Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Studi: Makin Sukses Seorang Atlet, Semakin Dianggap Rupawan

4 Agustus 2024   06:33 Diperbarui: 4 Agustus 2024   06:40 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenapa atlet-atlet sering dianggap lebih rupawan daripada orang biasa? (Sumber gambar: Wikimedia Commons)

Olimpiade Paris 2024 yang sekarang berlangsung seperti biasa ditaburi dengan berita-berita soal perolehan medali. Tapi tak cuma itu, juga beredar banyak berita dan konten media sosial yang justru membahas komentar dan reaksi publik soal betapa rupawannya atlet-atlet top dunia ini saat berlaga. Kalau Anda jeli, tren konten seperti ini kerap muncul di tengah penyelenggaraan event Olimpiade.

Contohnya adalah atlet senam artistik China Zhang Boheng yang dikomentari oleh banyak gadis China dan juga penonton dari negara lain bahwa penampilannya sangat tampan dan menawan karena bisa tampil dengan tenang dan baik. Ditambah dengan gaya rambut yang mirip selebriti dan wajahnya yang fotogenik, Zhang makin dipuja.

Zhang Boheng. atlet senam artistik putra China, dianggap gadis-gadis China sebagai pemuda idaman. (Sumber gambar: Wikimedia Commons)
Zhang Boheng. atlet senam artistik putra China, dianggap gadis-gadis China sebagai pemuda idaman. (Sumber gambar: Wikimedia Commons)

Tak cuma itu, sejumlah atlet lainnya juga dianggap sangat rupawan sehingga pantas menjadi model profesional jika mereka tak lagi menjadi atlet nantinya. Media-media online juga memanfaatkan tren ini dengan membuat kumpulan profil atlet yang rupawan menurut jurnalis mereka seperti yang dibuat standard.co.uk ini: "Olympic Crushes: Our Paris 2024 Hot List".

Tren berita soal wajah dan penampilan fisik yang menarik dari para atlet ini bukannya tak beralasan karena ada sebuah studi ilmiah yang bisa menerangkan kenapa hal itu bisa terjadi.

Sebuah studi yang dilakukan di Cina menemukan hubungan antara kemampuan atletik dan daya tarik wajah. Penelitian ini diterbitkan di International Journal of Sport and Exercise Psychology dan melibatkan serangkaian eksperimen untuk menyelidiki hubungan tersebut.

Peneliti, dipimpin oleh Profesor Xianyou He dari South China Normal University, mengajukan hipotesis bahwa hubungan antara performa atletik dan daya tarik wajah mungkin dipengaruhi oleh jenis olahraga dan jenis kelamin atlet. Mereka melakukan empat eksperimen untuk menguji ide ini.

Eksperimen pertama melibatkan penilaian daya tarik wajah 240 atlet top dari berbagai cabang olahraga oleh 212 peserta muda. Hasilnya menunjukkan bahwa atlet yang lebih sukses cenderung dinilai lebih menarik, meskipun peserta tidak tahu identitas atau prestasi mereka.

Eksperimen kedua dan ketiga mengungkapkan bahwa hubungan antara daya tarik dan keberhasilan dalam olahraga bervariasi tergantung pada jenis kelamin dan cabang olahraga. Misalnya, dalam lari 100 meter, pria dengan wajah lebih menarik diharapkan mendapat peringkat lebih baik, sementara wanita dengan wajah lebih menarik diperkirakan mendapat skor lebih buruk. Untuk loncat indah 3 meter, baik atlet pria maupun wanita yang lebih menarik diharapkan mendapat peringkat lebih baik.

Eksperimen keempat menunjukkan bahwa peserta dapat membedakan antara atlet dari dua cabang olahraga berbeda (triathlon dan senam lantai) berdasarkan fitur wajah mereka. Ini menunjukkan adanya perbedaan karakteristik wajah yang signifikan antara atlet dari cabang olahraga yang berbeda.

Studi ini mendukung hipotesis tentang hubungan antara fitur wajah dan kualitas fisik. Namun, peneliti memperingatkan bahwa temuan ini tidak boleh diinterpretasikan secara berlebihan atau digeneralisasi. Daya tarik wajah hanyalah salah satu dari banyak faktor yang terkait dengan performa atletik, dan faktor-faktor lain seperti keterampilan, daya tahan, dan ketekunan juga diperlukan untuk menjadi atlet yang baik.

Namun demikian, tetap harus dipahami bahwa ada keterbatasan penelitian. Misalnya sampel peserta yang terbatas pada orang muda dan penggunaan gambar statis yang hanya menampilkan wajah. Dalam kondisi alami, persepsi daya tarik didasarkan pada berbagai detail yang lebih luas.

Penelitian ini memberikan wawasan menarik tentang hubungan antara penampilan fisik dan kemampuan atletik, serta bagaimana persepsi daya tarik dapat bervariasi tergantung pada jenis olahraga dan jenis kelamin atlet. Namun, penting untuk diingat bahwa daya tarik wajah dan kinerja atletik adalah topik yang kompleks dan subjektif, dan hasil penelitian ini mungkin hanya berlaku untuk kelompok budaya tertentu. (*/)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun