Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tak Kunjung Punya Anak? Bisa Jadi Dipicu Gaya Hidup Modern Ini

19 Agustus 2021   13:57 Diperbarui: 19 Agustus 2021   13:58 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SELAIN karena preferensi pribadi untuk menunda kelahiran dan dorongan pemerintah untuk memiliki lebih sedikit anak, banyak pasangan masa kini yang memang berjuang keras untuk memiliki keturunan.

Istri kadang disalahkan karena dicap rahimnya kurang subur atau sel telurnya kurang baik. Tapi di sisi lain, para suami juga perlu memeriksakan dirinya, apakah benar jumlah sperma mereka sudah mencukupi atau berada di ambang normal? Jika belum, melakukan perawatan segera memang sangat disarankan.

Tapi semua perawatan kesuburan termasuk konsumsi obat ini itu bakal sia-sia jika gaya hidup Anda masih seperti semula.

Berikut adalah beberapa kebiasaan para pria modern yang bisa berujung pada menurunnya jumlah sperma mereka.

  • Tinggal di lingkungan yang penuh polusi: Menurut theguardian.com, para pria yang tinggal di kota yang tingkat polusinya tinggi berpeluang mengalami penurunan mutu sperma. Begitu juga jika Anda pekerja pabrik yang tingkat polusinya tinggi, bisa jadi hal itu membuat Anda tak kunjung menimang bayi. Solusinya? Pindahlah rumah ke lingkungan yang lebih minim polusi. Dapatkan pekerjaan yang lebih rendah risiko pencemarannya jika memang Anda sekarang sedang bekerja di lingkungan kerja yang tingkat polusinya tinggi.
  • Terpapar bahan kimia phthalates: Bahan kimia ini ditemukan dalam produk sabun mandi batangan dan cair, shampo, produk kosmetik, penyemprot rambut, dan sebagainya. Phthalates ini dipakai untuk membuat berbagai produk plastik menjadi lebih solid. Jadi hati-hatilah jika Anda terbiasa makan dengan peralatan makan atau bungkus makanan plastik setiap hari. Sistem reproduksi hewan yang tanpa sengaja memakan zat ini diketahui memiliki gangguan reproduksi. Zat ini mirip hormon dan bisa merusak sperma menurut laman ChosunIlbo.com. Pada manusia, belum ada risetnya memang menurut laman CDC tapi ada baiknya waspada daripada menyesal.
  • Terpapar triclosan:Zat satu ini kerap ditemukan dalan produk-produk harian seperti pasta gigi dan sabun mandi. Ia kerap digadang sebagai zat anti bakteri dan anti jamur yang membuat tubuh kita resik. Solusinya? Cobalah beralih pada produk perawatan diri yang dibuat dari bahan alami, tanpa kandungan bahan kimia artifisial seperti triclosan. 
  • Terpapar bisphenol A (BPA): Pernah kita dengar berita kandungan BPA di botol susu bayi. Sama juga Anda yang bapak-bapak juga mesti hindari zat satu ini karena BPA ini bisa ditemukan di lapisan luar perangkat makan.
  • Bekerja dengan wifi: Siapa yang tidak pernah memakai wifi zaman sekarang? Di rumah sekarang pasti kita banyak menggunakan wifi untuk bekerja dan bersantai. Tapi kebiasaan menggunakan ponsel pintar dan laptop yang terkoneksi wifi selama lebih dari 4 jam sehari ternyata bisa merusak sperma. Dari studi tahun 2011 oleh peneliti di Argentina, ditemukan bahwa lebih dari 25% sperma pria pengguna wifi berhenti bergerak dan 9% sperma lainnya mengalami kerusakan DNA. Untuk mencegah risiko ini makin tinggi, selalu usahakan menyimpan ponsel di tempat lain, bukan di saku celana. Begitu juga saat bekerja dengan laptop, memangku laptop sama saja mendekatkan sumber bahaya pada testis dan sperma Anda yang sangat berharga itu.
  • Memakai celana ketat: Saat seorang pria mengenakan celana baik itu celana dalam dan celana luar yang ketat, pas di pinggul, kemungkinan suhu di sekitar testis bisa naik. Padahal seharusnya agar sperma bisa tetap subur, suhu di testis mesti lebih rendah 3-4 derajat celcius daripada suhu tubuh kita. Jadi teliti apakah Anda hobi mengenakan celana dalam yang ketat? Jika ya, saatnya mengganti celana Anda dengan yang lebih longgar dan mengubah kebiasaan itu.
  • Suka mandi air panas/ sauna: Suhu tinggi selalu merusak sperma, ini hukum alam yang tak bisa ditolak. Begitu juga saat seorang pria masuk ke bilik sauna atau hobi mandi air panas saat malam hari cuma karena takut rematik. Kalaupun terpaksa mandi air hangat, lakukan lebih singkat. 
  • Duduk lebih dari 6 jam sehari: Sitting is the new smoking, kata orang sekarang. Kebiasaan duduk lama memang selain membuat tubuh tak sehat dan peredaran darah tak lancar, suhu di selakangan dan testis jadi makin meningkat. Padahal kita tahu tadi, sperma akan mati jika ada di lingkungan yang panas. Duduk juga bisa memberikan tekanan pada testis. Bisa dibayangkan jika Anda mengenakan celana ketat dan duduk 8 jam selama kerja, dampak kerusakannya pada sperma Anda pasti berkali-kali lipat juga.
  • Tak peduli dengan manajemen stres: Banyak pria modern yang stres dan malah melampiaskan stres itu dengan kebiasaan begadang, merokok dan minum miras yang malah memperburuk kualitas sperma mereka. Ini mirip memecahkan masalah dengan membuat masalah lebih banyak lagi. Peneliti di Columbia University di New York menemukan bahwa para pria yang merasa tertekan dan stres berat memiliki kadar sperma lebih rendah dari mereka yang lebih santai karena saat stres pria juga mengalami gangguan hormon terutama yang berkaitan dengan reproduksi dan produksi sperma. Kelola stres Anda dengan cara yang lebih sehat dan menambah kesehatan dan kesuburan seperti berolahraga rutin, menghindari rokok dan asapnya.

Inti dari semua anjuran ini ialah agar kita beralih ke pola hidup yang lebih alami, sehat dan aktif. Kita juga mesti makin peduli terhadap lingkungan hidup karena seperti kita ketahui, semakin tinggi tingkat polusi semakin tinggi angka kemandulan juga. Perbanyak naik moda transportasi umum atau jalan kaki jika memungkinkan untuk menekan polusi udara. Pilihlah alternatif-alternatif yang tidak merusak lingkungan dan lebih alami karena dalam jangka panjang, kita juga yang akan kena akibatnya. (*/)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun