Mohon tunggu...
adnan hasan
adnan hasan Mohon Tunggu... -

sederhana....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menung dan Mendung

13 Februari 2015   05:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:18 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hijau pagi tak suntuk

Buka jendela lalu ditimpa jalan panjang

Ia usah berlama diam

Karena ranjang telah berhenti bergoyang

Yang bersih dan wangi

Harusnya mulai usik

Gelitik sedikit tak apa

Terus beningkan hati, sendiri

Selamatku padamu alam kita, sedikit ia pancing imannya

Beda banyak dalam kunjung tak putus

Kau langit kau bumi kau yang juga dikeduanya

Mau harus mau duduk yang sama

Hari itu ia mulanya senyum, lalu tiba saatnya untuk tangis

Ada ruang ia temui, persis asap hitam dari cerobong rumah yang lagi sakit

Ngepul paling pekat, dia hirup enggan tapi harus, tak ada lain

Dayungnya mulai layu, buih campur racun terlalu gelora

Ia nampak kalah tapi tak serah asa apalagi pasrah

Perahunya linglung bingung dimana harus cari payung

Ia memutar balik,

Sementara angin makin ribut dan sibuk pecahkan buih

Ia temu pandang yang lagi butuh teduh

Tapi telah hanyut dibawa mau yang lebih dulu

Manusia itu terus saja menabung tawa, hingga tak terhitung rakus bungkus manusia lain yang makin kurus

Ikan mati mengapung, lambungnya kembung karena terlalu banyak minum sabun

Anjing payah mengaung hanya bisa menabung

Serigala tak mau ambil pusing yang penting terus untung

Ah

Ia bangun

Dari menung dan mendung

Ia ke dapur aduk kopi campur susu

Lalu candu dan mulut mulai beradu

Dan

Mata kosong seperti dipasung

Ia saksi atas tumbangnya pohon, kejamnya banjir dan bangsatnya tuan yang banyak tahu tapi tidak punya malu

Ia masih tunggu, bukan ragu

Samping lengan sabar yang teguh

Dan dunia goyah terus merah dan gerah

ia resah temukan dirinya, yang tak suntuk dan hijau

riuh dialiri hari yang subuh

bukan yang begitu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun