Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenapa Umat Muslim Terbelakang dalam Perkembangan Sains Modern?

19 November 2016   16:27 Diperbarui: 19 November 2016   17:06 8511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Karena membiayai perkembangan sains bukanlah perkara yang murah, bahkan amat sangat mahal, sementara sebagian besar negara muslim dunia masih terbelakang dan miskin atau masih berkembang, menjadikan sains sebagai prioritas (daripada pemenuhan kebutuhan pokok yang lebih vital seperti sandang, pangan dan papan) tampaknya konyol padahal investasi sains dalam jangka panjang sejatinya akan sangat menguntungkan. Tetapi itu teorinya.

Praktiknya? Orang akan menolak membaca buku apalagi belajar jika perut mereka masih lapar atau masih kebingungan harus tinggal di mana malam nanti. Kompleks memang masalahnya. Sementara itu, negara-negara Muslim lain yang lebih makmur seperti negara-negara di kawasan Teluk (Semenanjung Arab) yang kaya minyak bumi masih relatif muda usianya sehingga belum banyak memiliki lembaga penelitian kaliber dunia yang mumpuni dalam menelurkan inovasi-inovasi sains yang substansial.

Pola pikir yang turut membuat Muslim tidak membuat kemajuan berarti dalam dunia sains modern ialah konsensus atau kesepakatan bersama yang kuat bahwa peran agama ialah sebagai sebuah landasan berpikir yang konstan, absolut dan kaku. Sikap kritis terhadap agama ditolak, sehingga umat Muslim menjadi lebih eksklusif, tertutup dari perkembangan dunia luar. Seekor katak dalam tempurung kelapa, atau seekor ikan dalam gelas mungil. Pergerakannya terbatas. Tidak bisa ke mana-mana. Seperti itulah pengibaratan perkembangan sains dalam umat Muslim saat ini.

Alasan kemunduran sains itu juga diduga berasal dari upaya interpretasi sejumlah pihak atas karya Imam al-Ghazali (salah satu tokoh Muslim paling menonjol dalam perkembangan Islam sejak Rasulullah SAW sendiri). Interpretasi radikal itu memicu Muslim untuk menghapus sejumlah cabang sains yang dicap “tidak dikehendaki”. Salah satu tokoh bernama Hamid al_Ghazali bahkan pernah menyatakan bahwa matematika ialah “karya dari setan”. Pernyataannya itu amat berpengaruh dan membuat dampak yang besar bagi perkembangan ilmu tersebut di peradaban Muslim.

Alasan lainnya ialah karena menurut saya umat Muslim saat ini terlalu reaktif kegaduhan eksternal  dan ‘insecure’ (kurang percaya diri) mengenai dirinya sendiri dengan tersedot ke ranah politik. Mereka ingin sekali merebut hegemoni dunia dari Barat (baca:Kristen) sehingga sangat bernafsu mempertahankan kendali kekuasaan di berbagai lini. Tetapi sayangnya mereka lupa, bahwa hegemoni Barat itu dibangun tidak melulu dari aspek politik. Hegemoni itu dibangun dari berbagai bidang. Dan sains adalah salah satunya. Dan payahnya, sains merupakan salah satu di antara banyak celah kelemahan umat Muslim yang sebenarnya bisa menjadi kunci kebangkitannya tetapi kerap terlupakan. (*)

(Tulisan yang sama ditayangkan di blog pribadi penulis: akhlis.net)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun