Mohon tunggu...
Agung Fadhilah
Agung Fadhilah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi UIN MALIKI MALANG

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Menyimpang?

27 Oktober 2014   17:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:34 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat  ini, penyimpangan sosial sudah bukan hal yang tabu di telinga masyarakat. Baik orang dewasa, remaja bahkan anak kecil sekalipun mereka berani melakukan hal-hal yang menurut masyarakat sekitarnya menyimpang. Pengertian penyimpangan sosial adalah bentuk perilaku masyarakat yang tidak sesuai, melanggar, atau menyimpang dari norma yang berlaku di masyarakat. Atau dengan kata lain, semua tindakan yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat.

Anak kecil merokok, geng motor di mana-mana, pengedar dan pengguna narkoba merajalela, seks bebas dikalangan remaja sudah biasa, dan masih banyak lagi contoh nyata dari penyimpangan itu sendiri. Hampir sebagian besar penyimpangan dilakukan oleh kaum muda dan anak kecil yang mana mereka masih belum paham akan arti penting norma dan juga belum menemukan jati dirinya. Jika kita pikir menggunakan hukum sebab – akibat , siapa faktor utama yang menyebabkan mereka melakukan hal tersebut ? untuk apa mereka melakukan hal yang jelas tidak banyak mendatangkan keuntungan itu.

Penyebab perilaku menyimpang sangatlah bervariasi, ada yang bermula dari keluarga yang broken home, pengaruh teman bermain, dan lingkungan sosial disekitar yang tidak baik. Hal penting dari remaja sekarang sehingga mereka berani berbuat seperti itu, adalah mereka masih belum menemukan seseorang yang dapat dijadikannya sebagai panutan dalam memahami norma yang berlaku di masyarakat. Dan juga mereka sedang dalam proses pencarian jati diri, sehingga mereka cenderung mencoba semua hal yang di anggapnya baru.

fenomena memprihatinkan apabila melihat seorang anak sd kelas 3 sudah mahir dalam menghabiskan sebatang rokok, mereka melakukan hal tersebut karena mereka mempelajarinya dari lingkungan sekitar mereka. Maka sangat tidak mengherankan, jika anak kecil yang tinggal di lingkungan perokok, kelak suatu saat anak itu akan pandai merokok pula. Dari sini peran orang tua amatlah penting untuk mencegah agar kejadian itu tidak terjadi, namun jika dalam melarang orang tua masih merokok di depan sang anak, hal tersebut akan sia-sia.

Terkadang kesadaran untuk mencegah agar penyimpangan tidak terjadi sudah sering muncul dalam benak masing-masing individu. Namun dalam proses perealisasiannya itu yang sulit dilakukan. Jika orang tua sudah mantap mendidik anaknya dengan keras, hal berikutnya adalah perhatikan dengan siapa anak itu bergaul. Kalau teman yang ia ajak bergaul nakal misalnya, pasti anak  tersebut akan terhasut untuk melakukan hal menyimpang dan lama-lama akan ketagihan, karena jika menolak si anak tersebut akan mendapat berbagai macam ejekan dari teman-temannya. Hingga akhirnya terjerumuslah si anak tersebut ke pergaulan yang menyimpang dari norma.

Oleh karena itu, pencegahan awal dari perilaku menyimpang ini bisa dilakukan dalam keluarga. Karena keluarga merupakan agen sosialisasi pertama , dan juga dalam penanaman norma haruslah disertai dengan ajaran-ajaran agama, agar iman anak itu kuat sehingga jika di ajak untuk berperilaku menyimpang anak tersebut dapat menolaknya. Kemudian hindarkan anak dari lingkungan sosial yang tidak sehat. Karena sekeras apapun orang tua mendidik kalau pengaruh lingkungan kuat maka akan sia-sia juga. Dan terakhir hindarkan sifat melabel atau mengecap orang dengan julukan yang jelek. Karena dari situ juga dapat menimbulkan seseorang untuk berbuat menyimpang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun