Mohon tunggu...
Adi W. Gunawan
Adi W. Gunawan Mohon Tunggu... lainnya -

Adi adalah Doktor Pendidikan, Dosen Psikologi S1/S2, penulis 22 buku laris bertema Mind Technology dan Pendidikan, trainer hipnoterapi klinis, trainer dan konsultan pengembangan diri, Presiden dari Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology, dan Ketua Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sehat atau Sakit oleh Pikiran Sendiri

23 Mei 2014   22:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:11 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

[caption id="" align="aligncenter" width="632" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)"][/caption]

Saya sering menangani klien yang mengeluh sakit fisik namun telah dilakukan pemeriksaan medis menyeluruh ternyata tidak ditemukan masalah pada fisiknya. Beberapa waktu lalu ada klien yang mengeluh sulit tidur, sering mengalami panick attack, maag bermasalah, sering lemas, dan telah berobat ke luar negeri namun tetap tidak bisa sembuh. Dokter memberinya beberapa macam obat dan rutin diminum. Hasilnya, ia tetap  sakit.

Ada banyak klien saya yang secara teknis sehat namun menderita konsekuensi fisiologis akibat respon stres berulang yang secara perlahan namun pasti merusak tubuhnya. Ini disebut sakit psikosomatis dan saya menjelaskannya detil di buku The Miracle of MindBody Medicine.

Sebelum melakukan hipnoterapi untuk mengatasi perasaan cemas dalam diri klien saya pasti memberikan edukasi yang cukup lengkap dan menyeluruh bagaimana pikiran, lebih tepatnya emosi bisa sampai mengakibatkan tubuh sakit. Dan bagaimana membalik proses ini sehingga tubuh bisa kembali sehat. Berikut ini adalah ringkasan dari buku yang saya tulis dan uraian yang saya sampaikan pada kien di ruang terapi.

Jadi, bagaimana tepatnya satu bentuk pikiran atau perasaan/emosi negatif mewujud dalam bentuk gangguan fisik yang kita sebut dengan penyakit psikosomatis?

Setiap bentuk pikiran dan emosi pasti berpengaruh pada tubuh. Pengaruh ini ada yang bisa langsung dirasakan dan ada juga yang butuh waktu tertentu, melalui proses akumulasi, baru terasa.

Saat seseorang merasakan atau mengalami emosi negatif seperti takut, cemas, khawatir, marah, benci, frustrasi, atau emosi negatif lainnya secara otomatis emosi ini memicu poros HPA (hipotalamus, pituitari, adrenal) dan otak mengartikannya sebagai situasi genting yang harus segera diatasi dengan mekanisme tertentu.

Emosi negatif mengaktifkan hipotalamus sehingga melepas corticotrophin-releasing factor (CRF) ke dalam sistem saraf. CRF menstimulasi kelenjar pituitari memproduksi prolactin dan hormon adrenocorticotropic (ACTH) yang menstimulasi kelenjar adrenal menghasilkan cortisol, yang selanjutnya bertanggung jawab membantu tubuh menjaga homeostasis saat otak mendapat sinyal ancaman atau bahaya, baik yang nyata atau hanya dalam imajinasi.

Saat hipotalamus aktif, ia juga mengaktifkan sistem saraf simpatik (respon lawan atau lari / fight or flight), menyebabkan kelenjar adrenal melepas epinephrine dan norepinephrine, yang mengakibatkan detak jantung dan tekanan darah meningkat dan memengaruhi respon fisiologis lainnya. Sekresi hormon-hormon ini mengakibatkan beragam perubahan metabolisme di seluruh tubuh.

Pembuluh darah yang mengarah ke kedua lengan, kaki, dan gastrointestinal (saluran pencernaan yang panjangnya sekitar sembilan meter mulai dari mulut sampai anus, meliputi oropharing, esophagus, lambung, usus halus dan usus besar) menyempit atau mengalami konstriksi, sedangkan pembuluh darah menuju ke jantung, kelompok otot-otot besar, dan otak melebar, dengan tujuan utama mengalirkan lebih banyak darah ke organ yang akan membantu kita untuk melawan atau melarikan diri dari ancaman atau keluar dari situasi genting.

Dalam situasi genting seperti ini pupil mata melebar sehingga lebih banyak cahaya bisa masuk, pandangan menjadi lebih tajam dan terang. Metabolisme tubuh meningkat pesat dengan tujuan memberikan kita energi yang besar dengan memanfaatkan cadangan lemak tubuh dan melepas gula ke dalam aliran darah. Napas menjadi lebih cepat dan bronkus melebar, memungkinkan lebih banyak oksigen masuk, otot-otot tubuh menegang dan siap untuk lari dari ancaman atau bahaya.

Selanjutnya asam lambung meningkat sedangkan enzim pencernaan berkurang, dan sering mengakibatkan terjadi kontraksi esophagus (tabung berotot yang mengangkut makanan dari mulut ke lambung), diare, atau konstipasi.

Cortisol yang dihasilkan kelenjar adrenal menekan kerja sistem kekebalan tubuh untuk mengurangi radang pada luka yang mungkin terjadi akibat serangan musuh atau perkelahian. Seks berhenti total. Dalam kondisi genting atau bahaya seks adalah sesuatu yang tidak penting dan harus dihindari karena yang lebih penting adalah menyelamatkan diri.

Dalam situasi genting tubuh mengabaikan tidur, mencerna makanan, dan reproduksi, dan secara khusus hanya fokus pada upaya lari dari bahaya, bernapas, berpikir, menghantar oksigen, dan menghasilkan cukup energi agar kita bisa selamat. Fungsi pemeliharaan dan perbaikan tubuh berhenti.

Saat kita menghadapi ancaman atau bahaya yang nyata, semua perubahan tubuh yang dijelaskan di atas membantu kita untuk bisa segera melawan atau lari dari bahaya. Tetapi saat ancaman ini hanya ada dalam pikiran maka tubuh tidak bisa membedakannya dengan ancaman nyata, dan tetap menghasilkan respon yang sama.

Apapun yang kita rasakan, secara emosi, pasti juga kita rasakan di tubuh. Konsekuensi dari terlalu banyak stres atau emosi negatif yang tidak ditangani dengan baik, terlepas apapun penyebabnya, mengakibatkan beban dan tekanan yang semakin lama semakin membesar, mendesak, dan mengganggu keseimbangan sistem tubuh dan psikis dan berakibat buruk bagi kesehatan. Tubuh tidak tahu atau tidak peduli apa yang menyebabkan munculnya emosi negatif. Yang tubuh tahu yaitu ia mengalami stres.

Dan seiring waktu berjalan, saat respon stres ini terpicu berulang kali, respon alamiah yang sebenarnya sangat baik untuk keselamatan hidup akan berakibat sangat buruk bagi kesehatan kita.

Akibatnya, tubuh tidak bisa rileks dan akhirnya mulai “rusak” karena sistem kekebalan tubuh dan mekanisme perbaikan dan pemeliharaan tubuh tidak dapat bekerja dengan baik. Organ-organ menjadi rusak. Sel kanker yang secara alamiah ada di dalam tubuh dan selama ini tidak bisa berkembang karena dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh kini bisa berkembang bebas dan tumbuh menjadi tumor. Efek berkelanjutan dari kelelahan dan kerusakan kronis pada tubuh akhirnya membuat kita jatuh sakit.

Setelah klien tahu bagaimana pikiran dan emosi negatif yang ia rasakan memengaruhi kesehatannya, apa langkah selanjutnya?

Saya akan membantu klien mengatasi perasaan yang mengganggu hidupnya, yang membuat poros HPA klien aktif dan membuatnya sakit. Energi emosi yang terperangkap di dalam sistem diri, yang mendesak keseimbangan sistem sehingga keluar dari homeostasis, harus disalurkan keluar hingga benar-benar habis. Sistem saraf hanya tahu bahwa bahaya, baik nyata atau dalam pikiran, telah berlalu saat energi emosi ini telah habis.

Setelah berhasil mengatasi hal ini, tentunya dengan hipnoterapi klinis, saya mengajarkan klien melakukan relaksasi pikiran dan tubuh yang (sangat) dalam.

Mengapa relaksasi pikiran dan fisik?

Tujuannya untuk membalik proses yang telah klien alami sebelumnya. Klien sakit karena tubuhnya malfungsi akibat sistem saraf simpatiknya terlalu sering aktif. Untuk itu, saya mengajari klien mengaktifkan sistem saraf parasimpatiknya dengan teknik relaksasi. Kedua sistem saraf ini, simpatik dan parasimpatik, tidak bisa aktif bersamaan pada satu saat. Bila sistem saraf parasimpatik aktif maka sistem saraf simpatik nonaktif. Demikian sebaliknya.

Dengan melakukan relaksasi secara rutin, saat sistem saraf parasimpatik aktif, saat klien mengalami perasaan tenang, damai, bahagia, cinta, pengharapan, atau emosi positif lainnya, maka hipotalamus berhenti memicu respon stres, sistem saraf simpatik nonaktif, kadar adrenalin dan cortisol turun ke level normal, sistem kekebalan tubuh kembali aktif dan bekerja optimal. Tubuh kembali beroperasi normal, menjaga dan memperbaiki dirinya, melindungi dari sakit atau penyakit, dan mengatasi sakit yang sedang kita alami. Orang yang sehat dapat menjaga kesehatannya dan orang yang sakit bisa sembuh.

Uraian di atas dengan gamblang menjelaskan bagaimana pikiran dan emosi bisa membuat tubuh sakit dan juga bisa menyembuhkan.

Manfaat rileksasi pikiran dan tubuh telah diteliti secara mendalam oleh Herbert Benson dari Harvard Medical School. Benson memberinya nama respon relaksasi. Selama bertahun-tahun Benson meneliti ribuan pasiennya dan telah menerbitkan banyak hasil penelitiannya di jurnal medis.

Respon relaksasi diyakini sangat banyak manfaatnya untuk kesehatan. Hasil riset Benson secara tegas menyatakan bahwa respon relaksasi sangat baik dan efektif untuk mengatasi angina pectoris, aritmia, reaksi alergi pada kulit, kecemasan, depresi ringan hingga moderat, asma, herpes, batuk, konstipasi, diabetes melitus, sakit maag, pusing, kelelahan, hipertensi, infertilitas, insomnia, mual dan muntah saat hamil, tegang, bengkak pascaoperasi, PMS, radang sendi atau artritis reumatoid, efek samping dari sakit kanker, efek samping dari AIDS, dan semua bentuk sakit seperti sakit punggung, sakit kepala, sakit perut, sakit otot, sakit persendian, sakit pascaoperasi, sakit di leher, lengan/tangan, dan kaki.

Ada banyak cara untuk melatih dan mengalami respon relaksasi. Anda bisa mendengar CD relaksasi, melukis, berkebun, menikmati musik, pijat, spa, atau apa saja yang membuat pikiran dan tubuh Anda rileks dan nyaman.

Dalam sesi terapi saya membimbing klien masuk ke kondisi rileksasi tubuh dan pikiran yang sangat dalam dan nyaman. Selanjutnya saya memasang anchor yang bisa digunakan klien untuk kembali ke kondisi ini dengan cepat dan mudah. Dengan demikian, setiap kali klien ingin masuk ke kondisi rileks yang perlu ia lakukan hanya mengaktifkan kembali anchor yang telah dipasang sebelumnya. Ini adalah salah satu cara yang paling mudah dan praktis untuk bisa mengalami respon relaksasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun