Apa sih vertigo itu?
Bangun tidur dengan keadaan tubuh yang masih cukup lemas, saya mencari tahu tetang vertigo. Dari bertanya pada teman dan mencari informasi dari internet. Semalam, sekitar pukul dua puluh saya pergi ke rumah kost lama untuk mengambil naskah dari sebuah penerbit yang dikembalikan ke saya.
Lama tidak berkunjung ke rumah kost lama, lantas setelah mengambil berkas naskah saya tidak langsung pulang ke rumah kost baru. Saya berbincang dengan Bapak Alex (Anak ibu kost lama). Perbincangan saya dan Pak Alex membahas tetang almarhum anaknya Ayong yang meninggal pada tanggal 24 Juli 2014 kemarin saat menjalani pelatihan angkatan udara di Adi Sumarmo Solo.
Sembari mengenang sosok Ayong yang sudah sangat dekat dengan saya dan sudah seperti adik sendiri bagi saya tentu saja saya merasa sangat kehilangan. Hampir setiap pagi ketika dia berolahraga, kita sering lari pagi atau lari sore bersama-sama di komplek Depsos-Bekasi timur. Kita sering bercanda dan lain sebagainya. Bahkan tidak jarang dia sering mencurahkan hatinya.
Saya masih ingat ucapannya, "Mbak saat seleksi kemarin gue boleh gagal, tapi seleksi tahun depan lihat ya mbak pasti gue nerhasil dan pulang membawa seragam AURI." lanjutnya, "Gue akan membuat mama dan papa bangga mbak."
Terlalu janggal memang kalau saya perhatikan. Tahun 2013 saat mengikuti seleksi di Subang, Ayong mendapat nomer 24 namun gagal dan di tahun 2014 saat mengikuti seleksi lagi di Halim Ayong juga mendapat nomer 24. Lalu sebelum pergi ke Solo untuk melakukan pelatihan, sosok Ayong remaja yang baik dan santun meminta pada papanya untuk diantarkan berkeliling rumah tetangganya di komplek AURI. Dia lantas pamit ke semua tetangga-tetangganya dan meminta maaf. Dan pada hari kamis dia pun berangkat ke Solo yang ternyata semua itu menjadi tanda hari dan tanggal kematiannya, yaitu hari kamis tanggal 24.
Mengenang sosok Ayong bersama papanya, tiba-tiba pandangan saya menjadi kabur dan gelap, kepala saya pusing tujuh keliling dan ingin sekali buang air juga mual dan muntah. Tubuh saya tidak seimbang, badan juga terasa panas dingin dan benar-benar lemah. Saya merintih kesakitan. Tapi beruntungnya sosok Bu Popon (Wak-nya Ayong) merawat saya.
Saya yang sebenarnya tidak pernah kerokan, akhirnya dikerok, diambilkan pula air hangat. Dan setelah meminum air hangat, saya mengeluarkan muntahan cukup banyak. Bu Popon menyiapkan sebuah ember kecil untuk saya muntah.
"Masih pusing?" tanya Bu Popon saat saya selesai muntah.
"Masih Bu, badan saya terasa lemah." kata saya.
"Istirahat saja dulu, jangan dipaksaan pulang ke kost kalau masih terasa lemah." kata Bu Popon.