WORK-LIFE balance bagi anak-anak muda zaman sekarang adalah frase keramat. Mereka begitu terobsesi untuk bisa meraih prestasi dalam karier dan sekaligus menikmati hidup semaksimal mungkin.
Fenomena obsesi WLB seperti ini saya bisa temui di media sosial TikTok dan X/ Twitter. Di sana, percakapan dan perdebatan seru di antara Gen Z yang baru masuk dunia kerja sangatlah seru untuk disimak.
Ada satu video TikTok yang menyinggung para pekerja muda yang pulang 'tenggo' (teng langsung go) alias pulang tepat waktu. Orang model tenggo begini tak mau kerja lembur atau merespons permintaan apapun soal pekerjaan sehabis jam kerja. Mereka enggan untuk going extra miles untuk apapun soal pekerjaan kantor. Mereka bekerja secukupnya lalu sisa waktunya dimanfaatkan untuk menikmati hidup.Â
Apakah itu salah? Ya tidak juga. Kan itu pilihan pribadi masing-masing.
Ada juga pekerja tipe all out, yang merasa seluruh hidupnya harus didedikasikan pada karier dan pekerjaan. Mereka siap sedia jika dihubungi di waktu cuti dan libur. Mereka tak merasa segan untuk membantu teman kerja dan atasan yang meminta data saat mereka seharusnya istirahat di rumah bersama keluarga tercinta.
Apakah itu benar? Kembali ke pilihan masing-masing juga kok.
Memecah Kehidupan dan Ingatan demi WLB
Sebuah serial menarik berjudul "Severance" mencoba mengangkat pergulatan kaum profesional modern masa kini soal keseimbangan hidup dan karier ini.
Kita diajak oleh penulis naskahnya Dan Ericksson untuk menguliti permasalahan yang dihadapi oleh manusia-manusia yang kini populer disebut sebagai "budak korporat".
Tema besar soal WLB itu tercermin dari tagline serial ini: "Seberapa besar Anda akan berkorban untuk menjadi bahagia di tempat kerja?"
Sebagai sebuah drama thriller psikologis yang dirilis perdana di Apple TV+ pada Februari 2022, "Severance" mengisahkan kehidupan para karyawan di perusahaan Lumen Industries yang mengikuti program "severance" yang memisahkan memori dan kesadaran mereka saat bekerja dan di luar pekerjaan.
Uniknya, para karyawan secara sukarela memisahkan ingatan dan kesadaran mereka saat bekerja dan di luar pekerjaan. Hal ini dibuktikan dengan prosedur severance yang mengharuskan pegawai merekam video kesaksian bahwa keputusan mereka untuk memisahkan memori antara kerja dan kehidupan personal itu semata-mata adalah pilihan mereka sendiri. Perusahaan tidak mengintervensi dan cuma memfasilitasi.Â