Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Studi: Kurang Asupan Serat Naikkan Risiko Kematian Akibat Infeksi Bakteri

11 Januari 2025   10:38 Diperbarui: 11 Januari 2025   10:38 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asupan serat penting untuk lindungi badan dari bakteri jahat. (Foto: Pexels.com)

Waspada jika porsi makanan berserat sangat kurang di piring Anda setiap hari. Hal ini karena kurang serat bisa memicu naiknya risiko seseorang untuk mengalami kematian mendadak akibat serangan infeksi dari bakteri patogen. Demikian ungkap hasil sebuah studi ilmiah yang dilakukan Qi Yin, Ana C. da Silva, Francisco Zorrilla, Ana S. Almeida, Kiran R. Patil, Alexandre Almeida dalam laporan studi mereka yang berjudul "Ecological dynamics of Enterobacteriaceae in the human gut microbiome across global populations" yang dipublikasikan di Nature Microbiology, 2025.

Ternyata manfaat kesehatan mengkonsumsi serat tak cuma soal memperlancar proses pencernaan sehingga mencegah sembelit/ konstipasi dan gangguan pencernaan sejenis. Serat alami dalam bahan makanan ternyata juga memberi makan bakter-bakteri baik dalam saluran usus kita. Serat makanan yang terkandung dalam buah segar, sayur segar serta kacang-kacangan tersebut memiliki khasiat meningkatkan ketahanan badan terhadap infeksi bakteri.

Asupan serat seseorang mempengaruhi komposisi atau susunan mikrobioma dalam usus. Dan ini bisa diketahui dari analisis feses atau kotoran yang dibuang dari usus setiap orang. Dari feses bisa diketahui kondisi mikrobioma usus dan diprediksi risiko infeksi bakteri yang membahayakan kesehatan.

Pada orang-orang yang secara rutin mengkonsumsi serat, ditemukan bahwa ada 135 spesies mikroba usus yang ternyata mampu membantu sistem kekebalan badan ini terhadap serangan infeksi bakteri.

Salah satu kelompok bakteri baik dalam usus yang berkembang subur jika seseorang cukup mengkonsumsi serat ialah Faecalibacterium. Tak banyak orang tahu bahwa kelompok bakteri ini bisa menghasilkan asam-asam lemak tertentu dengan menguraikan serat dari bahan makanan yang masuk ke usus. Hal ini menurut ilmuwan bisa membantu melindungi badan dari serangan infeksi termasuk bakteri berbahaya seperti Enterobacteriaceae yang bisa memicu penyakit. Dengan berkembang suburnya bakter-bakter baik akibat adanya serat yang cukup dalam makanan, secara bersamaan juga populasi koloni bakteri yang berbahaya bisa ditekan dan kesehatan kita lebih terjaga.

Lalu bagamana jika kita tidak suka makan buah dan sayur segar dan memilih mengkonsumsi suplemen probiotik untuk menyuburkan mikrobioma usus? Sayangnya peneliti mengatakan bahwa konsumsi suplemen atau bahan makanan tambahan yang mengandung probiotik tidak secara langsung memperbaiki lingkungan dalam usus dan juga kurang efektif dalam mencegah serangan infeksi akibat bakteri merugikan seperti Enterobacteriaceae yang dibahas di sini.

Karena itu, tidak berlebihan jika kita katakan "Kita adalah apa yang kita makan". Jika kita makan makanan instan yang masuk kategori "sampah", alias minim nutrisi, banyak zat kimiawi untuk pewarna, pengawet, pemanis buatan, dan tambahan lainnya, tak heran badan kita merana karena rentan dihinggapi bakteri patogen. 

Sebab itulah, upayakan untuk selalu memasukkan sayur dan buah segar dalam sarapan pagi, makan siang dan makan malam kita. Jangan abai dengan asupan serat harian kita yang setiap hari minimal 20-25 gram. 

Plus dengan membiasakan makan sehat dengan konsumsi banyak sayur dan buah kita juga memberikan teladan positif untuk anak-anak agar terbiasa makan sayur dan buah dari kecil dan menghindari makanan-makanan tak sehat agar kesehatan mereka saat dewasa nanti tetap prima. Jangan sampai masih remaja atau muda, sudah terkena diabetes, asam urat, gagal ginjal, kanker, atau penyakit-penyakit lain yang seharusnya cuma dialami para lansia. (*/)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun