Pada tanggal 6 Februari 2010, saat saya mulai menulis pertama kali di Kompasiana, motif saya menulis adalah untuk menuangkan ide, gagasan, dan emosi yang tersimpan dalam benak ini.
Dengan kata lain, saya ingin menjadi lebih dikenal orang melalui karya tulisan saya di situ sebab Kompasiana adalah sebuah platform baru yang inklusif.
Diri saya 14 tahun lalu sudah berpuas diri jika ada orang lain yang mau menghabiskan menit-menit berharga mereka untuk membaca tulisan saya yang menurut saya masih jauh dari definisi sempurna.
Saya melihat angka "views" bertambah perlahan dari jam ke jam saja sudah bahagia. Sebagai penulis pemula, saya sudah bisa berbahagia. Tak masalah jika tulisan saya tak dijadikan headline atau bahkan tidak terpilih sebagai artikel pilihan oleh editor. Asal sudah ada yang baca sudah bahagia. Kepuasan saya sebagai penulis sesederhana itu.
Tapi jika saya mau bandingkan diri saya saat itu dengan diri saya sebagai penulis saat ini, rasanya kebahagiaan dan kepuasan sebagai penulis bagi diri saya sudah berkembang (baca: berubah).
Ada kalanya tulisan saya mencetak angka views yang rendah. Cuma puluhan angkanya. Tapi anehnya saya merasa masih puas. Ada juga saat saya bisa menayangkan tulisan yang angka views-nya di atas ekspektasi sebelum saya menayangkannya. Dan anehnya saya juga makin puas.
Pun setelah ada fitur K-Rewards dan program Infinite untuk artikel yang terpilih tayang di Kompas.com yang menggiurkan banyak Kompasianer untuk makin rajin menulis, saya pikir nominal Rupiah yang ditransfer juga bukan indikator utama kepuasan menulis di Kompasiana. Uang memang penting tapi bukan segalanya.
Jika saya renungkan kembali, rasanya ada beberapa hal yang saya katakan bisa menjadi indikator dalam mengukur kepuasan saya selain angka views dan besaran kompensasi finansial K-Rewards.
Kebebasan dan Idealisme Menulis
Sebagai Kompasianer, saya bisa menayangkan tulisan bertema apapun selama itu masih bisa dimasukkan dalam kategori yang tersedia.
Karena kebebasan dalam menulis inilah saya merasakan adanya kepuasan. Saya bisa menulis sebebas mungkin tanpa mengikuti perintah editorial maupun desakan pihak manapun.