Aneh dan unik. Dua kata tersebut menurut saya mampu mewakili perilaku anak anak dan remaja saat ini. Mengapa demikian ? sebab perilaku mereka bisa dibilang mulai mengabaikan ajaran agama yang mereka anut ( khususnya agama islam). Seketika itu saya pernah beberapa kali lewat di depan taman pendidikan Al Qur’an (TPQ), yang saya kagetkan TPQ saat ini tidak lagi seramai dulu yang mengaji disana. Sebab minat anak-anak sekarang sudah sangat minim untuk mengaji , apalagi dengan berkembangnya teknologi yang super canggih saat ini. Bagi mereka yang sudah mengenal kecanggihan teknologi ketika mereka dihadapkan dengan bacaan huruf-huruf Al Quran, satu kata yang ada di benak mereka yaitu bosan. Sudah bisa dipastikan jika hal itu terjadi pada anak-anak dan para remaja saat ini.
Mungkin jika di hitung prosentasenya, anak-anak dan para remaja yang masih suka membaca Al Quran mungkin hanya segelintir dari puluhan ribu anak-anak dan remaja. Paling 10% dari 100% jumlah keseluruhan anak-anak dan remaja. Saya berani berbicara seperti ini karena ada contoh real yang itu terjadi dan saya menyaksikannya langsung, usianya masih dibilang seumuran jagung ( masih kecil kurang lebih 5 th). Ketika itu dia diperintahkan oleh orang tuanya mengaji, dia sempat menolak dengan berbagai alasan. Hingga akhirnya dia tidak jadi berangkat untuk mengaji, tak lama kemudian dia mengambil gadget pemberian orang tuanya, begitu mahir dan lihainya tangan si anak kecil itu dalam mengoperasikan gadget tersebut. Di minta mengaji yang hanya sebentar dia menolak dan lebih memilih bermain gadget yang berjam-jam. Dari sini dapat di telaah, siapa yang pantas di salahkan jika anak yang seharusnya masih dalam proses pemupukan nilai-nilai agama ternyata dirusak oleh kecanggihan teknologi yang semakin canggih itu, orang tua kah ? lingkungan kah ? teknologi kah ? atau si anak tersebut ? . mari instropeksi diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain.
Contoh kasus kedua dimana remaja sudah jelas-jelas akan meninggalkan kewajibanya ketika ia sudah baligh. Anak permulaan SMA memang masih dalam masa-masa kelabilan yang cukup tinggi, ketika ia sudah merasakan kesenangan menjadi anak SMA, sudah mampu merasakan nikmatnya percintaan monyet yang hanya sementara dan tidak mungkin berlangsung lama. Mereka pasti dalam kesehariannya jarang melakukan solat tepat waktu + 5 waktu pula, mungkin hanya beberapa dari mereka yang melakukannya rutin dan istiqomah. Jika solat saja masih jarang-jarang untuk dilakukan, bagaimana dengan membaca kitab suci Al Quran ?? mungkin tidak sama sekali untuk di baca bahkan disentuh pun juga tidak. Mereka masih terpaku dengan paradigma “ masa muda adalah masa untuk bersenang-senang, ngaji dan ibadah bisa dilakukan ketika kita sudah tidak muda lagi”. Sungguh bodoh jika masih ada yang berpemikiran seperti itu.
Jika dimasa muda jarang ibadah, bagaimana nanti tuanya ? pasti semakin tidak teratur hidupnya. Dan satu lagi, MAUT siapa yang tau kapan datangnya hal itu ? jika semasa muda kita tidak pernah sedikitputn beribadah, dan jika tiba-tiba si MAUT ini bertamu menghampiri kita apa yang akan kita lakukan ? sangu untuk matipun kita tidak punya. Oleh karena itu, peran orang tua dalam membimbing anak khususnya dalam hal pendidikan agama sangatlah penting. Sebab pendidikan agama akan sangat berguna jika anak nanti sudah membina rumah tangga sendiri. Jika masih kecil sudah terbiasa hidup bebas tanpa belajar ilmu agama, besarnya nanti jadi apa ? apakah ingin kita memiliki generasi penerus yang hambar dalam hal agama ? kasihan mereka jika sudah besar tidak memiliki bekal ilmu agama. Belajarlah ilmu agama dan tingkatkan ibadah kita sekarang juga sebelum penyesalan datang menghampiri kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H