Mohon tunggu...
Ayis Nuzul
Ayis Nuzul Mohon Tunggu... -

Ayis adalah wanita yang lahir di Jombang, Jawa Timur. Saat ini tercatat sebagai mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kriteria Komunikan menurut Perspektif Hadist

5 Juni 2014   18:29 Diperbarui: 4 April 2017   17:50 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

A.Komunikan (Mad’u)

Komunikan adalah patner atau rekan dari komunikator dalam komunikasi. Ia berperan sebagai penerima pesan. Dalam komunikasi, peran pengirim dan penerima selalu bergantian sepanjang pembicaraan. Penerima mungkin mendengarkan pembicara atau menuliskan teks atau menginterpretasikan pesan dengan berbagai cara.

Sedangkan dalam proses dakwah, mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama islam maupun tidak, atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama islam, sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama islam dakwah bertujuan meningkatkan kwalitas iman, islam, dan ihsan.1

Muhammad Abduh membagi mad’u mejadi tiga golongan yaitu:

1.       Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dan dapat berfikir secara kritis, cepat menangkap persoalan.

2.       Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.

3.       Golongan yang berbeda dengan golongan diatas adalah mereka yang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu, tak sanggup mendalami benar. 2

_______________

1M. Munir, Wahyu Ialihi, Manajemen Dakwah (Jakarta :Predana Media Group, 2009), h. 23

2M. Munir, WahyuIlaihi , M.A., Komunikasi Dakwah(Jkt : Kencana, 2006), h . 23

Selanjutnya kita akan berbicara mengenai rumpun mad’u. Beberapa pendapat yang dapat kami himpun sebagai berikut :

1.Di awal surah al-Baqarah, mad'u dikelompokkan dalam tiga rumpun, yaitu: mukmin, kafir, dan munafik. Mujahid berkata : “empat ayat di awal Surah al-Baqarah men­deskripsikan tentang sifat orang mukmin, dua ayat mendeskripsikan sifat orang kafir, dan tiga belas ayat berikutnya mendeskripsikan sifat orang munafik”. Dalam istilah M. Natsir, kelompok mad'u ada tiga, yaitu” kawan yang setia sehidup semati, dari awal sampai akhir dan lawan yang secara terang-terangan memusuhinya dari awal sampai akhir; dan lawan yang bermain pura-pura menjadi kawan, sambil menunggu saat untuk menikam dari belakang.

2.      Secara umum mad'u menurut Imam Habib Abdullah Haddad dapat dikelompokkan dalam delapan rumpun, yaitu :

a.       Para ulama

b.      Ahli zuhud dan ahli ibadah

c.       Penguasa dan pemerintah

d.      Kelompok ahli perniagaan, industri dan sebagainya

e.       Fakir miskin dan orang lemah

f.       Anak, istri dan kaum hamba

g.      Orang awam yang taat dan yang berbuat maksiat

h.      Orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul­-Nya.'

3. Muhammad Abu al-Path al Bayuni mengelompokkan mad'u dalam dua rumpun besar, yaitu:

a.      Rumpun muslimun atau mukminun atau umat lstijabab (umat yang telah menerima dakwah),

b.      Non-muslim atau umat dakwah (umat yang perlu sampai kepada mereka dakwah Islam).

Umat lstijabab dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:

-Sabiqun bi al-khairat (orang yang saleh dari bertakwa),

-Dzalimun linafsib (orang fasik dan ahli maksiat)

-Muqtasbib (Ma’du yang labil keimanannya)

Sedangkan Umat da’wah dibagi menjadi empat kelompok, yaitu :

-Atheis

-Musyrikun

-Ahli kitab

-Munafiqun

4.   Sa'id bin Ali bin Wahf al-Qahthani melakukan pembagian yang hampir sama dengan al-Bayanuni, yaitu membagi mad'u dengan kategori muslim dan non-muslim. Mad'u darirumpun muslim dibagi dua, yaitu :

1.     Muslim yang cerdas dan siap menerima kebenaran, dan

2.     Muslim yang siap menerima kebenaran, tetapi mereka sering, lalai dankalah dengan hawa nafsu. Sedangkan non-muslim, pembagi­annya sama dengan al-Bayanuni, tetapi beliau tidak memasukkan munafik dalam kelompok non-muslim."

5.      M.Bahri Ghazali mengelompokkan mad'u berdasarkan tipologi dan klasifikasi masyarakat. Berdasarkan tipologi, masyarakat dibagi dalam lima tipe, yaitu :

a.   Tipe innovator, yaitu masyarakat yang memiliki keinginan keras pada setiap fenomena sosial yang sifatnya membangun, bersifat agresif dan tergolong memiliki kemampuan antisipatif dalam setiap langkah.

b.   Tipe pelopor, yaitu masyarakat yang selektif dalam menerima pembaharuan dengan pertimbangan tidak semua pembaharuan dapat membawa perubahan yang positif. Untuk menerima atau menolak ide pem­baharuan, mereka mencari pelopor yang mewakili mereka dalam menggapai pembaharuan itu.

c.   Tipe pengikut dini, yaitu masyarakat sederhana yang kadang-kadang kurang siap mengambil resiko dan umumnya lemah mental. Kelompok masyarakat I'm umumnya adalah kelompok kolas dua di masyarakatnya, mereka perlu seorang pelopor dalam mengambil tugas kemasyarakatan.

d.   Tipe pengikut akhir, yaitu masyarakat yang ekstra hati­-hati sehingga berdampak kepada anggota masyarakat yang skeptis terhadap sikap pembaharuan. Karma faktor kehati-hatian yang berlebih, maka setiap gerakan pembaharuan memerlukan waktu dan pendekatan yang sesuai untuk bisa masuk.

e.    Tipe kolot, yaitu tidak mau menerima pembaharuan sebelum mereka benar-benar terdesak oleh lingkungannya.3

_______________

3http://simba-corp.blogspot.com/2012/03/komunikan-perspektif-al-quran-dan.html

B.Kriteria Komunikan yang Baik

Dipandang dari komponen komunikan, komunikasi yang efektif akan terjadi jika komunikan mengalami (Kelman, 1975): internalisasi, (internalization), identifikasi-diri (self identification) dan ketundukan (compliance). Komunikasi mengalami proses internalisasi, jika komunikan menerima pesan yang sesuai dengan sistem nilai yang dianut. Komunikan merasa memperoleh sesuatu yang bermanfaat, pesan yang disampaikan memiliki rasionalitas yang dapat diterima. Internalisasi bisa terjadi jika komunikatornya memiliki ethos atau credibility (ahli dan dapat dipercaya), karenanya komunikasi bisa efektif.

Identifikasi terjadi pada diri komunikan, jika komunikan merasa puas dengan meniru atau mengambil pikiran atau perilaku dari orang atau kelompok lain (komunikator). Identifikasi akan terjadi pada diri komunikan jika komunikatornya memiliki daya tarik (attractiveness), karenanya komunikasi akan efektif.

Ketaatan pada diri komunikan akan terjadi, jika komunikan yakin akan mengalami kepuasan, mengalami reaksi yang menyenangkan, memperoleh reward (balasan positif) dan terhindar dari punishment (keadaan, kondisi yang tidak enak) dari komunikator, jika menerima atau menggunakan isi pesannya. Biasanya ketaatan akan terjadi bila komunikan berhadapan dengan kekuasaan (power) yang dimiliki komunikator. Yang demikian bisa menghasilkan komunikasi yang efektif. 4

_______________

4Hamidi, Prof Dr.Msi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang : UMM Pres.

C.Hadist Mengenai Komunikan

Ada beberapa hadist mengenai komunikan yang dapat kita kaji, beberapa diantaranya :


  1. Hadits Arba’in An-nawawi adalah hadits yang berisi kumpulan hadits shahih hasil karyaseorang ulama bernama Imam Al-Hafizh syaikhul islam muhyiddin Abi zakariya yahya bin syaraf An-Nawawi Ad-Dimasyqi Asy-Syafi’i. Disebut hadits Arba’in karena mengandung empat puluh hadits sahih karangan dari Iman An-Nawawi, maka dari itu hadits ini sering disebut dengan hadits Arba’in An-Nawawi. Dalam buku hadits tersebut terdapat tepatnya 42 hadits yang memiliki makna berbeda-beda, salah satunya yaitu haditske-28.

عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَاريةَ رَضي الله عنه قَالَ :وَعَظَنَارَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عليه وسلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ، وَذَرِفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ، فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَأَوْصِنَا، قَالَ :

أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ   عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ   وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

[رَوَاه داود والترمذي وقال : حديث حسن صحيح]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetardan air mata kami bercucuran. Maka kami berkata : Ya Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat.

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena di antara kalian yang hidup (setelah ini) akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat “

(Riwayat Abu Daud dan Turmuzi, dia berkata : hasan shahih)


  1. Hadist mengenai rasulullah yang mengulangi perkataannya hingga tiga kali.

يا رسول الله من أحق الناس بحسن صحابتي؟.

قال: أمك. قال: ثم من؟. قال أمك. قال: ثم من؟. قال: أمك. قال: ثم من؟. قال: أبوك

Terjemah hadist / ترجمة الحديث :

“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kupergauli dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, jawab beliau, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447 , shahih)

D.Analisis Hadist

Hadits pertama menjelaskan perintah yang diberikan rasulullah kepada kaumnya. Hal yang dapat dijadikan parameter korelasi antara hadits dan komunikan adalah reaksi kaumnya. Urgensi dari hadits tersebut adalah Hadits ini merupakan pesan Rasulullah kepada para sahabatnya dan semua umat islam. Pesan tersebut meliputi ketakwaan kepada Allah dan kepatuhan kepada pemimpin, agar terwujud kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Juga berpesan kepada umat Islam agar berpegang teguh terhadap sunnah Rasulullah SAW. Serta menjauhi semua kesesatan dan perbuatan Bid’ah. Karena, itulah jalan keselamatan.

Hadits riwayat riwayat Abu Daud dan Turmuzi ini, memiliki hubungan dengan teori mengenai komunikan. Karena menurut Kelman, komunikasi yang efektif akan terjadi jika komunikan mengalami internalisasi (internalization). Dalam kamus ilmiah, internalisasi adalah pendalaman atau penghayatan. Hal ini dapat terlihat pada kata وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُyang berarti membuat hati kami bergetar.

Sedangkan menurut M.Bahri Ghazali dalam pengelompokkan mad'u berdasarkan tipologi dan klasifikasimasyarakat, mad’u dalam hadits tersebut masuk dalam Tipe inovator, yaitu masyarakat yang memiliki keinginan keras pada setiap fenomena sosial yang sifatnya membangun, bersifat agresif dan tergolong memiliki kemampuan antisipatif dalam setiap langkah. Dalam kamus ilmiah, antisipatif adalah tanggap akan gelagat sesuatu yang bakal terjadi. Hal ini dapat dilihat dalam kata كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَأَوْصِنَاyang berarti seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Mereka merasa ada sesuatu yang akan terjadi pada rasulullah, sehingga mereka meminta wasiat.

Jadi, kriteria komunikan menurut perspektif hadits pertama adalah komunikan dapat mengalami internalisasi ketika komunikator menyampaikan pesan. Selain itu, komunikan harus memiliki sifat antisipatif.

Hadits yang kedua menjelaskan bahwa suatu proses komunikasi terjadi secara langsung antara Nabi Muhammad SAW dengan sahabat yang menjawab pertanyaan sampai 3 kali menjawabnya agar dapat dipahami dan diterima dengan jelas pesan yang disampaikan oleh Nabi. Jika dilihat dari kacamata golongan mad’u menurut Muhammad Abduh, komunikan dari hadits tersebut termasuk dalam golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dan dapat berfikir secara kritis serta cepat menangkap persoalan. Komunikan menanyakan tentang من أحق الناس بحسن صحابتي؟.yang berarti siapakah orang yang paling berhak untuk kupergauli dengan baik?. Setelah mendapat jawaban, komunikan kritis menanyakan kelanjutan dari pertanyaan tersebut, ثم من؟Kemudian siapa?. Dan pertanyaan tersebut diulang hingga tiga kali.

Hadits riwayat HR. Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447 ini, memiliki hubungan dengan teori mengenai komunikan. Menurut Kelman, komunikasi yang efektif juga akan terjadi jika komunikan mengalami ketundukan (compliance).

Ketaatan atau ketundukan pada diri komunikan akan terjadi jika komunikan yakin akan mengalami kepuasan dan mengalami reaksi yang menyenangkan. Hal ini dibuktikan dengan reaksi rasulullah yang mau mengulang jawaban أمكhingga 3 kali agar mad’u tersebut merasa puas serta lebih mengerti.

Jadi, kriteria komunikan menurut perspektif hadits kedua adalah dapat berfikir secara kritis serta cepat menangkap persoalan. Selain itu, seorang komunikan yang baik akan mengalami sifat ketundukan saat komunikator menyampaikan pesan.

E.Hadits Ditinjau dari Segi Kualitas Sanad

Hadits yang pertama merupakan hadits hasan shahih. Hadits shahih yaitu hadits yang bersambung sanadnya dengan periwayatan perawi yang adil dan dhabit dari perawi pertama sampai perawi terakhirnya, tidak mengandung unsur shadh dan ‘illat. Sedangkan hadits hasan yaitu hadits yang bersambung sanadnya dengan periwayatan perawi yang adil dan dhabit, tetapi nilai kedhabitannya kurang sempurna, serta selamat dari unsur shududh dan ‘illat.

Dilihat dari definisi di atas, yang membedakan hadits hasan dengan hadits shahih adalah pada aspek kedzabitan perawi. Dalam hadits hasan, dhabit yang terkait dengan aspek tulisan dan hafalannya kurang sempurna sedangkan hadits shahih kedhabitan perawi sangat handal.

Hadits pertama adalah hasan shahih. Dinamai demikian karena hadits tersebut merupakan hadits hasan yang mendekati shahih. Analisa yang dimungkinkan yaitu, perawi pada hadits tersebut sebenarnya memiliki kedhabitan yang sangat handal. Namun disana, perawi masih memiliki sedikit keraguan. Sehingga hadits tersebut dinamai hasan shahih.

Hadits kedua adalah hadits shahih. Sebab sudah kita ketahui bahwa Bukhari dan Muslim merupakan perawi yang sudah banyak menuliskan hadits shahih dan memiliki kedhabitan yang sangat handal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun