DENGAN makin banyak diadopsinya kebijakan bekerja dan bersekolah di rumah, rasanya kita makin akrab dengan kebiasaan tidur yang acak-acakan. Saat pandemi begini, rasanya bekerja di rumah membuat kita tidak bisa membedakan batas antara waktu kerja/ belajar dan waktu untuk bersantai. Kerap kali kita berjibaku dengan jadwal harian yang panjang sehingga kita masih harus bekerja atau belajar sampai larut malam. Diperparah dengan penggunaan gawai yang sampai memicu kecanduan, lengkap sudahlah penderitaan manusia modern di tengah pandemi.
Tidur, sebagai salah satu kegiatan terpenting dalam hidup, sempat dianggap sebagai satu kegiatan pengganjal produktivitas bagi mereka yang menganut paham industrialis akut. "Apa gunanya tidur? Cuma untuk melewatkan waktu di malam hari padahal kita masih bisa bekerja atau bersenang-senang menikmati hidup," begitu kira-kira pikir sebagian orang yang menyepelekan arti penting tidur.
Namun, semakin lama kita disadarkan pentingnya tidur bagi kesehatan secara keseluruhan, termasuk pengaruhnya pada imunitas yang di masa pandemi ini seolah jadi komoditas tanpa wujud yang menjadi objek buruan. Hampir semua berlomba menenggak suplemen mahal, multivitamin impor, dan sebagainya demi mendapatkan imunitas padahal dengan tidur nyenyak (dan diimbangi dengan pola hidup sehat lain), imunitas itu sudah terbentuk secara alami dan murah meriah.Â
Satu hal lain yang tak kalah penting soal tidur ialah khasiatnya dalam menurunkan beragam penyakit degeneratif dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit yang saya maksud ialah Alzheimer's, sebuah penyakit degenerasi syaraf pemicu kepikunan (dementia). Salah satu gejalanya ialah susah mengingat peristiwa yang baru saja dialami. Gejala-gejala lanjutan lain ialah penurunan kemampuan berbahasa, sering lupa jalan (disorientasi), motivasi turun, perubahan drastis suasana hati (mood swings), dan lain-lain.
Alzheimer's ini memang biasanya menimpa mereka yang sudah berusia 65 tahun ke atas tetapi dengan buruknya pola hidup generasi sekarang, tak heran usia penderita penyakit ini makin muda saja.Â
Yang mengerikan ialah karena sampai detik ini belum ditemukan obat atau metode penanganan yang ampuh untuk memberantas Alzheimer's.Â
Jika Anda mengalami penurunan kualitas tidur seperti tidur yang durasinya kurang dari seharusnya (kurang dari 7-8 jam sehari di malam hari), tidur yang kurang nyenyak dan kerap terbangun di malam hari, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter agar masalah tidur Anda segera teratasi.
Kenapa?
Masalah kualitas tidur yang buruk seharusnya tidak kita abaikan dan kita anggap remeh sebab jika terus-menerus terjadi, risiko menderita Alzheimer's makin meningkat!
Sejumlah ilmuwan telah membuktikan bahwa pola tidur seseorang saat ini bisa dipakai sebagai alat untuk memprediksi apakah seseorang akan menderita Alzheimer's atau tidak di usia lanjutnya nanti. Mereka sepakat bahwa tidur yang nyenyak di malam hari dalam kualitas dan kuantitas yang cukup bisa menjadi senjata ampuh menghalau Alzheimer's. Temuan ini didapatkan oleh para peneliti di University of California - Berkeley dan dipublikasikan September 2020 lalu di jurnal Current Biology.