Saat manusia memasuki usia lanjut alias menua di usia 50-60, biasanya mereka membatasi olah gerak entah secara sadar atau tidak. Beraktivitas sehari-hari pun dilayani oleh anak cucu padahal mungkin sebenarnya masih bisa melakukan secara mandiri. Pun banyak orang muda yang merasa tidak berbakti kalau membiarkan orang tua lansia mereka beraktivitas fisik. Akhirnya jangankan rajin berolahraga, sebagian lansia kesulitan beraktivitas secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan pribadi karena sudah terlalu dimanja. Kita lupa dengan nasihat "use it or lose it". Kalau tak dipakai, pasti bakal hilang.
Dalih yang paling banyak dipakai untuk makin membatasi gerak adalah tubuh sudah tak seprima dulu di usia 20-30 sehingga wajar saja kalau tak seaktif dulu. Padahal justru itulah yang bisa menjadi biang keladi makin menurunnya kualitas hidup terutama kesehatan otak dan daya ingat.
Perbaikan Fungsi Kognitif Otak
Kebiasaan berolahraga sudah seharusnya dilestarikan hingga tua dan bahkan di saat tua itulah kita perlu terus mempertahankan pola hidup aktif. Hal  ini bukan klaim tanpa alasan semata tetapi berpijak pada temuan sebuah studi yang baru-baru ini dirilis University College London dan tayang di the International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity pada 9 Desember 2024. Terjadi perbaikan kinerja kognitif otak jangka pendek selama 24 jam begitu kita selesai berolahraga, demikian ungkap tim ilmuwan yang bekerja di dalam tim studi tersebut.
Itulah mengapa setelah berolahraga, otak kita makin tajam dan daya kognitif/ pikir kita menjadi lebih baik setidaknya hingga esok harinya. Di saat efek positif tadi menurun, kemudian kita bisa berolahraga lagi untuk mempertahankan efek tersebut di esok harinya. Lalu ini diulang terus-menerus untuk mempertahankan efek positif tadi secara lebih konsisten.
Penelitian ini fokus pada 76 subjek penelitian yang merupakan orang-orang berusia 50 hingga 83 tahun yang melakoni olahraga atau kegiatan fisik yang berintensitas tinggi hingga moderat/ sedang daripada aktivitas di hari-hari biasanya, tidur cukup minimal 6 jam di malam hari dan tak banyak duduk sepanjang hari. Mereka menunjukkan perbaikan daya ingat sehari setelah berolahraga.
Tidur sangat membantu perbaikan dan pemeliharaan daya ingat dan kesehatan otak sebab saat tidur nyenyak (deep sleep), otak menjalani pemulihan yang optimal. Berbeda dari otak orang yang sering begadang malam hari, otak mereka yang tidur nyenyak di malam hari menunjukkan kinerja yang lebih baik.
Naikkan Detak Jantungmu
Mungkin Anda bertanya: Jenis olahraga apakah yang bisa membuat kesehatan otak dan daya ingat terpelihara? Ilmuwan sendiri mengatakan bahwa aktivitas fisik atau olahraga ini mesti menaikkan detak jantung Anda sehingga bisa memacu aliran darah ke otak serta menstimulasi dikeluarkannya zat-zat neurotransmitter seperti norepinephrine dan dopamine yang membantu fungsi otak.Â
Contoh aktivitas atau jenis olahraganya adalah jalan cepat, menari, bersepeda, atau berjalan menaiki tangga. Bahkan Anda tak perlu menggunakan jasa personal trainer atau pelatih profesional lalu ke gym atau studio serta membayar sejumlah uang untuk melakukannya. Anda bisa melakukan sendiri di rumah tanpa mengeluarkan sepeser uang pun. Cuma masalahnya banyak orang malas melakukannya saja.Â
Dengan berolahraga setiap hari, lansia bisa mempertahankan fungsi kognitif otak mereka dan mencegah penurunan daya ingat yang signifikan. Nah, tinggal Anda sesuaikan saja jenis dan intensitas olahraganya. Tak perlu setiap hari berolahraga intensitas tinggi atau moderat. Selingi juga dengan olahraga intensitas rendah seperti peregangan, yoga atau pilates saat kita di hari sebelumnya sudah jalan cepat, renang atau aktivitas kardio maupun angkat beban. Dengan kata lain, variasikan jenis olahraga Anda setiap hari agar tidak lekas bosan. Jika lelah, kurangi intensitas olahraga. Bukannya setop berolahraga. (*/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H