BEBERAPA hari lalu saya menjalani odentoctomy, alias operasi pencabutan gigi geraham bungsu. Gigi ini memang kerap menimbulkan permasalahan. Di banyak kasus, pertumbuhannya yang paling akhir dibandingkan gigi yang lain membuat posisinya kurang pas sehingga menyulitkan proses pembersihan dengan sikat gigi.
Dalam kasus saya, gigi geraham bungsu ini awalnya tumbuh dengan menimbulkan rasa nyeri dan kelamaan tak terasa nyeri namun posisinya lebih rendah dari gigi lain. Karenanya ia juga tidak berfungsi optimal dan memang tidak ada fungsinya dalam proses menghalusan makanan.Â
Di samping tidak adanya fungsi, gigi geraham saya ini juga tumbuh dalam posisi yang tidak seharusnya sehingga susah dibersihkan dan mulai berlubang. Nah, di sini saya rasa harus segera diambil tindakan medis agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan, mengingat kesehatan gigi dan mulut berkaitan erat dengan kesehatan organ-organ penting dalam tubuh.
Sebelum saya menjalani operasi kecil ini, saya disarankan sekali untuk menghindari begadang. Mengapa demikian? Mungkin karena begadang membuat tekanan darah meninggi dan hal ini kurang disarankan saat akan menjalani prosedur pembedahan meskipun seminor ini.Â
Selain itu saya juga disarankan makan kenyang sejam sebelum operasi sebab operasi bisa berjalan berjam-jam. Kata dokter gigi saya, operasi kadang cuma berlangsung 30 menit tapi ada juga yang bisa berlangsung sampai 4 jam. Tidak bisa ditebak. Bergantung pada kondisi masing-masing orang.
Syukurlah, ternyata operasi saya cuma berlangsung selama 30 menit lebih sedikit. Namun, tentu sebelum dan sesudahnya saya sudah harus menjalani sejumlah tindakan medis untuk memastikan semuanya berjalan lancar.
Sebelum operasi, saya berbaring dan bagian akar gigi dan gusi saya kemudian disuntik anastesi. Kepekaan syaraf di sekitar area yang akan digarap kemudian diuji. Begitu saya sudah mengatakan kesemutan dan merasakan kebas di area rahang kanan yang akan dioperasi, dokter gigi saya segera memulai. Diambil beberapa foto agar dokter dapat membandingkan area yang dioperasi, dan mengikuti perkembangannya nanti.
Saya sungguh bersyukur hidup di zaman kedokteran modern yang sudah mengenal ilmu anastesi yang begitu maju karena bayangkan saja bagaimana menjalani pencabutan gigi ini jika saya berada dalam kondisi sadar penuh. Bahkan di kondisi terbius secara lokal itu saja saya masih bisa merasakan gigi saya digerakkan oleh alat-alat yang entah bagaimana bentuk dan cara kerjanya (karena mata saya ditutup saat 2 dokter gigi dan 3 asistennya bekerja).Â
Kata teman saya, makin mahal biaya pencabutan, makin tidak sakit rasanya. Dan saya pikir, ia benar. Ia menceritakan sakit tak tertahankan akibat cabut gigi di Puskesmas yang cuma 7000 dan cabut gigi 400 ribu di klinik yang lebih mahal. Untuk pencabutan satu gigi geraham ini, saya mesti merogoh kocek 3,5 juta! Lumayan juga kan. Untungnya semua tertutup asuransi. Dan harga ini bukan yang paling mahal lho. Konon ada dokter gigi berpengalaman yang tak ragu mematok harga 4 juta sekali cabut karena bisa menjamin bebas sakit sama sekali.
Karena itu, saya sarankan jika Anda hendak mencabut gigi geraham bungsu Anda, pilihlah dokter gigi yang berpengalaman. Kecuali jika Anda ingin berhemat dan siap untuk menahan sakit yang sangat amat menyiksa, silakan saja.
Setelah gigi sukses dicabut, saya masih harus berkumur 1 menit dengan cairan antiseptik dan menjalani penjahitan gusi agar luka yang ditimbulkan pasca operasi bisa segera menutup dan darah tak terus mengucur. Kemudian masih ada perlakuan lain yang mengharuskan saya tinggal di klinik setidaknya sampai 30 menit. Saya meninggalkan klinik dengan menggigit kassa untuk menghentikan pendarahan.