Anak-anak ini cuma bisa berkomunikasi dengan suara yang kurang jelas, isyarat, air muka, dan alat nonverbal lainnya.
Keluarga baik ortu dan saudara dilatih secara daring dalam 6 sesi (tiap sesi durasinya \2 jam) yang bisa diikuti secara maraton atau jika ada waktu luang.
Pelatihan ini bersifat interaktif dan memuat contoh video, latihan, pertanyaan dan kegiatan penerapan pengetahuan yang baru saja diajarkan.
Saudara kandung juga ikut serta dalam pelatihan secara tatap muka. Mereka ini berusia 7 hingga 15, sehingga mereka lebih matang dan siap memberikan bimbingan pada saudara mereka yang lebih muda dan berkebutuhan khusus.
Dengan pelatihan ini, diberikan pula strategi untuk mendorong terbukanya interaksi dan komunikasi yang lebih intens antara orang tua, saudara dan si anak berkebutuhan khusus.
Para anak berkebutuhan khusus didorong berkomentar soal banyak kegiatan dan keluarga diminta mendengarkan komentar mereka ini hingga selesai dengan sabar sebab biasanya mereka lebih lambat dalam merespon.
Pelatihan semacam ini terbukti bisa meningkatkan kemampuan ortu dan saudara kandung dalam berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus dalam keluarga mereka. Dan tentu sangat membantu anak berkebutuhan khusus dalam berkomunikasi dengan keluarganya.
Dari penelitian ini, kita diajak untuk makin sadar dengan peran keluarga yang sangat besar terhadap kondisi dan kemajuan seorang anak berkebutuhan khusus.
Keluargalah yang berada di dekat anak-anak berkebutuhan khusus ini paling sering sepanjang hidup mereka.Â
Karena itulah, peran keluarga sangat penting. Jangan berpikir bahwa peran guru cuma bisa dijalankan oleh tenaga profesional yang cuma datang dan bertemu dengan anak sesekali saja.
Di Indonesia sendiri setahu saya belum ada pelatihan daring maupun luring semacam ini bagi keluarga-keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus.