Diabetes ada di mana-mana. Coba keluarlah dari rumah Anda, jika anggota keluarga Anda tidak ada yang terkena. Pasti tetangga Anda ada yang menderita. Kalau lingkungan rumah tidak ada, coba tengok ke sekolah/ kampus Anda. Pastinya ada guru-guru dan para dosen yang mengidapnya. Dan tren yang terkini malah menunjukkan usia penderita diabetes makin muda saja dari waktu ke waktu sebab perubahan pola hidup yang makin tidak sehat, dari pola hidup sedentari (kurang gerak) sampai asupan sehari-hari yang memicu kenaikan kadar gula.
Karena keprihatinan itulah, saya mengikuti acara Peringatan Hari Diabetes Sedunia kemarin (13/11) di Kebun Raya Bogor yang digelar Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia). Acara meriah yang diikuti ribuan orang dari wilayah Jakarta, Depok, Bogor dan Bekasi itu berlangsung lancar meski di awal hari sempat dirundung mendung.
Peringatan tahun ini mengusung tema "Mari Cegah Komplikasi Mata Penderita Diabetes". Sebagaimana kita ketahui, mata adalah salah satu organ vital yang bisa terganggu fungsinya jika diabetes dan komplikasinya makin merusak tubuh. Selain mata, ada syaraf, otak, jantung, ginjal dan hati yang bisa terkena efek destruktif komplikasi diabetes.
Maka dari itu, bisa dikatakan diabetes bukan penyakit yang mematikan karena dia adalah suatu katalisator saja. Ia bukan penyebab tetapi pemercepat dan pemulus proses kerusakan kesehatan kita. Dan ketidaktahuan dan keabaian akan membuat diabetes makin destruktif. Inilah mengapa kesadaran dan tindakan nyata sangat diperlukan untuk menyelamatkan lebih banyak lagi penderita diabetes maupun orang prediabetes (mereka berkadar gula tinggi tetapi belum sampai ke taraf diabetes) agar kesehatan mereka tidak memburuk lebih cepat.
Ketua Persadia Jabodetabek, Dr. dr. Mardi Santoso, DTM&H, SpPD-KEMD, FINASIM, FACE., menyarankan untuk meningkatkan kehati-hatian dalam menghadapi bahaya lima jenis penyakit organ vital yang biasa datang bersamaan dengan komplikasi diabetes, yaitu mata, syaraf, otak, jantung, ginjal dan hati.
“Tahun ini, peringatan Hari Diabetes Sedunia berfokus pada pencegahan risiko kebutaan akibat komplikasi diabetes,” ucapnya Ia mengimbau agar penderita diabetes supaya lebih waspada dengan gangguan penglihatan karena jika terkena, kelancaran dalam menjalan aktivitas sehari-hari akan terpengaruh. Patut dipahami karena peran netra sangat besar dalam aktivitas manusia modern.
Saya pernah membaca bahwa stres dan pikiran yang tertekan juga menjadi salah satu pemicu diabetes sehingga tidak heran dr. Mardi berpesan agar para penderita diabetes atau diabetesi untuk selalu memelihara kegembiraan dalam jiwa mereka. "Bergembiralah setiap meski menderita diabetes," ucapnya pada kami yang hadir.
Untuk menaikkan semangat ia tidak segan menyatakan kelegaannya karena terus menemukan wajah yang sama. "Itu artinya panjang umur," katanya lagi. Memang benar apa kata dr. Mardi, optimisme bisa memperpanjang usia, demikian juga pada mereka yang menyandang status diabetesi. "Panjang umur dan sehat bukan panjang umur tapi loyo, pincang, lesu. Itu yang paling penting," tegas pria yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Ukrida itu.
Acara jalan santai yang dibuka pukul 8 pagi itu selain menyebarkan kesadaran untuk menjaga pola hidup sehat di kalangan diabetesi juga bertujuan ingin mengajak orang terus menggerakkan badan agar lebih sehat dengan berjalan kaki seserung mungkin dalam aktivitas sehari-hari.
Di akhir acara, kelompok gerak jalan dianugerahi Piala Bergilir Prof. Utoyo Sukatonyang disebut Mardi sebagai Bapak Diabetes Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H