditranformasi mejadi kesenian tari yang utuh. Gerakan yang luwes dan santun merupakan ciri dari tarian jawa. Ada yang bilang bahwa sebagian tarian mengandung hal-hal mistis sebagai ritual pemanggilan roh nenek moyang, bahkan sampai ada yang kesurupan roh halus sehingga jika mau menarikan tarian tertentu diperlukan persyaratan-persyaratan khusus “ubo rampe” sesaji yang dibutuhkan. Seperti itulah masyarakat jawa yang memegang teguh dan menghormati tradisi nenek moyang. Bahasan filosofis penduduk jawa yang sangat tersirat disampaikan melalui hal-hal aneh, jika dikupas lebih jauh lagi kemungkinan besar kita mampu menemukan sesuatu yang tidak terduga.

Permainan-permainan tradisional yang esensinya memberi makna filosofis dalam melatih mental masyarakat jawa dalam mengolah potensi sumber daya yang tumbuh subur di tanah ini. Banyak manfaat secara tidak sadar ditamanmkan di mindset anak-anak yang diperoleh dari permainan tradisional jawa. Selanjutnya kita diskusikan dalam forum 2 arah dikesempatan yang berbahagia ini. Kearifan lokal jawa menunjukkan bahwa jawa mempunyai kekhasan dalam elemennya.

Nilai-nilai adiluhung semakin bergeser

Moral-moral bejat barat bergentayangan

Tak pandang bulu, meringsek segalanya

Apa kita bangga?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun