Ummat Islam di seluruh dunia sedang mempersiapkan kedatangan tamu agung yang sudah di ujung jalan. Tamu agung yang sepuluh hari pertamanya penuh berkah, sepuluh hari keduanya penuh ampunan dan sepuluh hari terakhirnya dapat menjauhkan dari api neraka, tentu bagi mereka yang menikmati setiap detik bulan mulia itu dengan ibadah yang dituntunkan, Ramadhan. Bagi orang tua yang sudah memiliki anak berusia 7 tahun, tahun ini juga akan jadi tahun yang mendebarkan. Apa pasal? Karena tahun ini anak kita sudah harus belajar puasa. Sebenarnya tidak harus menunggu anak berusia 7 tahun baru dia diajarkan puasa. Mengajarkan puasa tentu dapat dimulai sedini mungkin. Namun di usia 7 tahun biasanya anak sudah mulai dapat diajak bicara menggunakan alasan “kenapa”. Berbeda dengan anak yang baru berusia 5 atau 6 tahun, berpuasa biasanya karena ikut-ikutan saja. Pemahaman mengenai pentingnya puasa sudah dapat disampaikan dengan bahasa yang sederhana pada anak berusia 7 tahun atau lebih. Demikian juga ibadah wajib lain seperti Sholat.
Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh kita sebagai orang tua, agar anak dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik tanpa mengganggu kecukupan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Tentu kita tidak ingin melihat anak kita kurus tak berdaya setelah sebulan berpuasa. Atau kita juga pasti tidak ingin melihat anak sakit-sakitan selama puasa hanya karena kurangnya pengetahuan kita bagaimana sebaiknya menyediakan nutrisi yang cukup untuk tubuh mungilnya itu. Berikut ada beberapa hal yang harus kita persiapkan sebelum dan selama bulan puasa.
Memberikan Motivasi
Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk kesuksesan sebuah misi. Dalam hal ini, misi anak belajar puasa baik dari setengah hari menjadi satu hari full sangatlah penting. Orang tua mungkin dapat menyediakan ‘motivasi’ tersebut. Misalnya dengan memberikan reward (hadiah) jika anak bisa puasa sehari penuh atau bahkan sebulan penuh. Pemberian reward tentu tidak boleh berlebihan. Jangan setiap hari diberi reward, namun berilah reward pada saat anak mencapai prestasi (misal saat berhasil puasa sehari penuh) dan ketika anak meningkatkan prestasinya (puasa sebulan penuh). Pada anak yang lebih besar (usia lebih dari 7 tahun), pemahaman mengenai hikmah puasa akan memberikan penguatan motivasi, dan hal ini harus menjadi motivasi utamanya, reward hanya sebagai motivasi tambahan saja.
Persiapan Nutrisi
Pastikan kita menjaga kondisi kesehatan anak sebelum bulan Ramadhan datang, sehingga saat dia mengawali puasa kondisi kesehatannya dalam keadaan yang prima. Kondisi kesehatan yang buruk akan menyebabkan anak merasa puasa itu berat, sehingga boleh jadi membuat anak trauma untuk melakukannya lagi. Mungkin diantara kita masih ingat bagaimana hari pertama puasa itu sungguh terasa beratnya. Saya dulu sering sudah merasa kedinginan (karena gula darah turun) sejak setelah dhuhur, sehingga harus tidur selimutan sampai menjelang berbuka puasa baru dibangunkan oleh Ibu. Meskipun itu hanya terjadi pada hari pertama, tapi pengalaman itu selalu membuat saya “mangu-mangu” setiap Ramadhan tiba.
Makan Sahur
Seperti yang sudah disampaikan dalam beberapa Hadist, bahwa makan sahur itu di sunnahkan oleh Nabi Muhammad, termasuk dengan mengakhirkan sahur. Ada beberapa keluarga yang makan sahur pada pukul 2 dini hari, lalu tidur sampai subuh, bangun sholat subuh, dan beraktivitas. Sesungguhnya secara ilmu kesehatan, mengakhirkan sahur mempunyai manfaat menjaga ketersediaan glukosa dalam darah lebih lama. Glukosa dalam darah paling hanya bertahan 2-4 jam tergantung makanan yang kita konsumsi. Hitung saja jika kita makan sahur jam 2 dini hari maka pukul 6 pagi tubuh kita sudah mulai kekurangan energi. Berbeda jika kita mengakhirkan sahur, tentu ketersediaannya masih cukup banyak meski hari sudah beranjak siang. Namun, di negeri 4 musim, khususnya Jepang yang sekarang sedang masuk musim panas memang waktu sahurnya masih terbilang sangat pagi karena subuhnya sekitar pukul 3.15 menit. Salah satu solusinya adalah, jika kita tidur lagi setelah subuh maka jangan lupa hidupkan AC sehingga evaporasi tubuh dapat ditekan dan tubuh tidak terlalu banyak mengeluarkan cairan.
Selain mengakhirkan sahur, sebaiknya makan lah makanan yang lambat dicerna oleh tubuh. Misalnya pisang. Pisang mengandung Kalium dan Kalsium yang cukup tinggi sehingga bermanfaat untuk menjaga stamina. Selain itu pisang juga memiliki kadar gula yang tinggi sebagai sumber glukosa dalam darah. Makan pisang saat sahur selalu membuat perut saya yang memang sudah punya indikasi produksi asam lambung berlebih dari seharusnya ini merasa nyaman (ayem kalau kata orang jawa). Makanan dengan serat yang terlampau tinggi hanya akan membuat kita cepat lapar. Sebaiknya konsumsi juga makanan dengan kadar protein tinggi seperti daging dan ikan yang proses mencernanya tidak terlalu cepat. Hindari juga minuman-minuman dengan kafein agar tidak merangsang produksi asam lambung dan menghambat penyerapan nutrisi. Oleh sebab itu sebaiknya minum air putih atau jus saat sahur lebih baik dibandingkan minum teh apalagi kopi. Susu bagi anak yang tidak memiliki alergi susu juga dianjurkan. Namun bagi yang terindikasi alergi sebaiknya tidak diberikan.
Mengurangi Aktivitas Fisik dan Istirahat Cukup
Aktivitas fisik yang berlebihan tentu akan menguras energi anak. Beruntunglah bagi anak-anak Indonesia yang pada bulan Ramadhan jam sekolahnya diperpendek atau bahkan libur. Berbeda dengan anak-anak di Jepang yang tetap harus puasa selama lebih dari 17 jam dengan pulang pergi sekolah jalan kaki dan aktivitas fisik yang tidak dikurangi. Meskipun sebelumnya orang tua sudah menyampaikan bahwa mulai tanggal sekian sampai sekian anak akan melakukan puasa, tapi hal itu tidak membuat anak bebas dari kegiatan sekolah. Olahraga, membersihkan kelas tetap masih dilakukan hanya mereka akan dipisah di ruang yang lain saat anak-anak yang lain makan siang. Sebaiknya memang anak-anak juga tidur siang, agar dapat menghemat energy yang dia miliki. Selain itu usahakan anak tidak begadang agar kondisi tubuhnya dapat terjaga, mengingat dia harus bangun dini hari untuk sahur.